Ini Besaran Harga Tiket Kereta Mudik Zaman Belanda
Merdeka.com - Angkutan umum kereta api sudah sejak lama menjadi pilihan untuk mudik Lebaran. Bahkan, sejak masa kolonial Pemerintahan Hindia Belanda. Kereta api menjadi moda transportasi utama.
Pada masa Hindia Belanda, tiket kereta api dibedakan menjadi beberapa golongan. Golongan 1 diperuntukkan bagi orang Eropa. Golongan 2 untuk golongan asing (Cina dan Arab). Terakhir, golongan 3 untuk pribumi.
Harga tiket dan fasilitas dari tiap golongan pastinya berbeda-beda. Harga tiket kereta api pada masa Hindia Belanda tahun 1889 naik di saat-saat mudik lebaran.
-
Mengapa jalan zaman kolonial di Indonesia menarik untuk dibandingkan? Diketahui bahwa Indonesia pernah dijajah, dan bukti sejarahnya dapat dilihat dari potret-potret jalan di masa kolonial.
-
Bagaimana cara pelat nomor digunakan di Indonesia pada masa penjajahan? Batalion Inggris kemudian menyebar ke beberapa daerah di Indonesia dan menetapkan setiap daerah memiliki kode sesuai nama batalyon yang berhasil menempati daerah tersebut. Mulai saat itulah ditetapkan aturan bagi setiap kereta kuda yang merupakan kendaraan di era tersebut untuk menggunakan plat nomor sesuai dengan penamaan batalyon di daerah masing-masing.
-
Bagaimana pajak di masa kolonial? Pemerintah kolonial kemudian mulai membidik pajak tanam paksa yang dipelopori oleh Gubernur Jenderal Van den Bosch.
-
Apa jenis sepeda yang mahal di masa kolonial? Pada masa kolonial Belanda, harga sepeda seperti Gazalle hampir setara dengan 1 ons emas atau setara dengan Rp25 juta.
-
Apa penyebab kemacetan di tahun 1960-an? Pada periode 1960-1980, kemacetan disebabkan oleh infrastruktur jalan yang kurang memadai, meningkatnya jumlah kendaraan pribadi, kekurangan tempat parkir, dan ketidakaturan pengguna jalan.
-
Siapa yang ngomong tentang tiket kereta? 'Peningkatan jumlah perjalanan KA ini merupakan bagian dari komitmen KAI Khususnya Daop 1 Jakarta untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, terutama pada masa high season seperti periode liburan sekolah saat ini,' kata Ixfan dalam keterangannya, Selasa (25/6).
Tiket kereta pada saat itu melonjak dengan kenaikan harga f 1 (satu gulden) pada setiap satu kilometer.
"Tiket golongan 1 dijual dengan harga 6 cent, golongan dua dijual dengan harga 4 cent, dan golongan 3 dengan harga paling rendah yaitu 1,6 cent," tulis laporan Staatsspoorwegen op Java: Bepalingen en Tarieven.
Manajemen Penumpang
Boleh dikatakan, sistem manajemen penumpang angkutan pada masa Pada masa Hindia Belanda lebih baik ketimbang masa pemerintahan Indonesia tahun 1970an.
"Di Bandung contohnya, penumpang yang memiliki dan tidak memiliki tiket tidak dapat dibedakan karena terlalu padat, apalagi di saat-saat lebaran. Kebijakan untuk para pengantar pun tidak bagus, alhasil banyak pengantar penumpang yang terbawa kereta," tulis Syarifani dalam Jurnal Historia Madani berjudul Kereta Api dan Tradisi Mudik Lebaran di Bandung.
Sedangkan pada masa Hindia Belanda jauh lebih baik. Penumpang yang memiliki tiket akan diatur dari satu stasiun ke stasiun berikutnya. Bagi yang tidak memiliki tiket, tidak boleh berada di sekitar peron.
Pembagian golongan pada sistem Hindia Belanda juga menjadi salah satu faktor sistem pertengahan tahun 1800an jauh lebih baik ketimbang tahun 1970an.
Reporter Magang: Ita Rosyanti (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejarah penggunaan pelat nomor kendaraan di dunia dan Indonesia.
Baca SelengkapnyaAnak-anak di bawah usia tertentu tidak perlu membayar biaya perjalanan haji
Baca SelengkapnyaStasiun Binjai, salah satu peninggalan zaman Belanda yang masih kokoh dan berfungsi dengan baik.
Baca SelengkapnyaSebagai pusat ekonomi dan pemerintahan dibutuhkan angkutan massal yang menopang mobilitas warga di DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaMolek adalah transportasi legendaris asal Bengkulu yang digunakan untuk mengangkut penumpang dan logistik antar desa.
Baca SelengkapnyaGedung tersebut merupakan tempat sosialita orang-orang Belanda. Sayangnya, kini gedung tersebut sudah dihancurkan untuk dijadikan lahan parkir.
Baca SelengkapnyaMinimnya lapangan pekerjaan dan upah buruh yang rendah membuat warga Blitar rela meninggalkan kampung halamannya
Baca SelengkapnyaJarak Jakarta-Surabaya dapat ditempuh dalam waktu 11 jam. Tak jauh berbeda dengan waktu tempuh kereta api saat ini.
Baca Selengkapnya