Pertempuran di Hari Lebaran, Imam RPII Ditembak Mati Pasukan Elite TNI
Merdeka.com - Tahun 1964, TNI menggelar operasi militer besar-besaran. Targetnya menangkap hidup atau mati Kahar Muzakkar. Imam Republik Persatuan Islam Indonesia (RPII) yang sudah memberontak 14 tahun melawan pemerintah di wilayah Sulawesi Selatan.
Kekuatan RPII cukup besar dengan senjata yang lengkap. Ditambah lagi pasukan Kahar sangat menguasai medan pertempuran di pegunungan.
Salah satu pasukan andalan untuk Operasi Tumpas/Kilat berasal dari Jawa Barat. Panglima Kodam Hassanudin Kolonel M Jusuf mendapat dua brigade infanteri dari Siliwangi, ditambah batalyon 330.
-
Siapa yang gugur dalam pertempuran? Kabar pasti baru diterimanya dari Kapten Djajoesman, seorang anggota intel tentara di Jawa Timur yang merupakan sahabat baik Oetari. Menurut sang kapten, Soewanda memang telah gugur dalam suatu pertempuran seru yang terjadi di Klakah pada Juni 1949.
-
Siapa yang tewas dalam kontak senjata? 'Adapun identitas KKB yang tewas yakni, Oni Kobagau, Jaringan Belau, Agustia, dan Ones,' tutur Faizal kepada wartawan, Rabu (24/1/2024).
-
Siapa yang tewas dalam penyerangan KKB? Berdasarkan hasil investigasi, personel OPM yang tewas adalah Engabub.
-
Siapa yang menjadi korban tewas? Korban meninggal dunia:1. Catur Pancoro (47) warga Tulangan, Sidoarjo.2. Hadi umar F (21), warga Mojo Lebak Mojokerto.3. Aditya Sapulete (38), warga Cungkup Pucuk, Lamongan.
-
Siapa yang meninggal dalam insiden ini? Yang lebih memilukan, kedua teknisi itu masih sangat muda, berusia 19 tahun dan 21 tahun.
-
Kapan Harun Kabir dieksekusi mati? 13 November 1947, pasukan Belanda menggedor sebuah gubuk di Hutan Cihurang, di pedalaman Cianjur. Di dalam rumah itu, ada Kapten Harun Kabir, Kepala Bagian Zeni, Brigade Suryakencana, dan anak istrinya.
Kehadiran Pasukan Kujang dari Siliwangi ini memang diminta khusus oleh M Jusuf. Pasukan ini sebelumnya berhasil menangkap Kartosoewirjo, Imam Besar DI/TII di Jawa Barat dan mengakhiri pemberontakan.
Pasukan Religius dari Jawa Barat
Sebagai Kepala Staf Operasi Kilat, ditunjuk Kolonel Solichin GP, seorang perwira senior dari Siliwangi. Jusuf tak salah memilih jago tempur yang berpengalaman dalam perang gerilya.
Kolonel Solichin GP menggunakan taktik yang sama dengan saat mengalahkan DI/TII di Jawa Barat. Dia yakin dukungan rakyat pada Kahar bisa direbut karena seringnya gerombolan ini melakukan aksi teror.
"Saya merasa yakin rakyat bisa direbut, karena kerusakan yang diakibatkan oleh gerombolan Kahar sama seperti yang ditimbulkan oleh DI/TII," kata Solichin.
Dalam buku Jenderal M Jusuf, Panglima Para Prajurit yang ditulis Atmadji Sumarkidjo, satu hal yang membuat Pasukan Siliwangi bisa diterima oleh Rakyat Sulawesi adalah karena pembawaan alamiah mereka.
Anggota pasukan ini dikenal taat menjalankan salat lima waktu dan berkumpul dalam musala bersama warga desa. Hal ini cocok dengan kebiasaan masyarakat setempat yang religius. Banyak warga yang sadar dan meninggalkan kelompok DI/TII.
Walau begitu tetap saja ada beberapa perubahan strategi di lapangan karena anak buah Kahar memiliki kemampuan tempur dan persenjataan yang lebih baik.
Pasukan Kahar dikenal berani menyergap pasukan TNI yang tidak waspada. Berkali-kali TNI mendapat serangan mendadak yang menimbulkan korban jiwa.
Pasukan Elite dalam Operasi Mobil Udara
Sejak tahun 1964, perburuan pada Kahar Muzakkar makin gencar. Posisinya makin lemah karena banyak pengikut yang menyerah. Namun lebatnya hutan belantara di Sulawesi membuat Kahar masih bisa bergerak cukup leluasa.
Posisi Kahar diketahui sudah menyeberang ke Sulawesi Tenggara, hal itu diketahui dari Andi Rawe, istri Kahar yang sudah menyerah pada pihak TNI.
Pasukan Yon 330/Kujang I segera melakukan pengejaran. Komandan Batalyon Mayor Yogie SM bertekad tak akan membawa pasukan elite ini pulang ke Jawa Barat sebelum menangkap Kahar Muzakar.
"Panglima Jusuf juga menugaskan tiga kompi RPKAD, tiga kompi Raiders Hasanuddin, Yon 013 Hasanuddin dan satu setengah kompi Brimob," tulis Atmadji.
Angkatan Udara ikut mengerahkan helikopter untuk mengangkut pasukan dan mendrop logistik ke wilayah yang sulit. Untuk mengejar Kahar, pasukan RPKAD diangkut dengan helikopter ke tempat yang diduga lokasi Kahar berada.
Kalau diperlukan, helikopter akan mendarat di puncak-puncak bukit. Pasukan bisa langsung turun mengecek dan memburu Kahar.
Operasi ini dinamakan air mobile atau mobil udara. Teknik baru yang baru dipelajari M Jusuf di luar negeri. Di Vietnam, pasukan AS banyak menggunakan cara ini.
Titik terang mulai terlihat. Pada Januari 1965, tim RPKAD menangkap seorang perwira kepercayaan Kahar. Diperoleh lokasi persembunyian pemimpin pemberontak itu.
Pasukan Kujang Memburu Kahar Muzakkar
Mayor Yogie S Memet memerintahkan pasukannya bergerak. Salah satunya adalah Peleton 1 Kompi D pimpinan Peltu Umar yang mulai bergerak sejak 27 Januari 1965.
Pasukan ini hanya dibekali logistik untuk empat hari. Seharusnya sudah kembali ke markas mereka tanggal 31 Januari. Namun Peltu Umar menemukan petunjuk baru, dan memutuskan terus bergerak mengejar Kahar.
"Karena logistik sudah habis, pasukan terpaksa makan dedaunan untuk bertahan hidup."
Upaya mereka menyusuri Sungai Lasolo tidak sia-sia. Tanggal 1 Februari 1965, mereka menangkap menteri kesehatan RPII dan sejumlah simpatisan Kahar Muzakkar. Mereka makin yakin posisi Kahar sudah dekat.
Tertembak di Hari Idul Fitri
Tanggal 2 Februari, pasukan Kujang itu mengintai seorang pria membawa senjata naik rakit menyusuri Sungai Lasolo. Ternyata ada beberapa buah bivak di tepi sungai.
"Sayup-sayup terdengar suara radio transistor memutar lagu 'Kenang-Kenangan'. Menurut penunjuk jalan, ini adalah lagu favorit Kahar."
Pada 3 Februari 1965 dini hari, tepat di hari Raya Idul Fitri, Peltu Umar memerintahkan 30 prajuritnya menyeberang sungai Lasolo. Sementara empat orang prajurit berjaga di seberang sungai mencegah Kahar melarikan diri.
Pasukan Siliwangi mulai menembaki orang-orang yang keluar dari Bivak. Mereka kaget, tak menyangka ada serangan mendadak.
Saat itulah, Kopral Satu Ili Sadeli melihat seseorang berlari meninggalkan bivak sambil membawa sesuatu. Dalam cahaya yang terbatas, Kopral Sadeli menduga pria itu membawa granat tangan.
Dia tidak mau mengambil risiko. Tiga tembakan dilepaskan dari senapan Thompsonnya. Lelaki itu pun tersungkur di tanah.
Pertempuran di pagi buta itu hanya berlangsung lima menit. Setelah diidentifikasi, ternyata benar Kahar Muzakkar ikut tewas dalam penyergapan itu.
Dikenali dari Celana Dalam
Jenazah Kahar Muzakkar kemudian dibawa naik rakit ke pos TNI terdekat. Dari sana informasi tersebut dikirimkan ke Panglima M Jusuf. Jusuf segera meneruskan kabar penting itu ke Jenderal Ahmad Yani yang langsung melapor ke Presiden Sukarno.
Selain foto yang diberikan pada setiap prajurit yang mengikuti operasi Kilat/Tumpas, ada lagi beberapa ciri khas Kahar.
Pertama adalah tahi lalat, lalu gigi emas dan celana dalam yang dibordir dengan inisial KM.
"Almarhum tidak mau memakai sembarang celana dalam, kecuali yang dibordir khusus oleh istrinya yang keempat," kata M Jusuf.
Jenazah Kahar kemudian dikubur di lokasi yang sangat dirahasiakan. Tak seorang pun yang tahu lokasinya.
M Jusuf tak pernah mau menceritakan di mana jenazah Kahar dimakamkan. Rahasia ini tetap terkubur bersama M Jusuf yang meninggal tahun 2004. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
KKB melakukan penyerangan dari arah pemukiman warga.
Baca SelengkapnyaTNI versus Tokoh PKI Kebal Peluru, apa yang dilakukan untuk melawan PKI?
Baca SelengkapnyaIdentitas dua anggota TNI yang membantu Praka RM menculik dan menganiaya pemuda asal Aceh, Imam Masykur (25) diungkap ke publik.
Baca SelengkapnyaKepala Pengadilan Militer akan menetapkan majelis hakimnya untuk menyidangkan kasus tersebut.
Baca SelengkapnyaPomal Lantamal VI Makassar masih menahan Koptu SB yang terjerat kasus penembakan dua remaja. Sementara keluarga korban berharap tersangka pelaku dihukum berat.
Baca SelengkapnyaTNI mengungkapkan hasil autopsi Imam Masykur korban penganiayaan anggota Paspampres Praka Riswandi Manik dan dua prajurit TNI.
Baca SelengkapnyaS mengakui panik usai menabrak korban. Saat itu pelaku gugup sehingga tidak membantu korban yang ditabraknya.
Baca SelengkapnyaInsiden itu terjadi saat anggota melaksanakan patroli, Senin (11/9) di Ilaga, Puncak, Papua Tengah.
Baca SelengkapnyaJenazah alamarhum disemayamkan di Batalyon Padang untuk diserahkan kepada pihak keluarga dan dimakamkan di Provinsi Jambi.
Baca SelengkapnyaBaku tembak yang terjadi antara personel TNI Polri dengan KKB berakhir dengan tewasnya satu separatis
Baca SelengkapnyaRentetan kontak senjata antara TNI-Polri dengan KKB Papua terjadi sejak Minggu (21/1) hingga Selasa (23/1). Lima anggota KKB tewas dalam peristiwa itu.
Baca SelengkapnyaPeristiwa penembakan itu terjadi saat korban hendak melaksanakan salat Isya di Masjid Al Ikhlas Ilaga.
Baca Selengkapnya