Ahli Vulkanologi ITB Ungkap Penyebab Erupsi Semeru, Hujan Jadi Pemicu Letusan
Merdeka.com - Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr.Eng. Mirzam Abdurrachman, S.T., M.T., mengatakan bahwa pemicu erupsi dari Gunung Semeru di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur berasal dari tingginya curah hujan di lokasi.
Menurut dia, curah hujan dengan intensitas besar akan memengaruhi keseimbangan posisi abu vulkanik yang berada di bagian puncak gunung. Hal itu yang kemudian menimbulkan aktivitas di dapur magma hingga terjadi erupsi.
“Faktor di atas dapur magma ini sepertinya yang terjadi di Semeru, jadi ketika curah hujannya cukup tinggi, abu vulkanik yang menahan di puncaknya terkikis oleh air, sehingga gunung api kehilangan beban,” kata Mirzam, Minggu (5/12).
-
Bagaimana curah hujan mempengaruhi letusan gunung? Jika kubah lava cukup tinggi maka hal tersebut akan mempengaruhi kestabilan pada lereng gunung seperti yang terjadi pada kasus Gunung Semeru. Gunung semeru sebelumnya pernah terjadi erupsi beberapa bulan lalu, dan salah satu penyebabnya adalah curah hujan dan volume kubah lava.
-
Bagaimana gunung api memengaruhi air di sekitarnya? Cairan panas dari gunung itu membuat air di sekitarnya menjadi hangat dan cocok bagi hewan laut untuk bertahan hidup di laut dalam.
-
Bagaimana memprediksi erupsi gunung berapi? Cara lain untuk melihat kapan gunung berapi akan erupsi adalah dengan mengukur gas yang keluar. Ketika magma bergerak ke permukaan, gas keluar dengan cepat dan mendahului magma. Gas ini bisa diukur dari angkasa atau dari daratan.
-
Apa yang mempengaruhi kestabilan lereng gunung berapi? Jika kubah lava cukup tinggi maka hal tersebut akan mempengaruhi kestabilan pada lereng gunung seperti yang terjadi pada kasus Gunung Semeru. Gunung semeru sebelumnya pernah terjadi erupsi beberapa bulan lalu, dan salah satu penyebabnya adalah curah hujan dan volume kubah lava.
-
Apa yang menyebabkan magma naik? Peningkatan tekanan gas yang terperangkap dalam saluran vulkanik mendorong magma untuk naik ke permukaan bumi.
-
Kenapa tekanan magma bisa tinggi? Tekanan yang terjadi akibat lempeng yang saling bertumpuk ini dapat mengakibatkan peningkatan tekanan di bawah gunung api, sehingga gunung tersebut dapat meletus.
Berikut ulasan lebih lengkapnya, yang telah dilansir dari itb.ac.id.
Material Abu Vulkanik di Tudung Gunung Terkikis
©2021 itb.ac.id /Merdeka.com
Terkait proses terjadinya erupsi menurut dia, kondisi demikian membuat material abu vulkanik di bagian tudung gunung mengalami pengikisan. Hal itu yang kemudian membuat beban yang menutup Semeru menjadi hilang hingga terjadi dorongan ke atas (erupsi).
Selain itu, proses letusan yang terjadi pada Sabtu (4/12) pukul 14.50 WIB siang itu juga merupakan hasil akumulasi dari letusan-letusan yang sudah terjadi sebelumnya.
“Terkikisnya material abu vulkanik yang berada di tudung gunung tersebut membuat beban yang menutup Semeru hilang sehingga membuat gunung mengalami erupsi, walaupun isi dapur magmanya sedikit yang bisa dilihat dari aktivitas kegempaan yang sedikit,” tambahnya.
Arah Letusan Bisa Diprediksi
Berdasarkan analisisnya, gunung api bertipe A tersebut memiliki interval letusan jangka pendek yakni sekitar 1 sampai 2 tahun. Berdasarkan catatan terakhirnya, gunung tersebut juga mengalami letusan di tahun 2020 pada bulan Desember.
Namun, arah letusan gunung Semeru menurutnya bisa diprediksi dan mengarah ke wilayah Tenggara. Hal ini karena mengacu pada peta Geologi Semeru bahwa bidang tempat lahirnya gunung ini tidak horizontal tetapi miring ke arah Selatan.
“Kalau kita mengacu pada letusan 2020, arah abu vulkaniknya itu cenderung ke arah tenggara dan selatan karena anginnya berhembus ke arah tersebut begitu juga dengan aliran laharnya karena semua sungai yang berhulu ke puncak Semeru semua mengalir ke arah Selatan dan Tenggara,” ujarnya.
Penyebab Letusan Besar
Mirzam menambahkan, pada letusan Sabtu (4/12) lalu letusan yang ditimbulkan dari Semeru cukup besar. Hal itu ditandai dengan pekatnya abu vulkanik yang terhempas ke atas saat terjadi erupsi.
Hal ini dikarenakan banyaknya abu vulkaniknya yang menumpuk di sekitar area puncak, hasil akumulasi letusan sebelumnya. ini yang menjadi cikal bakal melimpahnya material lahar letusan 4 Desember 2021 lalu.
Adapun letusan sebuah gunung akan menimbulkan dua bahaya, yakni primer dan sekunder. Bahaya primer dari letusan ialah aliran lava, wedus gembel, dan abu vulkanik. Sementara bahaya sekunder salah satunya terjadinya banjir bandang atau pun lahar. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gunung Marapi di Sumatera Barat kembali meletus pada Rabu siang pukul 12.40 WIB. Namun, tinggi kolom abu tidak bisa teramati.
Baca SelengkapnyaDikenal sebagai negara kepulauan yang berada di Cincin Api Pasifik, Indonesia memiliki lebih dari 130 gunung berapi aktif.
Baca SelengkapnyaBeberapa penyebab gunung meletus bisa diduga sebelumnya, namun ada juga yang tak terduga.
Baca SelengkapnyaBerikut penjelasan ilmuwan mengenai fenomena gunung meletus di akhir tahun.
Baca SelengkapnyaErupsi gunung yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu terekam di seismograf.
Baca SelengkapnyaGunung Semeru memuntahkan letusan disertai Awan Panas Guguran (APG) pada Senin (25/12) sekitar pukul 05.12 WIB.
Baca SelengkapnyaGunung Semeru berstatus Siaga atau Level III, sehingga pihak PVMBG memberikan rekomendasi agar masyarakat tidak melakukan aktivitas sejauh 13 km dari puncak.
Baca SelengkapnyaGunung Semeru masih berstatus Siaga atau Level III.
Baca SelengkapnyaKolom abu vulkanik teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang.
Baca SelengkapnyaErupsi Gunung Ruang Menguat, PVMBG Keluarkan Peringatan Tsunami untuk Warga Pulau Tagulandang Sulut
Baca SelengkapnyaBanjir lahar dingin Gunung Semeru menerjang Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Kamis (18/4) malam.
Baca SelengkapnyaTerkait akankah ada erupsi susulan yang lebih besar, PVMBG tidak bisa memprediksi.
Baca Selengkapnya