Walau biasa hemat, momen ini bisa buat orang mau bayar lebih mahal
Merdeka.com - Ketika sedang berbelanja atau membeli barang, seseorang hampir pasti akan mencari harga terendah dari barang yang diinginkan. Kepuasan dari mendapat barang dengan harga murah tersebut merupakan sebuah hal yang luar biasa sekaligus menyelamatkan kantong. Tetapi rupanya ada momen-momen tertentu yang membuat seseorang tidak lagi peduli dengan harga bahkan cenderung membeli barang yang memiliki harga lebih mahal.
Dilansir dari Eureka Alert, menurut sebuah penelitian yang dilakukan sejumlah psikolog, momen-momen sakral dan sekali seumur hidup seperti memberi cincin nikah, membeli barang-barang persiapan kematian, atau kue ulang tahun merupakan saat-saat seseorang mau membayar lebih. Pada penelitian tersebut diketahui keinginan untuk mengingat atau memperingati orang yang dicintai merupakan penyebab dari munculnya tindakan tersebut.
Pada salah satu percobaan yang dilakukan, peneliti meminta sekitar 245 partisipan memilih salah satu dari dua jenis cincin pernikahan yang dipamerkan. Melalui percobaan tersebut diketahui bahwa sebagian besar partisipan memilih cincin yang lebih mahal dan memiliki kandungan karat lebih besar.
-
Bagaimana cara mengatasi impulsive buying dengan budget? Untuk mengatur keuangan, perlu dipertimbangkan secara matang barang-barang yang ingin dibeli. Jika belum mengatur budget untuk pengeluaran tersebut, sebaiknya tahan dulu keinginan untuk membeli sesuatu.
-
Mengapa gaya hidup konsumtif bisa menyebabkan masalah keuangan? Gaya hidup konsumtif sering kali membuat seseorang mengeluarkan uang lebih banyak daripada yang mereka mampu, menggunakan kredit atau pinjaman untuk memenuhi kebutuhan konsumtif mereka. Penggunaan kartu kredit yang berlebihan dan pinjaman konsumtif tanpa perencanaan yang matang dapat menyebabkan tumpukan hutang yang sulit dilunasi.
-
Kenapa impulsif membeli jadi berbahaya untuk keuangan? Perilaku ini membuat seseorang menjadi lebih boros karena membeli sesuatu hanya berdasarkan keinginan dan bukan atas dasar kebutuhan. Perilaku impulsive buying ini pun bisa berbahaya bagi kestabilan finansial.
-
Mengapa impulsive buying berbahaya bagi keuangan? Kebiasaan ini mungkin terlihat sepele, tapi ternyata bisa membuat kondisi keuangan pribadi jadi tidak sehat.
-
Kenapa impulsive buying harus dihindari? Perilaku impulsive buying sudah seharusnya dihindari agar kondisi finansial bisa tetap terjaga dan stabil.
-
Bagaimana cara menghemat pengeluaran? Mengurangi biaya belanja bukan berarti mengurangi manfaat dari barang itu sendiri. Sebaliknya, dengan membeli barang dengan harga lebih tinggi, cenderung hemat. Sebab, produk dengan harga cukup tinggi memiliki usia pakai lebih panjang dibandingkan produk dengan harga murah. Akhirnya, Anda tidak perlu membeli produk yang serupa di setiap satu atau dua bulan sekali.
Peter McGraw, salah satu peneliti mengungkapkan bahwa perilaku belanja seseorang berubah ketika membeli hadiah untuk orang yang dicintai dan memilih untuk membeli barang yang lebih mahal. Ketika memberi barang tersebut seseorang akan menghindari berhemat atau mencari diskon dan memilih barang yang lebih mahal sebagai penanda rasa cinta mereka.
Perasaan rela mengeluarkan lebih banyak uang dan tidak menawar ketika membeli merupakan cara mereka dalam mengungkapkan dan melambangkan cinta. Namun sayangnya menurut McGraw hal ini tidak rasional dan dapat dimanfaatkan oleh penjual untuk membuat harga barang jadi lebih mahal.
Jadi lain kali ketika Anda ingin membeli cincin atau barang berharga untuk istri atau kekasih, hati-hatilah dan selalu sadar agar tidak terbujuk membeli barang yang terlalu mahal.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Biar nggak terjebak impulsive buying, berikut ini beberapa tips yang bisa mulai kamu lakukan dari sekarang!
Baca SelengkapnyaMemilih hidup secara pelit dan hemat hanya dipisahkan dengan garis tipis.
Baca SelengkapnyaKehidupan modern sering kali memicu perilaku boros yang mengakibatkan dampak finansial yang merugikan.
Baca SelengkapnyaTekanan yang dihadapi masyarakat kelas menengah juga tercermin dari indikator penduduk berdasarkan golongan pendapatan.
Baca SelengkapnyaJangan memberikan data pribadi berupa KTP/One Time Password (OTP) kepada pihak tidak dikenal atau waspada terjebak penipuan berkedok belanja COD.
Baca Selengkapnya