Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Drama di Morokrembangan

Drama di Morokrembangan 10 November. ©Istimewa

Merdeka.com - Presiden Sukarno datang ke Surabaya. Menyeru pejuang Indonesia dan Brigade ke-49 British Indian Army lakukan gencatan senjata.

Penulis: Hendi Jo

PESAWAT dakota milik RAF (Angkatan Udara Kerajaan Inggris) itu berputar-putar resah di atas Morokrembangan. Sang pilot jelas ragu untuk melakukan pendaratan langsung. Selain sadar jika lapangan udara itu sudah dikuasai sepenuhnya oleh musuh, dia pun bisa jadi agak ngeri dengan desingan peluru yang mengarah ke tubuh burung besi tersebut.

Ketika pesawat mulai merendah, melintas di kawasan Kranggan, para pejuang Indonesia secara refleks mengarahkan tembakan mereka ke atas. Aksi itu terhenti seketika ketika sang komandan tiba-tiba memerintahkan seluruh anak buahnya untuk tidak menekan picu senjata mereka.

"Seruan Bung Tomo yang terus menerus dari radio menyelamatkan pesawat itu dari hantaman peluru-peluru para pejuang Indonesia," ungkap Des Alwi dalam suatu wawancara pada 2008.

Situasi kritis kembali menyergap ketika pesawat dakota mendarat di Morokrembangan. Begitu berhenti, kendaraan udara milik Inggris itu langsung dikepung. Moncong berbagai jenis senjata siap menyalak. Suasana tegang membekap di seluruh area lapangan udara.

Pintu pesawat perlahan terbuka. Muncul wajah Presiden Sukarno diikuti Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Menteri Penerangan Amir Sjarifoeddin. Dengan mengenakan seragam putih-putih dan peci hitam khas-nya, Bung Karno turun dari pesawat sambil mengepalkan tinjunya.

"Merdeka! Merdeka! Merdeka!" teriaknya menggelegar.

Tiba-tiba suasana menjadi sunyi. Massa rakyat dan tentara Indonesia seolah tersihir. Mereka nyaris tak percaya wajah yang sudah sangat mereka kenal itu turun dari pesawat musuh.

"Itu Bung Karno, Presiden kita! Merdeka!" teriak salah seorang dari mereka.

Seperti dikomando, ribuan massa langsung menyambut teriakan itu dengan kata-kata yang sama. Bunyi gemuruh terdengar memekakan telinga. Drama sejarah tengah berlangsung di Morokrembangan pada siang 29 Oktober 1945.

Si Bung Besar dan rombongan dari Jakarta kemudian diarak ke luar lapangan udara. Dengan menggunakan sebuah panser wagon, massa rakyat dan tentara Indonesia mengawal mereka hingga ke Gedung Kegubernuran di pusat kota Surabaya. Selama dalam perjalanan, Sukarno melukiskan kesannya terhadap situasi Surabaya saat itu.

"Kota itu sudah menjadi kota neraka," ungkapnya seperti disampaikan kepada Cindy Adams dalam Bung Karno Pejambung Lidah Rakjat Indonesia.

Sukarno dan Hatta segera melakukan diksusi dan perundingan dengan para pemimpin di Surabaya: Gubernur Suryo, Moestopo, Residen Sudirman dan Doel Arnowo. Kepada mereka Sukarno meminta untuk menghentikan pertempuran dan mengadakan gencatan senjata dengan pihak Inggris.

Gumanan kesal berguruh di ruangan kegubernuran. Para pemimpin Surabaya menolak ajakan itu dan memilih untuk melanjutkan pertempuran. Mereka merasa tidak pernah melanggar perjanjian 26 Oktober 1945.

"Di mata mereka, Sekutulah yang ingkar janji," ungkap Frank Palmos dalam Surabaya 1945, Sakral Tanahku.

Sukarno memahami semangat revolusiener para pemimpin Surabaya. Namun dia mengatakan bahwa hari-hari itu, Indonesia sebagai bangsa yang baru lahir dan menjadi sorotan dunia, harus memenangkan pertempuran lewat meja perundingan.

"Kita tidak akan bisa merdeka dan menang perang, bila kita masih saja membunuh dengan cara membabi-buta," ujar Sukarno.

Kendati merasa berat, para pemimpin dan rakyat Surabaya akhirnya tunduk kepada keputusan presiden mereka. Besoknya Presiden Sukarno atas nama rakyat Indonesia melakukan perundingan dengan Mayor Jenderal D.C. Hawthorn, Panglima Sekutu untuk wilayah Jawa, Bali dan Lombok.

Terbitlah keputusan-keputusan sebagai berikut:

Satu, isi selebaran yang ditandatangani oleh Hawthorn dan disebarluaskan pada 27 Oktober 1945 dinyatakan tidak berlaku.

Dua, pihak Sekutu akan membatasi kehadiran mereka pada wilayah kamp-kamp kaum interniran di sekitar Gedung HBS dan wilayah Darmo

Tiga, Sekutu hanya akan berkomunikasi dengan TKR dan Kepolisian RI lewat Biro Komunikasi. Indonesia akan diwakili oleh Ruslan Abdul Gani sebagai koordinator dan pihak Inggris akan diwakili oleh Kapten Shaw sebagai koordinator. Mereka berdua diharapkan bisa bekerja sama mewujudkan kesepakatan-kesepakatan tersebut. (mdk/noe)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari
Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari

Serangan yang berlangsung selama 4 hari berturut-turut di Solo ini berhasil menyatukan seluruh elemen masyarakat melawan gempuran pasukan penjajah.

Baca Selengkapnya
Kenapa Proklamasi Tanggal 17 Agustus? Ternyata ini ‘Hitung-Hitungan Angka’ Presiden Sukarno
Kenapa Proklamasi Tanggal 17 Agustus? Ternyata ini ‘Hitung-Hitungan Angka’ Presiden Sukarno

Saat para pemuda menantangnya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Sukarno menolaknya. Dia memilih tanggal 17 Agustus. Apa makna di baliknya?

Baca Selengkapnya
Lobi Penjajah agar Tak Sewenang-Wenang pada Rakyat Jawa Timur, Begini Sosok Gubernur Suryo
Lobi Penjajah agar Tak Sewenang-Wenang pada Rakyat Jawa Timur, Begini Sosok Gubernur Suryo

Gubernur Suryo melobi penjajah agar tak sewenang-wenang pada rakyat Jawa Timur. Perjuangannya mengharukan.

Baca Selengkapnya
Saat Sukarno Kesal Karena Diculik Para Pemuda ke Rengasdengklok
Saat Sukarno Kesal Karena Diculik Para Pemuda ke Rengasdengklok

Apa tujuan para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok?

Baca Selengkapnya
Mengenang Pertempuran Ambarawa 20 Oktober 1945, Berikut Sejarahnya
Mengenang Pertempuran Ambarawa 20 Oktober 1945, Berikut Sejarahnya

Tepat hari ini, 20 Oktober pada 1945 silam, terjadi pertempuran besar setelah kemerdekaan Indonesia yang disebut Pertempuran Ambarawa.

Baca Selengkapnya
22 Desember 1948: Sjafruddin Prawiranegara Mendirikan Pemerintahan Darurat RI di Sumatra Barat
22 Desember 1948: Sjafruddin Prawiranegara Mendirikan Pemerintahan Darurat RI di Sumatra Barat

Berawal dari Agresi Militer Belanda Kedua pada 19 Desember 1948, PDRI pun didirikan di Sumbar.

Baca Selengkapnya
Susu Tertinggal & Kesaksian Istri Bung Karno Tentang Penculikan ke Rengasdengklok
Susu Tertinggal & Kesaksian Istri Bung Karno Tentang Penculikan ke Rengasdengklok

Dini hari tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda menculik Sukarno-Hatta. Kedua pemimpin ini dibawa ke Rengasdengklok. Ini kesaksian Fatmawati soal peristiwa itu.

Baca Selengkapnya
Daniel Maukar, Pilot yang Tembaki Istana Merdeka Presiden Sukarno
Daniel Maukar, Pilot yang Tembaki Istana Merdeka Presiden Sukarno

Peristiwa Maukar terjadi di tengah kondisi politik yang penuh gejolak. Ketika berbagai pemberontakan muncul di daerah-daerah yang menginginkan otonomi daerah.

Baca Selengkapnya
Sejarah Medan Area, Pertempuran Pemuda Indonesia Melawan Sekutu Pasca Kemerdekaan
Sejarah Medan Area, Pertempuran Pemuda Indonesia Melawan Sekutu Pasca Kemerdekaan

Konflik bermula ketika seorang penghuni hotel merampas dan menginjak-injak lencana merah putih yang dipakai oleh pemuda Indonesia.

Baca Selengkapnya
Apa Tujuan Penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok? Begini Sejarahnya
Apa Tujuan Penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok? Begini Sejarahnya

Berikut ini adalah jawaban atas pertanyaan apa tujuan penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok.

Baca Selengkapnya
Sisi Lain Mayjen Sungkono Pertaruhkan Nyawa Demi Surabaya, Sebelum Perang Selalu Jahit Pakaiannya Sendiri
Sisi Lain Mayjen Sungkono Pertaruhkan Nyawa Demi Surabaya, Sebelum Perang Selalu Jahit Pakaiannya Sendiri

Keterampilannya menjahit tak bisa dipisahkan dari masa kecilnya

Baca Selengkapnya
Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, Ini Sejarah dan Para Tokoh Penggagasnya
Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, Ini Sejarah dan Para Tokoh Penggagasnya

Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah upaya besar dalam perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.

Baca Selengkapnya