Disangka Serdadu Belanda, Komandan TNI Hampir Hilang Nyawa Diterjang Peluru Anak Buah
Merdeka.com - Salah satu ciri khas dari Alex Evert Kawilarang adalah postur tinggi dan kulit putih. Dengan penampilan tersebut, tidak heran jika dia selalu disangka sebagai serdadu Belanda.
Penulis: Hendi Jo
Suatu hari di tahun 1949. Letnan Kolonel Alex Evert Kawilarang menjadi wakil TNI di Sumatra Utara untuk perundingan damai dan gencatan senjata dengan pihak militer Belanda. Saat sedang beristirahat dalam markas tentara Belanda di Padang Sidempuan, dia didatangi seorang sersan berkebangsaan Belanda.
-
Siapa yang terbunuh dalam Pertempuran Surabaya? Kematian Jendral Mallaby membuat pasukan Inggris geram dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby yaitu Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh mengeluarkan Ultimatum 10 November 1945.
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
-
Siapa panglima perang yang ditakuti Belanda? Guru Somalaing Pardede merupakan panglima yang dianggap penjajah Belanda paling ditakuti dan salah satu yang terkuat.
-
Kenapa Letkol Eka Wira dikenal? Sosoknya mulai dikenal dan mendadak viral di tahun 2017-2019.
-
Siapa yang terbunuh dan menyebabkan dendam Belanda? Terbunuhnya Kapten François Tack, seorang perwira VOC di Kartasura oleh Untung Suropati membuat kolonial Belanda meradang.
-
Siapa dokter pejuang kemerdekaan yang gugur ditembak Belanda di Jember? Raden Mas (RM) Soebandi merupakan seorang dokter sekaligus pejuang kemerdekaan Indonesia pada era Agresi Militer I dan Agresi Militer II.
"KNIL?" tanya sang sersan sambil menatap wajah Kawilarang.
KNIL adalah Tentara Kerajaan Hindia Belanda yang beranggotakan dari banyak etnis dan bangsa. Itu tentu saja berbeda dengan KL (Angkatan Darat Kerajaan Belanda) yang memang sebagian besar anggotanya adalah para serdadu bule asli Belanda.
Ketika Kawilarang menjawab dia adalah anggota TNI, bukan main terkejutnya Sersan itu. Wajahnya menunjukkan rasa tidak percaya. Pikirnya, bagaimana bisa seorang prajurit TNI berada di markasnya?
"Hoe is het mogelijke? (bagaimana bisa)," gumannya berulang-ulang.
Sering Disangka KNIL
Sebaliknya hal yang sama juga terjadi ketika Kawilarang harus mendampingi Sri Sultan Hamengkubuwono IX saat berkunjung ke Sumatra Utara. Di tengah keriuhan rakyat Tanah Karo menyambut Sri Sultan, orang-orang terlihat memandang kehadiran komandan TNI di Sumatra Utara itu dengan pandangan sinis.
Barulah orang-orang merasa aneh saat pihak panitia penyambutan menyilakan Kawilarang untuk duduk di samping Sri Sultan. Salah seorang penduduk Tanah Karo yang berdiri di depannya.
"Saya kira Bapak dari KNIL." Demikian seperti dikisahkan dalam otobiografi Kawilarang berjudul Untuk Sang Merah Putih, disusun oleh Ramadhan KH.
Sangkaan yang sama juga pernah dimiliki oleh Satibi, seorang pejuang mantan anggota Brigade II Suryakancana Divisi Siliwangi yang saat itu ditugaskan di selatan Cianjur.
Ceritanya, pada suatu siang di bulan September 1947, Kopral Satibi didatangi seorang penduduk yang datang dalam wajah panik. Kepada dia, penduduk itu melaporkan bahwa di ujung desa ada dua serdadu Belanda tengah menuju ke arah pos Satibi. Dilapori demikian, tentu Satibi panik dan langsung memberitahukan kawan-kawan satu seksinya untuk bersiap menyambut kedatangan musuh.
"Sambil menyiapkan senjata, saya terus berpikir: kok bisa tentara Belanda sampai tahu posisi pos kami yang terletak di daerah terpencil," kenang Satibi.
Hampir Hilang Nyawa
Setengah jam telah berlalu, namun dua tentara Belanda itu tak juga menampakkan batang hidung mereka. Namun baru saja pasukan kecil itu akan beranjak, tiba-tiba di persimpangan jalan muncul dua lelaki berpakaian khaki. Mereka lantas kembali ke posisi semula dan siap akan menembak, jika lelaki itu tak segera berteriak.
"Heh kalian itu kenapa? Di sini saya Kawilarang, komandan TNI!"
Ternyata, orang yang dikira serdadu Belanda itu tak lain adalah Letnan Kolonel Alex Evert Kawilarang, komandan Brigade II Suryakencana! Hampir saja nyawanya hilang dimakan peluru anak buah sendiri.
Soal disangka sebagai tentara Belanda ini memang kerap dialami lelaki Minahasa itu. Dalam otobiografinya, Kawilarang juga berkisah bagaimana saat di Sumatera Utara, penduduk setempat tak jarang langsung ketakutan saat melihat sosoknya.
Bahkan dikisahkan, dia pernah ditembaki kawan sendiri saat berpatroli di suatu kawasan hutan, karena dikira tentara Belanda yang sedang kesasar. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Letnan satu-satunya yang memiliki darah asli Indonesia ini harus mengakhiri hidupnya dengan kecelakaan pesawat yang menimpanya pada tahun 1941.
Baca SelengkapnyaHasilnya, Brigadir Setyo mengalami luka tembak di dada sebelah kiri, hingga jantung dan paru-paru
Baca SelengkapnyaPengawal pribadi Kapolda Kaltara Brigpol Setyo Herlambang tewas dengan luka tembak di dada kirinya, Jumat (22/9).
Baca SelengkapnyaDugaan sementara, Setyo tewas lantaran tertembak pistolnya sendiri.
Baca SelengkapnyaHendrianto gugur usai ditembak di Distrik Maybrat, Papua Barat Daya.
Baca SelengkapnyaJenazah alamarhum disemayamkan di Batalyon Padang untuk diserahkan kepada pihak keluarga dan dimakamkan di Provinsi Jambi.
Baca SelengkapnyaJenazahnya sedang dalam proses evakuasi ke Mulia, ibu kota Kabupaten Puncak Jaya.
Baca SelengkapnyaMayjen Kunto Arief dibuat terharu mendengar cerita dari ayah mendiang Serda TNI Rizal, tentara AD yang gugur tertembak KKB.
Baca SelengkapnyaDirinya harus kehilangan tangan kanannya karena luka membuat bagian tubuhnya tersebut membusuk dan harus diamputasi.
Baca SelengkapnyaSerangan KKB menyebabkan dua prajurit TNI menjadi korban.
Baca SelengkapnyaTerlihat warga Indonesia mendapat ancaman dari tentara KNIL pada tahun 1948 silam. Tergambar dari potret yang beredar, warga Indonesia nampak tak berdaya.
Baca SelengkapnyaPenganiayaan dilakukan prajurit Batalion Infanteri Raider 300/Braja Wijaya yang bertugas di daerah Papua.
Baca Selengkapnya