Tak Mau Hadiri HUT PKI, Jenderal Yani 'Gerilya' ke Jawa Barat, Ini Alasannya
Merdeka.com - Di era Orde Lama, jargon Nasionalis Agama Komunis (Nasakom) digaungkan di mana-mana. Sejumlah jenderal TNI AD tak setuju.
Oleh: Hendi Jo
Di lingkungan Angkatan Darat, bukan rahasia lagi jika Menteri Panglima AD Letnan Jenderal Ahmad Yani tidak suka terhadap PKI (Partai Komunis Indonesia).
-
Kenapa KGB mengintai Jenderal TNI? Kedatangan Mayjen Sayidiman, sebagai jenderal yang memiliki posisi penting di Dephankam Indonesia pasti menimbulkan kecurigaan pihak Uni Soviet.
-
Bagaimana KGB mengintai Jenderal TNI? “Koper yang dibawa anggota staf Athan itu dibuka dan digeledah lagi oleh pihak Soviet saat anggota itu keluar kamar,“ kisah Sayidiman.
-
Kenapa mereka adakan kampanye Jumantik di Cianjur? Acara ini bertujuan meningkatkan kesadaran tentang pencegahan demam berdarah dan mempromosikan kesehatan masyarakat.
-
Kenapa Soekarno harus bolak-balik ke Menteng? Saat itu, Soekarno sedang diperlakukan sebagai tahanan politik pasca peristiwa G30S yang di mana ia dicurigai ikut berperan dalam peristiwa tersebut. Maka satu-satunya cara adalah drg. Oei membawa alat-alat yang berada di tempat praktiknya ke Istana.
-
Kapan Soekarno menyampaikan kata-kata tentang perjuangan? “Engkau telah sering mendengar mengenai diriku, bahwa aku ini sejak umur 16 tahun telah mencemplungkan diri dalam gerakan untuk tanah air, bangsa, dan cita-cita.“
-
Dimana Jenderal Polri bertugas? Carlo Brix Tewu merupakan seorang Purnawirawan Polri yang sekarang menjabat sebagai Deputi Bidang Hukum dan Perundang-undangan Kementerian BUMN.
Di setiap kesempatan mengunjungi daerah, sang jenderal selalu gencar mengkampanyekan gerakan anti komunis. Seperti terjadi saat dia mengunjungi Jawa Barat.
Di hadapan Panglima Kodam VI Siliwangi Mayor Jenderal Ibrahim Adjie, Yani secara tegas mengingatkan para prajurit Siliwangi untuk selalu waspada terhadap PKI.
"Anak-anak, jangan nyelonong tanpa perhitungan. Orang-orang komunis itu berbahaya, dan tidak ada yang dapat menghalanginya)," demikian kata Yani seperti dikutip Priyatna Abdurrasyid dalam otobiografinya, Dari Cilampeni ke New York, Mengikuti Hati Nurani (disusun oleh Ramadhan K.H.).
Karena itulah, saat Presiden Sukarno gencar mengkampanyekan ide politiknya yang bernama nasionalisme-agama-komunisme (disingkat: Nasakom), diam-diam Jenderal Yani sangat kecewa. Namun apa daya, segala yang ditentukan Si Bung Besar seolah menjadi hukum saat itu.
Ogah Dukung Nasakom
Penyatuan kekuatan politik yang berbeda ideologi (nasionalisme, islamisme dan komunisme) untuk kepentingan revolusi, bagi Sukarno adalah suatu keniscayaan. Itu ditegaskannya saat berpidato dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang ke-16.
"Siapa yang setuju kepada Pancasila, harus setuju kepada Nasakom; siapa yang tidak setuju kepada Nasakom, sebenarnya tidak setuju kepada Pancasila," ujar Sukarno seperti diungkapkan Jan S. Aritonang dalam Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia.
Mau tidak mau, seluruh elemen politik mendukung ide Sukarno itu. PKI termasuk pihak yang mendukung habis-habisan konsep Nasakom. Sementara pihak AD sendiri, terkesan ogah-ogahan. Namun demi menghindari konflik langsung dengan Bung Karno, AD lewat Jenderal Yani terpaksa mendukung Nasakom.
"Bagaimana pun, Pak Yani adalah Menteri/Panglima Angkatan/ABRI yang paling akhir menyatakan dukungannya terhadap Nasakom," ungkap Yayu Rulia Sutowiryo alias Ibu A Yani dalam Ahmad Yani, Suatu Kenang-kenangan.
Menurut Yayu, suaminya itu sebenarnya tidak setuju dengan konsep Nasakom. Bagi sang jenderal, Nasakom tak lebih upaya orang-orang komunis di Indonesia guna memuluskan tujuan politiknya.
Yani juga percaya Nasakom sejatinya adalah gagasan yang sudah dimiliki PKI sejak 1954. Namun untuk menyatakan ketidaksetujuan itu, sangatlah sulit karena menentang Nasakom adalah sama dengan menentang politik Bung Karno kala itu.
Imbangi PKI
Memasuki 1965, PKI semakin agresif dengan manuver-manuver politiknya. Berdalih mendukung ide-ide Bung Karno, mereka semakin gencar meniupkan kewajiban Nasakomisasi di semua bidang kehidupan.
Yani yang paham maksud gerakan PKI itu tentu saja berupaya mengimbangi-nya. Secara tegas, dia menolak upaya Nasakomisasi di tubuh AD.
"Pak Yani mendukung Nasakom. Tapi bukan sebagai ideologi. Sebab ideologi negara adalah Pancasila," ungkap Yayu.
Keyakinan Yani itu menabalkan dirinya sebagai salah satu musuh politik PKI. Sikap itu semakin terlihat ketika PKI merayakan Hari Ulang Tahun-nya yang ke-45 pada 1965. Kendati diundang untuk menghadiri peringatan tersebut, Yani menolak untuk hadir.
"Nasution dan Ahmad Yani tidak datang. Entah apa sebabnya," ungkap Siswoyo dalam otobiografinya, Siswoyo dalam Pusaran Arus Sejarah Kiri, Memoar Anggota Sekretariat CC PKI (disusun oleh Joko Waskito).
Alih-alih memilih untuk merapat ke grup pendukung Nasakom, Yani malah aktif bergerilya ke daerah-daerah guna membendung pengaruh PKI. Salah satu wilayah yang kerap dia kunjungi adalah Jawa Barat, yang secara militer saat itu menjadi tanggung jawab Mayor Jenderal Ibrahim Adjie.
Laiknya Yani, Ibrahim Adjie adalah perwira tinggi yang termasuk dekat dengan Bung Karno. Kendati demikian, Adjie termasuk orang yang hubungannya sangat jauh dengan PKI. Wajar jika di antara Yani dan Ajie memiliki hubungan yang sangat dekat sejak awal 1960-an.
Kekhawatiran Yani kelak terbukti. Dalam Gerakan 30 September 1965, Letjen Ahmad Yani menjadi salat satu korban penculikan. Pimpinan Angkatan Darat ini diberondong peluru di rumahnya. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Namun, Yenny mengingatkan agar Jokowi lebih baik cuti dahulu sebelum berkampanye untuk Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaSBY juga akan berusaha menambah suara Partai Demokrat di Jawa Tengah, meskipun wilayah tersebut dikuasai oleh PDIP.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua TPN Ganjar-Mahfud, Muhammad Zainul Majdi atau TGB justru menganggap Jokowi sayang dengan Ganjar.
Baca SelengkapnyaGanjar mengaku tak mempermasalahkan jika benar Presiden Jokowi 'membuntuti'nya saat berkampanye.
Baca SelengkapnyaAirlangga menilai arah dukungan Jokowi di Pilpres 2024 sudah jelas
Baca SelengkapnyaJawa Tengah termasuk medan pertempuran yang diperbutkan antar kandidat calon presiden.
Baca SelengkapnyaGanjar menyebut, suara masyarakat Jateng memang layak diperhitungkan.
Baca SelengkapnyaGanjar Pranowo menyerukan pendukungnya tidak menggunakan knalpot brong saat kampanye.
Baca SelengkapnyaKampanye Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo seringkali bertepatan dengan kunjungan kerja Presiden Jokowi
Baca SelengkapnyaGanjar mencontohkan saat kampanye akbar, Wali Kota Makassar tidak bisa hadir meski kader PDIP.
Baca SelengkapnyaGanjar minta kepala daerah ingin berkampanye segera ajukan cuti
Baca SelengkapnyaMuhadjir membela Jokowi yang lebih sering mengunjungi Jawa Tengah.
Baca Selengkapnya