Drama di Morokrembangan
Merdeka.com - Presiden Sukarno datang ke Surabaya. Menyeru pejuang Indonesia dan Brigade ke-49 British Indian Army lakukan gencatan senjata.
Penulis: Hendi Jo
PESAWAT dakota milik RAF (Angkatan Udara Kerajaan Inggris) itu berputar-putar resah di atas Morokrembangan. Sang pilot jelas ragu untuk melakukan pendaratan langsung. Selain sadar jika lapangan udara itu sudah dikuasai sepenuhnya oleh musuh, dia pun bisa jadi agak ngeri dengan desingan peluru yang mengarah ke tubuh burung besi tersebut.
-
Kapan Gubernur Suryo melakukan gencatan senjata dengan Inggris? Dua bulan pasca kemerdekaan Indonesia, Gubernur Suryo membuat perjanjian genjatan senjata dengan komandan pasukan Inggris, Brigadir Jenderal Mallaby. Keduanya bertemu di Surabaya pada 26 Oktober 1945.
-
Siapa yang memimpin BKR Surabaya melawan tentara sekutu? Pada peristiwa 10 November 1945 tak bisa dilepaskan dari sosok Sungkono. Ia merupakan Komandan Angkatan Perang Surabaya. Ia memimpin para prajurit Badan Keamanan Rakyat (BKR) dari Mojokerto menuju Surabaya untuk melawan tentara sekutu.
-
Bagaimana Soekarno menggambarkan semangat juang bangsa Indonesia? Kemerdekaan hanyalah didapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad, 'Merdeka, merdeka atau mati'!
-
Di mana Ir. Soekarno diasingkan? Melansir dari situs indonesia.go.id, pada tanggal 6 Februari 1949, Ir. Soekarno, Agus Salim, Mohammad Roem, dan Mr. Ali Sastroamidjojo pun diasingkan ke Muntok yaitu Pesanggrahan Menumbing.
-
Siapa yang memimpin Serangan Umum Surakarta? Serangan ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Slamet Riyadi dan Kota Solo dikepung dari semua sisi oleh anggota gerilya yang menyerbu kota pada pagi hari.
-
Apa perintah pertama Presiden Soekarno? “Beri AKu Sate Ayam 50 Tusuk!“ Hari menjelang malam saat Sukarno pulang dengan berjalan kaki. Dia melihat ada tukang sate di pinggir jalan. Saat perutnya keroncongan, Bung Karno pun memberikan perintah pertamanya. “Beri aku sate ayam 50 tusuk,“ katanya.
Ketika pesawat mulai merendah, melintas di kawasan Kranggan, para pejuang Indonesia secara refleks mengarahkan tembakan mereka ke atas. Aksi itu terhenti seketika ketika sang komandan tiba-tiba memerintahkan seluruh anak buahnya untuk tidak menekan picu senjata mereka.
"Seruan Bung Tomo yang terus menerus dari radio menyelamatkan pesawat itu dari hantaman peluru-peluru para pejuang Indonesia," ungkap Des Alwi dalam suatu wawancara pada 2008.
Situasi kritis kembali menyergap ketika pesawat dakota mendarat di Morokrembangan. Begitu berhenti, kendaraan udara milik Inggris itu langsung dikepung. Moncong berbagai jenis senjata siap menyalak. Suasana tegang membekap di seluruh area lapangan udara.
Pintu pesawat perlahan terbuka. Muncul wajah Presiden Sukarno diikuti Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Menteri Penerangan Amir Sjarifoeddin. Dengan mengenakan seragam putih-putih dan peci hitam khas-nya, Bung Karno turun dari pesawat sambil mengepalkan tinjunya.
"Merdeka! Merdeka! Merdeka!" teriaknya menggelegar.
Tiba-tiba suasana menjadi sunyi. Massa rakyat dan tentara Indonesia seolah tersihir. Mereka nyaris tak percaya wajah yang sudah sangat mereka kenal itu turun dari pesawat musuh.
"Itu Bung Karno, Presiden kita! Merdeka!" teriak salah seorang dari mereka.
Seperti dikomando, ribuan massa langsung menyambut teriakan itu dengan kata-kata yang sama. Bunyi gemuruh terdengar memekakan telinga. Drama sejarah tengah berlangsung di Morokrembangan pada siang 29 Oktober 1945.
Si Bung Besar dan rombongan dari Jakarta kemudian diarak ke luar lapangan udara. Dengan menggunakan sebuah panser wagon, massa rakyat dan tentara Indonesia mengawal mereka hingga ke Gedung Kegubernuran di pusat kota Surabaya. Selama dalam perjalanan, Sukarno melukiskan kesannya terhadap situasi Surabaya saat itu.
"Kota itu sudah menjadi kota neraka," ungkapnya seperti disampaikan kepada Cindy Adams dalam Bung Karno Pejambung Lidah Rakjat Indonesia.
Sukarno dan Hatta segera melakukan diksusi dan perundingan dengan para pemimpin di Surabaya: Gubernur Suryo, Moestopo, Residen Sudirman dan Doel Arnowo. Kepada mereka Sukarno meminta untuk menghentikan pertempuran dan mengadakan gencatan senjata dengan pihak Inggris.
Gumanan kesal berguruh di ruangan kegubernuran. Para pemimpin Surabaya menolak ajakan itu dan memilih untuk melanjutkan pertempuran. Mereka merasa tidak pernah melanggar perjanjian 26 Oktober 1945.
"Di mata mereka, Sekutulah yang ingkar janji," ungkap Frank Palmos dalam Surabaya 1945, Sakral Tanahku.
Sukarno memahami semangat revolusiener para pemimpin Surabaya. Namun dia mengatakan bahwa hari-hari itu, Indonesia sebagai bangsa yang baru lahir dan menjadi sorotan dunia, harus memenangkan pertempuran lewat meja perundingan.
"Kita tidak akan bisa merdeka dan menang perang, bila kita masih saja membunuh dengan cara membabi-buta," ujar Sukarno.
Kendati merasa berat, para pemimpin dan rakyat Surabaya akhirnya tunduk kepada keputusan presiden mereka. Besoknya Presiden Sukarno atas nama rakyat Indonesia melakukan perundingan dengan Mayor Jenderal D.C. Hawthorn, Panglima Sekutu untuk wilayah Jawa, Bali dan Lombok.
Terbitlah keputusan-keputusan sebagai berikut:
Satu, isi selebaran yang ditandatangani oleh Hawthorn dan disebarluaskan pada 27 Oktober 1945 dinyatakan tidak berlaku.
Dua, pihak Sekutu akan membatasi kehadiran mereka pada wilayah kamp-kamp kaum interniran di sekitar Gedung HBS dan wilayah Darmo
Tiga, Sekutu hanya akan berkomunikasi dengan TKR dan Kepolisian RI lewat Biro Komunikasi. Indonesia akan diwakili oleh Ruslan Abdul Gani sebagai koordinator dan pihak Inggris akan diwakili oleh Kapten Shaw sebagai koordinator. Mereka berdua diharapkan bisa bekerja sama mewujudkan kesepakatan-kesepakatan tersebut. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Serangan yang berlangsung selama 4 hari berturut-turut di Solo ini berhasil menyatukan seluruh elemen masyarakat melawan gempuran pasukan penjajah.
Baca SelengkapnyaSaat para pemuda menantangnya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Sukarno menolaknya. Dia memilih tanggal 17 Agustus. Apa makna di baliknya?
Baca SelengkapnyaGubernur Suryo melobi penjajah agar tak sewenang-wenang pada rakyat Jawa Timur. Perjuangannya mengharukan.
Baca SelengkapnyaApa tujuan para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok?
Baca SelengkapnyaTepat hari ini, 20 Oktober pada 1945 silam, terjadi pertempuran besar setelah kemerdekaan Indonesia yang disebut Pertempuran Ambarawa.
Baca SelengkapnyaBerawal dari Agresi Militer Belanda Kedua pada 19 Desember 1948, PDRI pun didirikan di Sumbar.
Baca SelengkapnyaDini hari tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda menculik Sukarno-Hatta. Kedua pemimpin ini dibawa ke Rengasdengklok. Ini kesaksian Fatmawati soal peristiwa itu.
Baca SelengkapnyaPeristiwa Maukar terjadi di tengah kondisi politik yang penuh gejolak. Ketika berbagai pemberontakan muncul di daerah-daerah yang menginginkan otonomi daerah.
Baca SelengkapnyaKonflik bermula ketika seorang penghuni hotel merampas dan menginjak-injak lencana merah putih yang dipakai oleh pemuda Indonesia.
Baca SelengkapnyaBerikut ini adalah jawaban atas pertanyaan apa tujuan penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok.
Baca SelengkapnyaKeterampilannya menjahit tak bisa dipisahkan dari masa kecilnya
Baca SelengkapnyaSerangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah upaya besar dalam perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.
Baca Selengkapnya