Ki Gede Bungko, Panglima Laut dari Cirebon Pengusir Portugis & Perompak di Laut Jawa
Merdeka.com - Di masa kekuasaan Kasultanan Cirebon, sekitar abad 15-16 masehi, ada tokoh yang diperhitungkan kiprahnya bernama Ki Gede Bungko. Sosok pahlawan dari Kasultanan Cirebon tersebut berpengaruh, lantaran posisinya sebagai panglima angkatan laut. Ia berhasil menghalau kejahatan seperti perompak di Laut Jawa.
Bahkan seperti dikutip dari laman historyofcirebon, Kamis (29/7), sosoknya turut andil saat menumpas bangsa Portugis bersama Kerajaan Demak di Pelabuhan Sunda Kelapa, Batavia pada tahun 1522 M. Seperti apa kisah menariknya?
Veteran Angkatan laut Majapahit
-
Siapa yang memimpin Cirebon saat melawan Portugis? Ketika itu, Kerajaan Cirebon dipimpin oleh ulama karismatik Tu Bagus Pasei atau Fadilah Khan atau Fatahillah atau Faletehan bersama pasukan Cirebon.
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
-
Mengapa Portugis datang ke Nusantara? Mereka datang ke Nusantara demi menguasai pulau-pulau penghasil rempah.
-
Apa kerja sama Pajajaran dan Portugis? Bentuk kerja sama itu antara lain, Portugis diizinkan membangun benteng di wilayah Kalapa. Pajajaran memberikan 1.000 karung lada, yang harus ditukar dengan barang-barang keperluan yang dibawa oleh kapal-kapal Portugis dari luar negeri.
-
Siapa yang memimpin pasukan Mataram menyerang Batavia? Saat itu pasukan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung mengirimkan prajuritnya ke Batavia untuk menyerang Belanda.
-
Siapa yang memimpin penyerbuan markas Belanda di Manado? Penyerbuan ini dipimpin langsung oleh Charles C. Taulu, S.D. Wuisan, dan juga Bernard Wilhelm Lapian.
Kisah Ki Gede Bungko, Panglima Angkatan Laut Kasultanan Cirebon ©2021 Kanal Youtube Bung Fei/Merdeka.com
Berdasarkan catatan Naskah Serat Carub Kandha karangan Pangeran Abdul Hamid Sukama Jaya tahun 1840, menyebutkan jika ia merupakan sosok penting lantaran pengalamannya sebagai panglima angkatan laut yang tak diragukan lagi.
Sebelum diberi gelar oleh Sunan Gunung Jati, Ki Gede Bungko pernah menjadi panglima angkatan laut dari kerajaan Majapahit.
Dikisahkan jika Ki Gede Bungko merupakan murid dari Sunan Ampel yang diboyong oleh Sunan Gunung Jati untuk membantu kerajaan dari Kasultanan Cirebon.
Berasal Dari Banyuwangi
Sempat bertugas di kerajaan Majapahit, Ki Gede Bungko adalah pendatang asal Blambangan (Banyuwangi) dengan nama asli Jakataruna. Ia bertemu dengan Sunan Gunung Jati saat berkunjung ke Surabaya untuk menemui Sunan Ampel
Ketika itu, Jakataruna diutus Sunan Ampel usai bertapa 11 tahun untuk mendampingi Sunan Gunung Jati ke wilayah Jawa bagian Barat. Nama Ki Gede Bungko merupakan pemberian Sunan Gunung Jati usai Jakataruna diberikan jabatan sebagai penguasa (Ki Gede) di desa Bungko, kawasan pesisir Barat laut Cirebon, dan berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Hingga saat ini, peninggalannya masih tersisa yakni Angklung Bungko. Ki Gede Bungko dulu amat menggemari permainan musik dari bambu tersebut, hingga dijadikannya sebagai hiburan di sela-sela kegiatan pengamanannya dan menjalankan pemerintahan Desa Bungko. Di lokasi ia juga turut dikenal dengan nama Syekh Benting.
Penumpas Perompak Ganas di Laut Jawa
Kiprahnya diandalkan karena mampu menumpas perompak ganas yang beroperasi di wilayah laut Jawa, mulai dari laut Pekalongan hingga kawasan Jakarta.
Kejadian tersebut bermula saat putra mahkota Sunan Gunung Jati, Pangeran Bratakelana dirompak oleh Luwu Ijo (pasukan perampok laut yang menguasai laut kawasan Gebang hingga Mundu).
Saat itu, ia terbunuh bersama puluhan pengawalannya di atas kapal ketika akan memasuki perairan Cirebon. Hartanya dirampas, dan mayatnya dibuang ke laut setelah ditombak Luwu Ijo.
Sunan Gunung Jati sedih karena calon penerusnya meninggal, lantas murka dan menugaskan Ki Gede Bungko untuk membasmi Luwu Ijo dan ratusan pasukannya hingga tak bersisa. Setelah itu kondisi perairan Utara Jawa pun stabil, dan perekonomian Internasional (perdagangan rempah) berjalan.
Menumpas Portugis dengan Strategi Unik
Yang menarik dari keberanian Ki Gede Bungko, ia mampu melawan bangsa Portugis yang saat itu bekerja sama dengan Kerajaan Pajajaran usai kalah perang dengan Cirebon.
Portugis diminta Raja Pajajaran, Surawisesa untuk menjaga satu satunya perputaran ekonomi di Sunda Kelapa dengan mengizinkannya mendirikan sebuah Loji (benteng). Merasa stabilitas nusantara terancam, Sunan Gunung Jati lantas mengirim ratusan pasukan untuk menggempur dua sisi, yakni darat dan laut.
Saat itu, peperangan turut dikomandoi oleh Ki Gede Bungko, dengan berpura-pura kalah, dan setelah Potugis lengah langsung diserang dari darat dan laut. Berkat keberaniannya mengusir bangsa Portugis, ia turut dianugerahi gelar Laksamana. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Koalisi Demak dan Cirebon mencemaskan Sri Baduga di Pakuan.
Baca SelengkapnyaSalah satu figur pahlawan legendaris dari Pulau Bintan yang berjasa melindungi tanah kelahirannya dari jajahan bangsa Portugis.
Baca SelengkapnyaPemberontakan yang ia pimpin menjadi pemberontakan besar terhadap Belanda yang pertama di Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaMenempati lahan seluas 5 hektare, benteng ini lokasinya sangat dekat dengan bibir pantai.
Baca SelengkapnyaSetelah masa Perang Jawa, ia menikmati masa pensiun dengan kehidupan yang damai di Semarang hingga wafat pada tahun 1856.
Baca SelengkapnyaHingga kini, jejak keberadaan Portugis masih bisa dijumpai pada banyak lokasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPanglima Perang dari Riau ini terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Sumatera Barat di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.
Baca SelengkapnyaPutra penguasa Pangala ini memimpin masyarakat di Tanah Toraja untuk melawan kolonial Belanda dalam rentang waktu yang cukup lama.
Baca SelengkapnyaAndi Sumpu Muhammad yang diberi gelar Panglima Jukse Besi, dikenal dengan kesaktiannya.
Baca SelengkapnyaMenurut tutur pitutur sejarah, kapal-kapal buatan Dasun terkenal akan kualitasnya. Bahkan, kemampuan berlayar bisa hingga lintas benua di Brazil.
Baca SelengkapnyaPangeran Diponegoro wafat pada tanggal 8 Januari 1855 di Makassar, Sulawesi.
Baca Selengkapnya