Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Walaupun bakat nol, bikin karya seni tetap ampuh atasi stres

Walaupun bakat nol, bikin karya seni tetap ampuh atasi stres Ilustrasi melukis. ©Shutterstock/George Dolgikh

Merdeka.com - Melakukan aktivitas yang melibatkan seni ternyata ampuh untuk menurunkan tingkat stres. Tak perlu khawatir jika kamu merasa tak punya bakat seni, sebab hal tersebut tak mempengaruhi 'keampuhannya' dalam mengatasi stres.

Pernyataan tersebut diungkap oleh Girija Kaimal, asisten profesor terapi seni kreatif di Drexel University. Dilansir The Huffington Post (16/6), baru-baru ini Kaimal memimpin sebuah studi yang menguji efek aktivitas seni pada hormon yang berhubungan dengan stres.

Hasil penelitian yang diterbitkan dalam makalah Art Therapy: Journal of American Art Therapy Association ini mengemukakan bukti bahwa aktivitas kreatif selama 45 menit bisa mengurangi stres secara signifikan. Lebih jauh lagi, hasil penelitian menunjukkan kalau ada atau tidaknya pengalaman artistik tidak berpengaruh pada efektivitas terapi.

Bersama Kendra Ray dan Juan Muniz, Kaimal mengundang 39 orang dewasa dalam rentang usia 18 sampai 59 tahun untuk berpartisipasi dalam penelitian. Hasilnya, 75 persen partisipan mengalami penurunan kortisol yang cukup signifikan setelahnya.

Mereka diberi spidol, kertas, tanah liat, dan bahan-bahan kolase kemudian diminta untuk membuat apa pun yang mereka sukai dalam waktu 45 menit. Sebelum aktivitas dimulai, para peneliti mencatat tingkat kortisol dalam tubuh para partisipan. Kortisol merupakan indikator biologis berhubungan dengan stres. Semakin tinggi tingkat kortisol dalam tubuh, semakin tingkat tingkat stres yang ditanggung.

"Itu cukup mengejutkan, tetapi juga tidak," tutur Kaimal kepada Drexel Now. "Tidak mengherankan karena itulah gagasan utama dalam terapi seni, setiap orang pada dasarnya kreatif dan bisa menjadi ekspresif dalam seni visual ketika [mereka] mengerjakannya dalam lingkungan mendukung."

Namun, Kaimal dan rekan-rekannya juga menemukan korelasi yang konsisten antara penurunan kadar kortisol dengan partisipan berusia muda. "Saya pikir salah satu alasan yang mungkin adalah anak-anak muda yang masih berkembang masih mencari tahu cara untuk mengatasi stres dan tantangan hidup, sementara orang-orang yang lebih tua mungkin sudah memiliki strategi yang lebih baik untuk memecahkan masalah dan mengelola stres secara lebih efektif."

(mdk/tsr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP