Jenderal S.Parman Berbisik pada Benny Moerdani: Kalau jadi ke China, Jangan Lajang
Merdeka.com - Pada akhir tahun 1964, Mayor Benny Moerdani berusia 31 tahun. Dia masih bertugas di RPKAD. Saat itu, di atas pangkat Mayor hanya ada dua orang letnan kolonel dan seorang kolonel. Menghadapi kenyataan tersebut, Benny menyadari sulitnya naik pangkat dalam kesatuannya.
Pernah suatu ketika Benny berkeinginan menjadi Komandan Kodim di Pontianak. Agar tour of duty-nya menjadi lengkap. Meski besar hasratnya menjadi Komandan Kodim, keinginan tersebut justru dibatalkan sendiri.
"Sebagai seorang anggota ABRI yang mau tidak mau sudah disebut pahlawan karena memiliki penghargaan Bintang Sakti, tentu akan menjadi banyak sekali pertanyaan kalau mendadak saya mengantarkan keinginan menjadi perwira teritorial," ucap Benny dalam buku Benny Moerdani Profil Prajurit Negarawan.
-
Kenapa Benny Panjaitan dikenal sebagai sosok yang serius? Sosok yang Serius Melansir dari Antara pada tahun 2017 silam, pengamat musik bernama Bens Leo menilai bahwa Benny merupakan sosok yang serius.
-
Siapa yang mengangkat Benny Moerdani? Presiden Soeharto mengangkat Jenderal Benny Moerdani sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia tahun 1983.
-
Bagaimana Benny menjadi panglima? Benny selalu bergerak di belakang layar. Sebagai intelijen, sosoknya tak banyak dikenal publik.
-
Bagaimana Benny Moerdani mendapat kenaikan pangkat menjadi Mayor? Aksi Benny Moerdani di Merauke membuatnya mendapat kenaikan pangkat istimewa menjadi Mayor.
-
Siapa yang memiliki dedikasi? Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali bertemu dengan individu-individu yang memiliki dedikasi tinggi, yang mampu menginspirasi dan memberikan dampak positif bagi sekitarnya.
-
Apa cita-cita Jenderal Surono? Surono meninggalkan pekerjaannya sebagai juru tulis. Dia mendaftar ke Bogor dan diterima sebagai Shodancho atau komandan peleton. Setingkat letnan dalam ketentaraan. Setelah dilantik pada Bulan Desember 1943, Surono ditempatkan di Daidan Cilacap.
Tetapi Benny tidak menyerah begitu saja untuk meraih pangkat yang lebih tinggi. Berbagai macam pendidikan militer diikuti.
Dia juga telah mengikuti penugasan dalam pasukan tempur, menjadi pelatih dan guru dalam ilmu kemaritiman. Hanya tinggal satu bidang yang belum pernah dijalani Benny yaitu bidang teritorial yang dikenal dengan tour of duty.
Bertemu Jenderal Galak dan Tegas
Untuk mewujudkan keinginannya, Benny mendaftar kursus calon atase militer. Orang yang mengujinya waktu itu adalah Jenderal S. Parman. Semangat Benny tak kendor meskipun beredar rumor Jenderal S. Parman galak dan tegas.
Saat ujian, Benny merasa tenang. Berkas pendidikan militernya dibolak-balik Jenderal Parman. Dia tak khawatir lantaran nilainya memuaskan. Benny berusaha fokus menebak pertanyaan yang akan ditanyakan sang penguji.
"Kalau sudah jadi atase, akan pilih tugas di mana?" tanya Jenderal Parman"Siap Pak, di China…" Jawab Benny cepat.
Jawaban Benny membuat Jenderal Parman kaget dan heran. Pasalnya, baru ada prajurit yang dengan lantangnya menjawab ingin tugas di China, biasanya prajurit ingin ditugaskan ke Jepang atau Inggris. Bukan China.
Benny punya alasan menjawab China. Ternyata karena Bahasa China merupakan bahasa resmi PBB. Jadi masyarakat yang berbahasa semacam itu tentu besar jumlahnya dan besar juga pengaruhnya.
Benny juga mengutip ucapan Napoleon Bonaparte. China ibarat rakyat raksasa tidur.
Tak Boleh Lajang
Lantaran jawabannya memuaskan dan meyakinkan, kurang dalam waktu tiga menit Benny dinyatakan lolos sebagai peserta kursus atase militer. Saat itu Benny satu angkatan dengan Letnan Kolonel Sugeng Djarot, Mayor Subyakto, Kolonel Alamsyah, dan Mayor Tjuk Setyohadi.
Sebelum meninggalkan ruangan ujian, Jenderal Parman membisikkan sebuah pesan kepada Benny. Isinya singkat.
"Rotasi penugasan di Peking China jauh lebih lama dibanding tempat lain. Di samping itu, gadis China terkenal cantik. Maka kalau nanti jadi dikirim ke sana, kau harus tak boleh bujangan lagi," bisik Jenderal Parman.
Reporter Magang: Ita Rosyanti (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dikenal sebagai antitesis Soeharto, sosok Benny Moerdani ternyata memiliki kisah tak terungkap antara dirinya dan sang Presiden kedua RI. Simak ulasan berikut.
Baca SelengkapnyaJenderal yang paling dipercaya ini tiba-tiba berani mengkritik sepak terjang anak presiden. Jabatan taruhannya.
Baca SelengkapnyaPresiden sudah akan menaikkan pangkatnya bulan Agustus. Tapi dia menolak kesempatan langka menjadi jenderal.
Baca Selengkapnya"Jangan tamtama, langsung bintara aja. Kamu langsung masuk pendidikan," perintah Dudung.
Baca SelengkapnyaJenderal, Kolonel, Letnan kolonel tak ada yang berani mengacungkan tangan. Pilihan jatuh pada seorang kapten baret merah.
Baca SelengkapnyaKesal tak bisa mengalahkan kapten baret merah Indonesia, mereka melampiaskannya pada jaket militer tersebut.
Baca SelengkapnyaBagi Kasad Maruli sosok almarhum Doni sejak dulu dikenal sebagai jagoan.
Baca Selengkapnya