Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Haru Pendiri Rumah Baca Garuda yang Harus Gulung Tikar, Tak Sanggup Lagi

Kisah Haru Pendiri Rumah Baca Garuda yang Harus Gulung Tikar, Tak Sanggup Lagi Rumah Baca Garuda. Satupena.id ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Digitalisasi sangat membawa dampak besar bagi kehidupan masyarakat, efeknya yang memudahkan aktivitas ternyata tidak serta merta membawa sisi positif bagi sebagian orang. Salah satunya yang dialami oleh Rumah Baca Garuda di Cimahi Jawa Barat yang didirikan Suparman.

Taman Bacaan Garuda sendiri berlokasi di sebuah gang, ruas jalan utama di Jalan Jend. Amir Mahmud-Tagog Gg. M. Arjo Kota Cimahi.

Dikutip dari akun Instagram @bukuindie_, rumah baca yang menghiasi kehidupan remaja di Cimahi era 1990-an ini, kini harus tutup karena turunnya minat baca dan maraknya E-book dan Internet.

Hampir 30 tahun mengelola rumah baca, Suparman kini tinggal berpasrah. Ia mengaku sedih dengan fenomena digitalisasi saat ini dan tak sanggup lagi melanjutkan perjuangannya mengelola Rumah Garuda.

Berawal Dari Hobi Membaca

Dilansir dari Satupena.id, Suparman sebagai pemilik menceritakan awal berdirinya Rumah Baca Garuda. Tepatnya di tahun 1990an, dirinya tergerak untuk menyewakan novel dan komik koleksinya. Suparman mengaku gemar membaca dan ingin membagikan keseruan buku-buku terbaru, yang pada saat itu cukup sulit dicari.

Hampir 30 tahun bergerak di bidang literasi, sudah ada sekitar 20 ribu koleksi buku yang disewakan, mulai dari komik, novel, cerita rakyat hingga fiksi.

"Berawal dari hobi baca, akhirnya buka taman bacaan. Awalnya koleksi buku cerita tradisional, silat, komik Indonesia. Masuk 1992 ramai komik Jepang, sekarang komik dari cerita Korea Selatan juga punya," ungkapnya.

Sempat Popular dan Jadi Legenda

Suparman menjelaskan, sekitar 2 tahun belakangan, pengunjung Rumah Baca Garuda mulai berkurang. Padahal, di masa kejayaannya dulu, rumah baca yang ia kelola ini bisa dikunjungi ratusan orang. Ada pengunjung yang datang untuk menyewa buku, atau ada juga yang datang hanya untuk membaca di tempat.

Pada pertengan 2000-an, rumah baca yang didirikan Suparman ini kerap dikunjungi anak muda dan pelajar. Sayangnya, kini minat anak muda terhadap buku semakin menurun.

rumah baca garuda

Koleksi Buku Di Rumah Baca Garuda/ Sumber: Satupena.id 2020 Merdeka.com

Akan Menjual Semua Bukunya

Melihat turunnya minat baca dan sepinya Rumah Baca Garuda, Suparman berniat menjual seluruh bukunya. Total ada sekitar 20.000 buku yang ditaksir mencapai Rp75 juta. Suparman berharap ada pemborong yang mau membeli koleksi buku-bukunya tersebut.

"Bapak mau berhenti, sudah nggak kuat. Anak sekarang sudah tidak baca buku ini. Sebetulnya ini bukan persoalan saya saja, semua yang berkecimpung di dunia buku juga mengalami termasuk toko buku besar," katanya.

rumah baca garuda

Akun Intagram @bukuindie_ 2020 Merdeka.com

Makna Buku bagi Suparman

Dalam unggahan tersebut, Suparman sempat ragu untuk menjual koleksi bukunya. Ia terpaksa menjual aset berharganya itu, karena apa yang Suparman inginkan saat mendirikan Rumah Baca Garuda sudah tak bisa ia lanjutkan lagi.

ilustrasi buku

2019 Merdeka.com/Tantri Setyorini

Di tengah modernisasi dan digitalisasi, produk cetak seperti buku, koran dan majalah mulai beralih ke digital. Namun, bagi Suparman, buku tetap menjadi nilai kehidupan yang dapat diwarisakan.

Tidak Berniat Menambah Koleksi Buku

Suparman sebetulnya masih memiliki keinginan untuk menambah koleksi bukunya, mengingat masih ada komik keluaran terbaru yang menarik dan dijual dengan harga murah. Namun, Suparman sadar bahwa keinginanya tersebut akan sulit terlaksana.

"Wah bapak tertarik tuh, kalau dihitung-hitung dengan modal murah (Rp5000) dalam sekali penyewaan juga sudah kembali modal untuk beli buku lainnya. Tapi Bapa mikir, sepertinya sudah tidak ada baca lagi, jadi terpaksa keinginan itu bapa kubur dalam-dalam," ungkapnya.

rumah baca garuda

Koleksi Komik Di Rumah Baca Garuda/ Sumber: Satupena.id 2020 Merdeka.com

Terpaksa Gulung Tikar

Dikutip dari Satupena.id, Suparman mengungkapkan kesedihannya. Ia yang sudah puluhan tahun menekuni dunia persewaan buku, kini harus pasrah dengan perkembangan zaman.

"Saat ini sudah tidak ada lagi masyarakat terutama kalangan muda yang ingin membaca buku cetak di era seperti sekarang. Berat, terus terang bapak nangis. Istilahna, ieu teh nu ngahirupan bapak (ini yang menghidupi bapak)," cerita Suparman. (mdk/nrd)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Toko Buku Gunung Agung Tinggal Kenangan
Toko Buku Gunung Agung Tinggal Kenangan

Hanya tinggal menghitung hari Toko Buku Gunung Agung ditutup total.

Baca Selengkapnya
Kisah Viral Ibu Kerja di Malaysia 40 Tahun, Kini Masuk Panti Jompo Usai Uangnya Ludes Diambil Sang Anak
Kisah Viral Ibu Kerja di Malaysia 40 Tahun, Kini Masuk Panti Jompo Usai Uangnya Ludes Diambil Sang Anak

Ekspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.

Baca Selengkapnya
Miris, di Usia Senja Seorang Ibu Puluhan Tahun Hidup Sebatang Kara di Rumah Tanpa Listrik
Miris, di Usia Senja Seorang Ibu Puluhan Tahun Hidup Sebatang Kara di Rumah Tanpa Listrik

Kisah pilu seorang lansia bernama Guritno (70) ditemui di kawasan Kabupaten Bandung.

Baca Selengkapnya
Potret Rumah Isye Sumarni Pemeran Emak di 'Preman Pensiun', 15 Tahun Terbengkalai dan Kini Kondisinya Memprihatinkan
Potret Rumah Isye Sumarni Pemeran Emak di 'Preman Pensiun', 15 Tahun Terbengkalai dan Kini Kondisinya Memprihatinkan

Inilah pemandangan rumah Isye Sumarni ketika dilihat dari depan. Yang menarik, rumah ini dikelilingi oleh kebun yang hijau dan asri.

Baca Selengkapnya
Potret Kemiskinan Putri Eks Model Majalah Dewasa, Hidup Sebatang Kara di Rumah Reyot Penuh Puing
Potret Kemiskinan Putri Eks Model Majalah Dewasa, Hidup Sebatang Kara di Rumah Reyot Penuh Puing

Potret Kemiskinan Putri Eks Model Majalah Dewasa, Hidup Sebatang Kara di Rumah Reyot Penuh Puing

Baca Selengkapnya
20 Tahun Terbengkalai dan Tak Ada Listrik, Ini Potret Rumah Pak Cecep Insinyur ITB yang Hidup Sebatang Kara
20 Tahun Terbengkalai dan Tak Ada Listrik, Ini Potret Rumah Pak Cecep Insinyur ITB yang Hidup Sebatang Kara

Di dalam rumah Pak Cecep, ada pohon beringin besar. Rumah ini sudah terbengkalai 20 tahun.

Baca Selengkapnya
Bikin Sedih, Begini Kondisi Rumah Kakek Lamatta yang Nyaris Roboh
Bikin Sedih, Begini Kondisi Rumah Kakek Lamatta yang Nyaris Roboh

Kondisi rumah kakek pembuat gula merah berusia 82 tahun ini memprihatinkan bahkan nyaris roboh.

Baca Selengkapnya
Pria Ini Bagikan Kondisi Rumah Setelah Setahun Tanpa Ibu, Curhatannya Viral Bikin Haru
Pria Ini Bagikan Kondisi Rumah Setelah Setahun Tanpa Ibu, Curhatannya Viral Bikin Haru

Viral pria bagikan kondisi rumah setelah satu tahun tanpa ibunya. Momen ini bikin haru.

Baca Selengkapnya
25 Tahun Tak Dihuni, Begini Penampakan Rumah Milik Kapten Kapal Pesiar di Jakarta Barat
25 Tahun Tak Dihuni, Begini Penampakan Rumah Milik Kapten Kapal Pesiar di Jakarta Barat

Mulai dari area luar hingga dalam, rumah tersebut terlihat sangat berantakan.

Baca Selengkapnya
FOTO: Potret Pilu Korban Abrasi Laut: Kakek 80 Tahun Nekat Pertahankan Rumah dengan Harapan Bambu Dapat Menghalau Ombak Ganas Karawang
FOTO: Potret Pilu Korban Abrasi Laut: Kakek 80 Tahun Nekat Pertahankan Rumah dengan Harapan Bambu Dapat Menghalau Ombak Ganas Karawang

Kakek Carmad masih dibayangi rasa cemas oleh ombak besar yang bisa saja datang secara tiba-tiba.

Baca Selengkapnya