7 Fakta Start Up Sampah Digital di Bandung, Terima Hingga 3 Ton Sampah per Bulan
Merdeka.com - Di Bandung, Jawa Barat terdapat sebuah industri rintisan (start up) bernama GoniGoni. Industri tersebut merupakan bagian dari layanan bank sampah secara digital yang dikelola oleh Firza Maulana Nasution dan 11 rekan lainnya.
Saat ini start up yang diresmikan sejak 10 November 2019 lalu dan beralamatkan di kawasan Telkom University ini mulai dikenal banyak orang, terbukti sudah sekitar 100 orang nasabah yang menjadi partner resmi melalui bantuan tujuh bank sampah yang berada di wilayah Jawa Barat. Sementara itu untuk tempat daur ulang (recycling station) berlokasi di Jl. SMPN 1 Cileunyi.
Berangkat dari Maraknya Sampah Di Bandung
-
Bagaimana cara mengurangi sampah plastik? 'Berbagai upaya mengurangi timbulan sampah harus dilakukan untuk menekan dampak lingkungan hidup baik limbah padat, cair maupun gas, terutama penyebab pencemaran udara dan krisis iklim',
-
Bagaimana cara mengurangi sampah? Daur ulang sampah membantu mengurangi volume sampah yang berakhir di TPA. Dengan memanfaatkan kembali botol atau kaleng bekas sebagai wadah atau pot bunga, kita tidak hanya mengurangi sampah, tetapi juga menambah estetika lingkungan kita.
-
Bagaimana cara mengatasi masalah sampah di Bantargebang? Demi menghindari longsor, maka dilakukan teknik terasering. "Jadi langkah itu yang kita terapkan sembari menunggu dibangunnya ITF di Jakarta.," kata Kepala Satuan Pelaksana TPST Bantargebang UPST DKI Jakarta, Handoko Raitno Solusi Lain Tahun ini, pabrik pengolah sampah atau refuse-derived fuel (RDF) plant akan dibangun di Bantargebang.
-
Kenapa sampah plastik diolah di Bandung? Upaya warga sendiri merupakan langkah preventif untuk mengurangi sampah plastik yang sulit terurai dan berpotensi menumpuk hingga ribuan tahun.
Firza menjelaskan beroperasinya start up tersebut merupakan bentuk keprihatinannya akibat peningkatan jumlah sampah yang sejalan dengan kenaikan populasi masyarakat di Indonesia khususnya Kota Bandung, sehingga persoalan sampah tak akan kunjung tuntas bila tidak diberikan solusi yang tepat.
Beranjak dari permasalahan tersebut, Firza dan 11 rekannya berkeinginan membantu menginformasikan dampak dari sampah kepada masyarakat dan membantu mengatasinya melalui platform berbasis digital.
Berawal dari 180 kg Kini Capai 3 Ton
Ia menjelaskan pada awal terbentuknya GoniGoni di bulan November 2019, start up tersebut hanya menerima 180 kg saja, namun semakin lama semakin terjadi peningkatan hingga mencapai total 3 ton.
"Awal operasinya terkumpul 180 kg, kemudian untuk per bulannya tidak menentu, namun pernah mencapai angka 300 kg. Namun akhirnya mengalami kenaikan hingga 3.000 kg atau setara dengan tiga ton," ujar Firza pada Selasa (25/2).
Cara Menggunakan Layanan Startup Digital Sampah
Fiza mengatakan bahwa jika masyarakat ingin menggunakan layanan GoniGoni tersebut bisa langsung menghubungi via Whatsapp untuk sementara waktu.
"Kalau untuk saat ini masyarakat dapat menghubungi langsung pihak GoniGoni melalui whatsapp. Namun untuk ke depannya kita akan menggunakan aplikasi berbasis android yang akan dirilis dalam waktu dekat," ujarnya.
Setelah masyarakat menjadi mitra dan memberikan sampahnya melalui aplikasi tersebut, maka nasabah akan mendapatkan dua pilihan yakni penukaran berupa uang tunai atau poin yang dikumpulkan dan dapat ditukarkan menjadi barang seperti tote bag, tempat makanan, dan barang-barang yang dapat digunakan kembali (reusable) lainnya.
Antaranews.com 2020 Merdeka.com
Mengajak Masyarakat Terlibat Aktif Untuk Peduli Lingkungan
Melalui aplikasi tersebut diharapkan dapat membantu serta memudahkan masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungannya dengan mulai menukarkan sampah. Harapannya start up tersebut bisa terus berkembang dengan mempermudah akses bagi seluruh masyarakat Jawa Barat sehingga bisa langsung terhubung dengan pihak bank-bank digital mitra dari GoniGoni.
Terdapat Kendala dalam Mengelola Start up
Firza juga mengungkapkan adanya kendala yang dialami ketika menjalankan start up layanan bank sampah digital tersebut.
"Kendala pertama adalah kebiasaan masyarakat yang terkadang kurang perhatian dalam memilah sampah. Kemudian masalah waktu yang terbatas karena tim masih dalam masa kuliah," ujarnya.
Meraih Penghargaan
Start up yang dirintis oleh Firza telah beberapa kali meraih penghargaan, seperti masuk kategori 150 Startup Terbaik di Indonesia pada Ajang Thinkubator 2019 oleh Grab dan Transcorp, dan Best Project untuk permasalahan di perkotaan pada Ajang Urban Meeting 2019 di Korea hingga Green Innovator yang diberikan oleh Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat.
Memperluas Jaringan
Selain meraih penghargaan, Firza bersama startup dan 11 rekannya juga sedang menjalin kerjasama dengan salah satu desa yang ada di Cirebon untuk membangun proyek daur ulang sampah yang didukung oleh United Nations Development Programme (UNDP). (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tak punya tempat pembuangan akhir, sampah tersebut dibawa kemana ya?
Baca SelengkapnyaTPST ini merupakan pengolahan sampah sirkuler dan berkelanjutan sebagai bagian dari inisiatif program Banyuwangi Hijau.
Baca SelengkapnyaPengurangan sampah di Kota Bandung telah tercapai 70,14 persen.
Baca SelengkapnyaTPS berkapasitas 84 ton per hari tersebut dijadwalkan bakal segera beroperasi penuh pada September 2023 mendatang.
Baca SelengkapnyaPemkot Bandung membuka peluang pemanfaatan Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Cibeureum.
Baca SelengkapnyaPjs Bupati Bandung Dikky Achmad Sidik melaksanakan kunjungan lapangan ke Pasar Baleendah.
Baca SelengkapnyaPT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus berkomitmen untuk mendorong praktik ekonomi sirkular di Indonesia.
Baca SelengkapnyaTotal luas lahan TPPAS Lulut Nambo yakni 55 hektare. Hasil pengolahan sampahnya berupa Refuse Derived Fuel (RDF).
Baca SelengkapnyaMayoritas sampah di Kaltim adalah sisa makanan sebanyak 51,11%, diikuti oleh plastik 19,5%, dan sampah kertas/karton 12,37%.
Baca SelengkapnyaPiala Adipura terakhir diraih Banyuwangi pada tahun 2017.
Baca SelengkapnyaKondisi Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Sarimukti makin parah. Volume sampah di sana sudah mencapai 15.434.994 meter kubik
Baca SelengkapnyaWalaupun masalah sampah belum selesai, namun Sri Sultan HB X optimis kabupaten/kota mampu mengelola sampah secara mandiri
Baca Selengkapnya