Diserang Tentara Jepang di Bogor, KNIL Kocar Kacir Lalu Kabur
Merdeka.com - Setelah menghancurkan kekuatan Sekutu di Leuwiliang, prajurit-prajurit Jepang tak tertahan masuk Bogor. Tak ada perlawanan dari Tentara Kerajaan Hindia Belanda.
Penulis: Hendi Jo
Usai membersihkan Laut Jawa dari armada-armada Inggris dan Belanda, Tentara ke-16 Angkatan Darat Jepang (Rikugun) akhirnya berhasil sampai di Teluk banten pada awal Maret 1942.
-
Bagaimana Benteng Lohayong dihancurkan? Dikutip dari Goodnewsfromindonesia, guncangan gempa yang kuat membuat dinding-dinding benteng runtuh dan ada meriam yang terlempar dari tempatnya.
-
Kapan Jepang menyerah? Serangan bom atom ini mengakhiri Perang Pasifik dan Perang Dunia II setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, pada 15 Agustus 1945.
-
Kenapa pasukan Belanda tidak bisa masuk ke Tulungagung? Konon, pusaka ini mampu menolak musuh, termasuk ketika pasukan Belanda mencoba masuk ke Kabupaten Tulungagung pada masa penjajahan.
-
Bagaimana Pertempuran Tengaran dihentikan? Pada tanggal 21 Juli 1947 hingga 4 Agustus 1947, pergerakan pasukan Belanda terhenti untuk menuju ke arah Solo karena putusnya Jembatan Tengaran.
-
Bagaimana cara Belanda menghalau Inggris di Jawa? Daendels mendapat tugas untuk mengamankan aset di Indonesia, dari kemungkinan serangan musuh.
-
Siapa yang mengusir Belanda? Dalam momen tersebut, Presiden Soekarno mengambil tindakan tegas dengan memimpin pengusiran warga Belanda dari wilayah Indonesia, menyusul penolakan mereka terhadap kedaulatan penuh negara kita.
Seolah tak terbendung, mereka lantas bergerak ke arah timur. Kolone pertama masuk melalui rute Serang-Balaraja menuju Tangerang. Kolone kedua, bergerak melalui rute Serang-Rangkasbitung menuju Bogor.
Sebelum masuk ke kota Bogor, kolone kedua Tentara ke-16 sempat diadang kekuatan Sekutu dari tiga negara. Brigade Blackforce (Australia), Texas Guard (Amerika Serikat) dan Resimen Tank ke-3 Hussars (Inggris) serta sejumlah kecil prajurit dari Batalyon Perintis (Australia).
Pertempuran besar pun pecah di Leuwiliang dan sepanjang Jembatan Cianten dengan akhir kekalahan pihak Sekutu.
"Pada 5 Maret 1942, kekuatan gabungan itu terpaksa harus mundur dan membiarkan Leuwiliang dikuasai tentara Jepang," demikian menurut Andrew Faulkner dalam Arthur Blackburn, VC: An Australian Hero, his men, and their two world wars.
Tentara Belanda Kocar Kacir
Dari Leuwiliang, sisa-sisa pasukan Sekutu meluputkan diri ke wilayah Buitenzorg (Bogor kota). Di sana, mereka berharap bisa menyusun kembali perlawanan dengan bantuan pasukan KNIL dan sekelompok Stadswacht (Pasukan Penjaga Kota) yang direkrut dari para penduduk sipil. Namun seolah tanpa ampun, kekuatan Tentara ke-16 Jepang terus memburu mereka.
Ketika menyerang kota yang disebut pihak Belanda sebagai Buitenzorg itu, tentara Jepang datang dari dua arah: Leuwiliang-Semplak-Cilendek- Kota Bogor dan Serang-Balaraja-Tangerang-Jakarta-Kota Bogor.
Kedatangan Tentara Rikugun itu nyaris tak mendapat perlawanan berarti. Alih-alih ikut mempertahankan kota, para prajurit KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda) malah lintang pukang alias kocar kacir dan tak berdaya. Hal itu membuat orang-orang pribumi yang tergabung dalam Stadswacht menjadi patah arang.
"Sebenarnya saya ingin juga bertempur, tetapi orang-orang Belanda terlihat tidak sungguh-sungguh dan takut. Lalu mengapa saya harus membela mereka?" ujar R. Bunawan Achmad (eks anggota Stadswacht) seperti dikutip oleh Susanto Zuhdi dalam Bogor Zaman Jepang, 1942-1945.
Bogor Dalam Genggaman Jepang
Singkat cerita, militer Jepang secara resmi menguasai Keresidenan Bogor pada 8 Maret 1942. Sebagian besar pasukan KNIL meletakkan senjata. Sisanya menyingkir bersama tentara Australia ke Cianjur melalui Puncak dan Cipanas.
Sesuai aturan yang mereka keluarkan dalam undang-undang yang disebut Osamu Seirei, untuk sementara waktu tak ada perubahan berarti dalam sistem pemerintahan di seluruh wilayah keresidenan, sejauh tidak bertentangan dengan aturan pemerintah militer Jepang.
"Mereka hanya mengganti seluruh istilah pemerintahan yang tadinya diambil dari bahasa Belanda menjadi menggunakan istilah Jepang. Seperti keresidenan, mereka menyebutnya shu," ungkap sejarawan Rushdy Hoesein.
Namun khusus untuk jabatan puncak, pemerintah militer Jepang tetap menempatkan orang-orang-nya. Seperti jabatan gubernur Jawa Barat dipegang oleh seorang kolonel Angkatan Darat bernama Matsui, sedangkan wakil-nya baru dijabat oleh R. Pandu Suryadiningrat dan Atik Suardi sebagai pembantu gubernur.
"Di Bogor shu, R. A.A. Suryaningrat diangkat sebagai residen," demikian menurut Pusponegoro, Marwati Djoenoed dan Nugroho Notosusanto dalam Sejarah Indonesia Jilid IV. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setelah melewati pertarungan yang sengit, pada akhirnya Kota Purwokerto berhasil dikuasai Belanda.
Baca SelengkapnyaDini hari tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda menculik Sukarno-Hatta. Kedua pemimpin ini dibawa ke Rengasdengklok. Ini kesaksian Fatmawati soal peristiwa itu.
Baca SelengkapnyaPada momen itu, tentara militer Belanda berbondong-bondong menarik diri dari wilayah yang didudukinya
Baca SelengkapnyaPelabuhan Cilacap menjadi pintu satu-satunya untuk kabur dari Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaArifin merupakan salah satu tokoh kunci atas menyerahnya Jepang di Kota Solo.
Baca SelengkapnyaBagaimana cerita ada pasukan elite Jerman di Bogor? Lalu siapa saja yang dimakamkan di Makam Jerman di Megamendung.
Baca SelengkapnyaBetapa seramnya peristiwa itu, hingga memunculkan duka lantaran sosok heroiknya berakhir tragis. Toha bersama beberapa pasukan kemerdekaan didapati gugur
Baca Selengkapnya