Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sebelum Eksekusi Mati Dokter Wiroreno Residen PKI, Komandan Regu Tembak Minta Maaf

Sebelum Eksekusi Mati Dokter Wiroreno Residen PKI, Komandan Regu Tembak Minta Maaf Detik-detik kematian Dr. Wiroreno di hadapan regu tembak. dokumenHarryA.Poeze©2023 Merdeka.com

Merdeka.com - Setelah tiga puluh hari menjalani perannya sebagai residen Pati versi Front Demokrasi Rakyat (FDR), seorang dokter humanis digiring ke Alun-Alun Kudus. Sebelum ditembak mati, para pengeksekusi-nya sempat meminta maaf.

Penulis: Hendi Jo

Begitu gagal membentuk 'republik kerakyatan' di Madiun pada 19 September 1948, FDR (front yang digagas oleh PKI), amburadul. Tidak saja para pengikutnya banyak ditumpas pasukan pemerintah Sukarno-Hatta. Para tokohnya juga banyak yang terbunuh dan tertangkap. Muso dan Amir Sjarifoedin adalah dua di antaranya.

Pati yang merupakan wilayah FDR terkuat kedua setelah Madiun, tak luput dari aksi pembersihan yang dilakukan oleh gabungan Divisi Siliwangi dan Divisi Ronggolawe. Setelah menjalani perannya sebagai residen Pati versi FDR selama tiga puluh hari, Dokter Wiroreno akhirnya berhasil ditangkap di rumahnya.

"Di Pati, pimpinan FDR setempat, Wiroreno, dibereskan," ungkap Harry A. Poeze dalam Madiun 1948: PKI Bergerak.

Menurut Soe Hok Gie dalam Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan, Wiroreno sejatinya adalah seorang dokter idealis yang memiliki sikap humanis. Bisa jadi itu disebabkan latar belakang dia yang dibesarkan dalam kepahitan era Hindia Belanda.

Pada waktu kuliah, Wiroreno harus berhenti dua tahun untuk mencari uang terlebih dahulu. Setelah lulus, dia bekerja sebagai dokter pemerintah dan ditempatkan di mana-mana.

Dokter yang Pro Wong Cilik

Di awal karirnya sebagai dokter, dia banyak bersinggungan dengan para pamong praja dan bupati-bupati yang kerjannya hanya memeras rakyat. Karena sikap itu pula, keberpihakan Wiroreno kepada wong cilik semakin kuat selama zaman Jepang karena sebagai dokter, dia banyak berhadapan langsung dengan rakyat yang kelaparan.

Sikapnya terhadap politik juga apatis. Baginya, politisi merupakan badut-badut sekaligus tukang sulap yang selalu menang. Blokade Belanda, kemelaratan, dan sulitnya obat-obatan membuatnya menjadi seorang 'populis'.

"Dia tidak ke Yogya karena baginya Yogya merupakan sarang "dekadensi" cita- cita revolusi," ungkap Soe Hok Gie.

Wiroreno memutuskan tinggal di Kudus, sebuah kota dekat garis demarkasi. Di sana dia sering mengobati banyak prajurit yang terluka. Sebagai ahli bedah yang brilian, dr. Wiroreno bekerja di tengah-tengah rakyat dan hidup menderita bersama-sama rakyat.

Dalam sikap puritan ini, dirinya mulai menyatu dengan revolusi. Akan tetapi, tragedi lain tidak disadarinya karena perlahan-lahan dia ditelan oleh ideologi komunis tanpa dirinya sadar telah menjadi seorang komunis.

Menurut Soebadio Sastrosatomo, tokoh keluarga-keluarga komunis dari daerah pesisir seperti Mudigdo dan Abdulmadjid-lah yang dianggap bertanggungjawab menyeret seorang lurus seperti Wiroreno masuk ke dalam FDR.

Dihukum Mati

Dalam pengadilan kilat yang dilakukan tentara, Wiroreno dinyatakan bersalah karena dianggap makar terhadap pemerintah yang sah. Tak ada hukuman yang pantas dilakoni pelaku kejahatan politik itu selain hukuman mati.

Dengan tabah, Wiroreno menerima keputusan itu. Sebelum eksekusi dilakukan, dia menuliskan pesan terakhirnya kepada sang istri agar juga tabah dan menerima nasibnya.

"Hij die voor het kleine volk stridjt, moet op het schavot sterven (Siapa saja yang berjuang untuk rakyat kecil, harus mati di tiang gantungan)," ungkapnya seperti dikisahkan Boes Soewandi.

Waktu hukuman mati pun tiba pada suatu hari di akhir November 1948. Tempatnya di Alun-alun Kudus. Sebagai komandan tim eksekutor, seorang kapten dari Divisi Siliwangi menugaskan Letnan Dua Boes Soewandi, anggota Pasukan T Ronggolawe yang di-BKO-kan ke Batalyon Kala Hitam Divisi Siliwangi pimpinan Mayor Kemal Idris.

Mendapat tugas itu, alih-alih menerima, Boes malah menjadi stres. Kenapa? Karena Wiroreno tak lain adalah sahabat baik ayahnya yakni Dokter Soewandi. Dia sendiri sudah terlanjur akrab dengan sang dokter yang terlanjur sudah dianggap sebagai paman sendiri. Singkat cerita, Boes menolak perintah tersebut.

"Sang kapten marah dan mengancam akan me-mahmil-kan ayah saya," ungkap Dally Soewandi, salah satu putra dari almarhum Boes Soewandi.

Sebagai gantinya Letnan Dua Ali Said (sahabat Boes) mengambil-alih peran Boes. Kendati mengenal baik juga Wiroreno, namun Ali Said (kelak menjadi jaksa agung RI ke-9) secara psikologis lebih siap melaksanakan 'tugas berat' tersebut.

Minta Maaf Sebelum Menembak

Di hadapan rakyat yang pernah merasakan kebaikannya, Wiroreno dengan tenang dan gagah membiarkan calon penembaknya melilitkan kain berwarna putih ke bagian wajahnya. Sebelum ikut melepaskan peluru ke tubuh sang dokter, sang komandan regu penembak terlebih dahulu meminta maaf.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara tembakan membahana di Alun-alun Kudus. Tubuh Wiroreno yang dibalut pakaian serba putih mengejang lantas terkulai tepat di bawah sebuah pohon besar. Darah bersimbah memenuhi dadanya.

Kematian Dokter Wiroreno seolah menyusul nasib yang dialami sahabat baiknya (selain Dokter Soewandi) bernama Dokter Loekmonohadi tiga bulan sebelumnya. Ironisnya, jika Wiroreno tewas di ujung peluru pasukan anti PKI, maka Loekmonohadi menemui ajal justru karena dibunuh oleh para pengikut PKI. (mdk/noe)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kronologi Prajurit TNI Siksa Anggota KKB
Kronologi Prajurit TNI Siksa Anggota KKB

Penganiayaan dilakukan prajurit Batalion Infanteri Raider 300/Braja Wijaya yang bertugas di daerah Papua.

Baca Selengkapnya
Monumen Ini Jadi Saksi Bisu Kejamnya Pembantaian PKI di Wonogiri, Begini Kisah di Baliknya
Monumen Ini Jadi Saksi Bisu Kejamnya Pembantaian PKI di Wonogiri, Begini Kisah di Baliknya

Tercatat dalam peristiwa itu, sebanyak kurang lebih 65 orang terbunuh.

Baca Selengkapnya
Jenderal Soeharto Mau Dbunuh Pakai Racun Tikus
Jenderal Soeharto Mau Dbunuh Pakai Racun Tikus

Di tengah panasanya penumpasan PKI, Jenderal Soeharto mengaku sempat mau dibunuh.

Baca Selengkapnya
Divonis Seumur Hidup dan Dipecat dari TNI, Praka RM Dkk Masih Pikir-Pikir Ajukan Banding
Divonis Seumur Hidup dan Dipecat dari TNI, Praka RM Dkk Masih Pikir-Pikir Ajukan Banding

Vonis itu dibacakan majelis Pengadilan Militer dalam sidang digelar di Pengadilan Militer II-8, Jakarta, Senin (11/12).

Baca Selengkapnya
Viral Mayor Teddy 'Tegur' Dokter yang Dampingi Jokowi, Ternyata Sosoknya Bukan Sembarangan di TNI Pernah Baret Merah
Viral Mayor Teddy 'Tegur' Dokter yang Dampingi Jokowi, Ternyata Sosoknya Bukan Sembarangan di TNI Pernah Baret Merah

Usai ditegur oleh Mayor Teddy, si dokter tersebut nampak pasrah sambil bersandar di tembok.

Baca Selengkapnya
Momen Dokter Militer Kolonel TNI Sandarkan Kepala ke Tembok Usai Ditegur Mayor Teddy
Momen Dokter Militer Kolonel TNI Sandarkan Kepala ke Tembok Usai Ditegur Mayor Teddy

Mayor Teddy menegur dokter militer Gunawan Rusuldi yang ternyata sosoknya bukan orang sembarangan.

Baca Selengkapnya
Misteri Letnan Satu Doel Arif, Komandan Penculik Para Jenderal Saat G30S/PKI
Misteri Letnan Satu Doel Arif, Komandan Penculik Para Jenderal Saat G30S/PKI

Doel Arif adalah komandan Pasopati dalam G30S/PKI. Perintah tangkap hidup atau mati datang darinya.

Baca Selengkapnya
Di Depan Panglima & Para Jenderal, Serka TNI Ungkap Diberi Kapolri Rp30 Juta, Mau Menghadap Tapi Diadang Ajudan
Di Depan Panglima & Para Jenderal, Serka TNI Ungkap Diberi Kapolri Rp30 Juta, Mau Menghadap Tapi Diadang Ajudan

Seorang Babinsa ungkapkan terima kasih di depan Panglima TNI dan Kapolri karena pernah diberi uang Rp30 juta untuk pengobatan istrinya.

Baca Selengkapnya
KPK Sesalkan Terpidana Korupsi Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
KPK Sesalkan Terpidana Korupsi Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan

Ghufron meminta pemerintah memberikan dukungan kepada KPK dalam pemberantasan korupsi.

Baca Selengkapnya
6 Fakta Sosok Dokter Gunawan Rusuldi yang Ditegur Mayor Teddy saat Bersama Jokowi, Ternyata Eks Baret Merah
6 Fakta Sosok Dokter Gunawan Rusuldi yang Ditegur Mayor Teddy saat Bersama Jokowi, Ternyata Eks Baret Merah

Mayor Teddy tegur dokter Gunawan Rusuldi saat mendampingi Jokowi. Sosok dokter Gunawan Rusuldi pun curi perhatian.

Baca Selengkapnya
Jenderal AH Nasution Menangis saat Pemakaman Kapten Pierre Tendean, Sang Ibu Peluk Erat Peti Jenazah
Jenderal AH Nasution Menangis saat Pemakaman Kapten Pierre Tendean, Sang Ibu Peluk Erat Peti Jenazah

Tangis kesedihan pecah saat pemakaman Kapten Pierre Tendean korban peristiwa G30S PKI.

Baca Selengkapnya
Daniel Maukar, Pilot yang Tembaki Istana Merdeka Presiden Sukarno
Daniel Maukar, Pilot yang Tembaki Istana Merdeka Presiden Sukarno

Peristiwa Maukar terjadi di tengah kondisi politik yang penuh gejolak. Ketika berbagai pemberontakan muncul di daerah-daerah yang menginginkan otonomi daerah.

Baca Selengkapnya