Wajib pakai berkilo-kilo perak: Mengintip uniknya tradisi pernikahan etnis Miao
Merdeka.com - Seorang gadis belum sempurna tanpa perhiasan perak. Agaknya pendapat itulah yang diyakini oleh sejumlah warga dari etnis Miao di China. Dikenal sebagai pengrajin perak turun-temurun, para wanita dari suku ini dipastikan harus memakai sebanyak mungkin perak pada hari pernikahan mereka.
Dilansir BBC Travel, perak merupakan simbol kekayaan bagi etnis Miao. Karena itulah setiap orangtua Miao di Guizhou mendandani anak gadis mereka dengan berkilo-kilo perak untuk menyambut hari bahagia. "Setiap gadis harus mendapatkan seperangkat perak untuk menikah," tutur Guanghui Wu yang menikah dengan 10 kilogram perhiasan perak di tubuhnya.
-
Apa yang unik dari pernikahan ini? Momen yang ditunggu akhirnya tiba, setelah keduanya merasa cocok maka hubungan dilanjutkan ke tahap pernikahan. Namun momen unik mewarnai pernikahan mereka karena saat ijab kabul, Mirza menggunakan bahasa Inggris secara penuh.
-
Apa itu tradisi pernikahan Cio Tao? Cio Tao merupakan tradisi pernikahan khas keturunan Cina Benteng di Kota Tangerang, dan merupakan komunitas Tionghoa yang menetap didekat benteng peninggalan Belanda, kawasan Sungai Cisadane. (Foto: YouTube The Story) Terdapat sejumlah prosesi seperti menyisir rambut, saling menyuapi makanan, berdandan dengan pakaian pernikahan khas lalu mencicipi 12 jenis makanan dengan rasa yang berbeda.
-
Apa yang membuat pernikahan mewah? Pernikahan Anant dan Radhika berlangsung meriah dengan ribuan tamu undangan, diperkirakan biaya totalnya mencapai Rp9,6 miliar.
-
Kenapa kuil dipenuhi perhiasan? 'Kemungkinan bahwa beberapa dari mereka sudah ada sebelum kuil tersebut tidak dapat dikesampingkan,' kata pernyataan itu.
-
Bagaimana baju pengantin Cirebon melambangkan bangsawan? Simbol bangsawan Makna lain dari baju pengantin adat Cirebon adalah tersiratnya sosok bangsawan dari pengantin yang mengenakan baju Kepangeranan Menurut kepercayaan orang Cirebon, pakaian ini mengibaratkan pengantin sebagai raja dan ratu (pemaisuri).
-
Kenapa pengantin Madura dikasih kalung uang? Tujuan dari Paculan, seperti diungkapkan oleh Mulyadi, salah satu warga yang dengan bangga merawat tradisi ini, adalah untuk membawa berkah dan kelimpahan bagi kedua pengantin, sehingga kehidupan mereka dihiasi dengan keberlimpahan harta dan rezeki.
Para wanita Miao dikenal karena pakaian mereka yang penuh warna dan hiasan. Umumnya mereka mengenakan pakaian tradisional berwarna biru yang penuh corak berkat bordiran aneka warna yang mereka pelajari pembuatannya sejak kecil. Selain itu, perhiasan perak berukuran besar nan rumit juga menjadi pelengkap yang tak boleh tertinggal dari busana adat Miao.
Untuk membuat gelang, kalung, dan tutup kepala dari perak yang pantas, sebuah keluarga Miao bisa 'menabung' perak selama bertahun-tahun. Kadang mereka sudah mencicil membuat perhiasan perak untuk putri mereka sepuluh tahun sebelum pernikahan dilangsungkan. Dengan begini, putri mereka bisa naik ke pelaminan dengan kebanggaan sebagai seorang wanita kaya raya.
Saat ini sudah banyak keturunan etnis Miao yang lahir dan tinggal di kota, sehingga tak lagi akrab dengan tradisi budaya mereka. Namun masih ada saja keluarga pengrajin di desa-desa Miao yang masih mempertahankan tradisi pernikahan dengan perak.
(mdk/tsr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang warga di Sumedang melakukan pernikahan dengan adat Sunda yang unik, mempelai pria datang ke acara resepsi dengan naik seekor kuda, bak seorang raja.
Baca SelengkapnyaMira Hayati atau yang sering dipanggil 'Ratu Emas' tak pernah gagal mencuri perhatian publik.
Baca SelengkapnyaHiasan ini biasa dikenakan ketika pesta perkawinan dan pesta Sikerei yang hanya ditemukan di Pulau Siberut.
Baca SelengkapnyaTradisi pernikahan unik di daerah Pariaman ini memiliki budaya yang berbeda dari wilayah lainnya terutama di Sumatra Barat.
Baca SelengkapnyaMasyarakat pedesaan Sunda menggelar acara pernikahan yang unik, seserahan mulai dari kasur hingga kambing, dan mempelai pria memiliki 12 saudara.
Baca SelengkapnyaMempelai laki-laki bernama Muhammad Faisal dan pengantin perempuan Qurrotu Aini Rahman atau akrab dipanggil Ning Qu.
Baca SelengkapnyaPengantin yang mengenakan pakaian ini disimbolkan sebagai raja dan ratu sehari.
Baca SelengkapnyaSeorang 'sultan' asal Desa Padahurip, Banjarwangi, Garut, Jawa Barat menjadi sorotan. Ia menikah dengan membawa ragam mahar, salah satunya emas puluhan gram.
Baca SelengkapnyaSangjit merupakan bagian dari prosesi menuju pernikahan di budaya masyarakat Tionghoa.
Baca SelengkapnyaSetiap rangkaian upacara pernikahan adat Minang, terdapat tradisi arak-arakan yang melibatkan anggota kerabat perempuan dari kerabat ayah Anak Daro.
Baca SelengkapnyaSaking banyaknya, si pengantin bahkan menghitung mahar menggunakan mesin uang.
Baca SelengkapnyaDi sebuah kampung di Garut, Jawa Barat memperlihatkan sebuah tradisi pernikahan yang unik karena membawa seserahan mulai dari kayu bakar hingga domba.
Baca Selengkapnya