Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

'Kelompok Pro-PKI' di Balik Kisruh Internal dan Kudeta Kepala Kepolisian

'Kelompok Pro-PKI' di Balik Kisruh Internal dan Kudeta Kepala Kepolisian Kepala Kepolisian Negara Soekanto. ©2023 Merdeka.com

Merdeka.com - Pada 11 Desember 1959, Kepala Kepolisian Negara Soekanto mendapatkan telepon dari Kepala Staf Angkatan Bersenajata (KSAB), Nasution. Dia mengatakan, ada 7 anggota kepolisian menghadapnya dan meminta agar Soekanto diganti.

Mendengar itu, Soekanto terkejut dan bertanya kepada Nasution mengenai nama-nama ke-7 anggota polisi yang menghadapnya.

"Siapa saja mereka?" tanya Soekanto."Enoch Danoebrata, Soemeru, Soetarto, Soeparto, Soekashar, Soetjipto Danoekoesoemo, dan Poerwata," jawab Nasution.

Menurut Soekanto, tindakan 7 perwira Polri tersebut merupakan tindakan indisipliner. Bahkan dicap sebagai pengkhianatan.

Ternyata, ada pengaruh 'kelompok pro-PKI' di balik pelengseran Soekanto sebagai Kepala Kepolisian Negara pada 17 Desember 1959.

"Soekanto yakin bahwa di antara 7 perwira tersebut ada yang telah dianggap komunis untuk menggerogoti kepolisian dari dalam. Kemudian terbukti salah seorang dari mereka terlibat dalam peristiwa G30S/PKI tahun 1965," seperti dikutip dalam buku Jenderal Polisi R.S. Soekanto.

Kelompok Soegeng Soetarto

Soegeng Soetarto termasuk ke dalam 7 perwira Polri yang menginginkan agar posisi Soekanto sebagai Kepala Kepolisian Negara diganti. Sebagai Kepala Staf Biro Pusat Intelijen (BPI), pengakuan Soetarto menjadi awal isu Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta.

Setelah peristiwa G30S/PKI tahun 1965, Soetaro diberikan hukuman seumur hidup dan bebas pada tahun 1995, setelah mengajukan grasi kepada Presiden Soeharto.

Dua tahun sebelum meletusnya pemberontakan G30S, terjadi dualisme di tubuh Kepolisian Negara. Dualisme terjadi karena Soetarto bersama kelompoknya ingin menyeret Kepolisian Negara agar pro-PKI. Sementara kelompok yang menentang berasal dari kelompok Soekarno Djojonegoro.

Akhirnya Soetjipto yang diangkat sebagai Kepala Kepolisian Negara di tengah dualisme arah politik Kepolisian. Pengangkatan ini tidak memuaskan kelompok Soetarto yang menginginkan dirinya menjadi Kepala Kepolisian. Ketidakpuasan tersebut membuat kelompok Soetarto melakukan berbagai intrik untuk menggoyang kedudukan Soetjipto sebagai Kepala Kepolisian.

"Bahkan, ia berusaha menggeser kedudukan tokoh-tokoh kepolisian yang anti komunis dari Mabak. Soejipto Joedodihardjo, misalnya, dipindahkan menjadi Kepala Pusat Pertahan Sipil di Mabes ABRI, dan Wakil KKN Mohammad Soerjopranoto dipensiunkan," seperti dikutip dalam buku Sejarah Perkembangan Kepolisian di Indonesia.

Soetjipto menanggapi kelompok pro-PKI dengan tegas. Dia melakukan pembersihan di tubuh Kepolisian karena kelompok pro-PKI disebut membuat keresahan. Namun, keinginan Soetjipto untuk melakukan pembersihan di tubuh Kepolisian Negara dari kelompok pro-PKI tidak disetujui oleh Presiden Sukarno.

Keputusan Presiden Sukarno dengan tidak menyetujui pembersihan kelompok pro-PKI dalam tubuh Polri selaras dengan apa yang disinyalir oleh Soekanto saat dirinya diturunkan.

"Soekanto mensinyalir bahwa komunis ikut mendalangi semua itu melalui beberapa oknum polisi di kepolisian. Kemudian, usaha komunis lewat Bung Karno yang semuanya bertujuan untuk menjatuhkan Soekanto sebagai Kepala Kepolisian Negara," seperti dikutip dalam buku Jenderal Polisi R.S. Soekanto.

Infiltrasi Simpatisan PKI

Kelompok pro-PKI seolah mendapatkan kemenangan setelah Soetjipto Danoekoesoemo digantikan Soetjipto Joedodiardjo pada 9 Mei 1965. Kelompok Soetarto mengatur siasat untuk mempengaruhi Kepala Kepolisian ke arah garis revolusioner. Ini terlihat dari beberapa pergantian jabatan dalam tubuh Polri.

"Kebijakan yang diambil oleh Soetjipto Joedodihardjo antara lain mengganti 13 Pandak sekaligus, mengganti pejabat-pejabat penting Staf Mabes Polri dengan mereka yang dikatakan progresif revolusioner,” seperti dikutip dalam buku Polri Dalam Dinamika Sejarah.

Pada minggu awal bulan September 1965 yang merupakan bulan meletusnya pemberontakan G30S/PKI. Rapat Kerja Polri menghasilkan suatu putusan bahwa Polri mengakui adanya Angkatan V (Buruh-Tani). Dengan hal tersebut, semakin memperlihatkan bahwa telah terjadi infiltrasi simpatisan PKI ke dalam tubuh Polri dengan mengakui gagasan Angkatan V milik PKI.

"Diberitakan bahwa salah satu hasil kongkret Rapat Kerja Polri itu adalah Polri mengakui adanya Angkatan V," seperti dikutip dalam buku Polri Dalam Dinamika Sejarah.

Reporter Magang: Muhamad Fachri Rifki (mdk/noe)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Teka-Teki Isu Dewan Jenderal Pemicu Peristiwa G30S/PKI
Teka-Teki Isu Dewan Jenderal Pemicu Peristiwa G30S/PKI

Soekarno yang mendengar isu Dewan Jenderal ini lantas berniat untuk menghadirkan para jenderal ke Istana.

Baca Selengkapnya
Kisah Polisi Jujur, Jenderal Hoegeng dan Ketegangan dengan Soeharto
Kisah Polisi Jujur, Jenderal Hoegeng dan Ketegangan dengan Soeharto

“Di negara ini hanya ada tiga polisi yang tidak bisa disuap, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng,” kata Gus Dur.

Baca Selengkapnya
Cikal Bakal Lahirnya DPR, Anggotanya Cuma 135 Orang
Cikal Bakal Lahirnya DPR, Anggotanya Cuma 135 Orang

Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) merupakan cikal bakal terbentuknya lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Baca Selengkapnya
Maut Menjemput Brigjen Soepardjo, Jenderal Pendukung G30S/PKI
Maut Menjemput Brigjen Soepardjo, Jenderal Pendukung G30S/PKI

Brigjen Soepardjo adalah tentara paling tinggi yang terlibat langsung penculikan para jenderal saat G30S/PKi.

Baca Selengkapnya
Diangkat jadi Film Layar Lebar, Begini Potret Kelam Perebutan Kekuasaan di Banyuwangi Tahun 1965
Diangkat jadi Film Layar Lebar, Begini Potret Kelam Perebutan Kekuasaan di Banyuwangi Tahun 1965

Terpilihnya Suwarno Kanapi sebagai Bupati Banyuwangi yang diusung PKI membuat lawan-lawan politiknya tidak puas.

Baca Selengkapnya
Perintah Rahasia Letjen Soeharto ke Kostrad: Lindungi Mahasiswa yang Berdemo
Perintah Rahasia Letjen Soeharto ke Kostrad: Lindungi Mahasiswa yang Berdemo

Militer ada di belakang aksi-aksi mahasiswa pasca G30S/PKI. Ini pengakuan para jenderal saat itu.

Baca Selengkapnya
Apa Saja yang Terjadi saat Peristiwa Kudatuli hingga Nama Megawati Melambung
Apa Saja yang Terjadi saat Peristiwa Kudatuli hingga Nama Megawati Melambung

PDI sempat pecah jadi dua, antara Kubu Soejadi dan Kubu Megawati.

Baca Selengkapnya
Cerita Soeharto Nyaris Mau Mundur dari Tentara, Malah Dikasih Bintang Satu
Cerita Soeharto Nyaris Mau Mundur dari Tentara, Malah Dikasih Bintang Satu

Soeharto murka ketika mobil-mobil yang akan diselundupkannya ke Jawa dicegah naik kapal.

Baca Selengkapnya
September 1976, Saat Soeharto Bongkar Gerakan yang Ingin Melengserkannya dari Kursi Presiden
September 1976, Saat Soeharto Bongkar Gerakan yang Ingin Melengserkannya dari Kursi Presiden

Presiden Soeharto menegaskan pergerakan yang ingin menjatuhkan dirinya dari kursi Presiden dipimpin oleh tokoh bernama Sawito.

Baca Selengkapnya
Ramai-Ramai Anak Buah Asep Guntur Kecewa ke Pimpinan KPK: Cuci Tangan & Salahkan Bawahan
Ramai-Ramai Anak Buah Asep Guntur Kecewa ke Pimpinan KPK: Cuci Tangan & Salahkan Bawahan

Disusul dengan permintaan maaf Johanis ke TNI dengan menyebut penyelidiknya khilaf saat OTT (Operasi Tangkap Tangan) kasus dugaan suap di Basarnas.

Baca Selengkapnya
Eks Penyidik KPK: 15 Tersangka Pelaku Pungli di Rutan Jadi Hari Kelam Pemberantasan Korupsi
Eks Penyidik KPK: 15 Tersangka Pelaku Pungli di Rutan Jadi Hari Kelam Pemberantasan Korupsi

Seharusnya para pegawai KPK ini penjaga moral dan integritas antikorupsi bukan malah jadi pelaku korupsi

Baca Selengkapnya
DPR Sebut Rakyat Tak Lagi Percaya KPK, Capim Poengky: Yang Kami Tahu Masalah Integritas
DPR Sebut Rakyat Tak Lagi Percaya KPK, Capim Poengky: Yang Kami Tahu Masalah Integritas

Kondisi tersebut pun membuat publik tidak lagi percaya dengan kinerja KPK dalam pemberantasan korupsi.

Baca Selengkapnya