Alumni UI Minta Pemerintah Evaluasi Kebijakan Penanganan Covid-19, Ini Alasannya
Merdeka.com - Pemerintah diminta melakukan evaluasi terhadap kebijakan penanganan Covid-19. Desakan itu disampaikan oleh Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI).
Dikutip dari Antara (6/11/2020), Ketua Policy Center ILUNI UI, Mohammad Jibriel Avessina, menyampaikan bahwa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terkait penanganan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung belum berjalan efektif.
Sektor Kesehatan Dinilai jadi Pilihan Kedua
-
Apa pesan Ipuk untuk tenaga kesehatan Banyuwangi? Berikan pelayanan yang baik. Jangan sampai muncul keluhan pelayanan buruk karena tidak ramah atau pun pelayanannya lama. Mari sama-sama berbenah, berkomitmen membangun Banyuwangi lebih baik lagi.
-
Kenapa Menkumham meminta jajarannya melakukan evaluasi? Dari refleksi ini, kita dapat mengevaluasi strategi kita, mengidentifikasi peluang baru, serta menetapkan tujuan yang lebih ambisius dan lebih baik untuk tahun mendatang,' sambungnya.
-
Siapa yang mendapatkan pesan dari Kapolri? Peraih Adhi Makayasa Akpol 2024 diberi pesan oleh Kapolri. Begini isinya.
-
Apa yang dijelaskan Ganjar Pranowo dalam kuliah kebangsaan di FISIP UI? Dalam paparannya, Ganjar menjelaskan terkait enam pilar menuju Indonesia Emas.
-
Apa pesan yang diberikan Kapolri? Kapolri memberi arahan agar Theodore bisa mempersiapkan segalanya sebelum berdinas seusai dilantik sebagai perwira. 'Kemarin saya bisa diberikan kesempatan berbincang-bincang sama Bapak Kapolri. Di situ Bapak Kapolri menitipkan pesan ke saya terutama untuk bagaimana kelanjutan pada saat dinas dan bekal apa saja yang perlu saya persiapkan,' kata Theodore.
-
Siapa yang beri saran itu? Laporan terbaru dari Tiongkok, salah satu pasar terbesar Apple, menyoroti kekhawatiran yang diajukan oleh beberapa toko resmi Apple.
©2020 Merdeka.com/shutterstock
Pada diskusi daring "Forum Diskusi Salemba: Evaluasi Kebijakan Penanganan Pandemi COVID-19", Jumat (6/11) itu, Jibriel memberikan alasan kebijakan pemerintah terkait penanganan pandemi disebut pihaknya belum efektif lantaran kasus penyebaran Covid-19 masih terus terjadi.
"Sektor kesehatan terkesan menjadi pilihan kedua, karena Pemerintah seolah-olah lebih fokus pada penguatan ekonomi, misalnya komite yang dibentuk berisikan pejabat bidang ekonomi, serta berbagai stimulus ekonomi dengan anggaran yang jauh lebih besar dari biaya kesehatan itu sendiri,” katanya dalam keterangan tertulis untuk awak media.
Dari anggaran penanganan Covid-19 sebesar Rp696,2 triliun, lanjut Jibriel, Pemerintah hanya menyisihkan Rp87,55 triliun untuk biaya kesehatan.
Rekomendasi Penanganan Covid-19
Liputan6 ©2020 Merdeka.com
Selanjutnya, ILUNI UI menyampaikan rekomendasi penanganan Covid-19 kepada Pemerintah, yang disebut dengan konsep solidaritas terpimpin. Konsep itu dinilai bisa dijadikan model kerja pemerintah dalam mengatasi pandemi.
Pada aspek kesehatan, ILUNI UI mengusulkan, uji cepat deteksi Covid-19 dengan RT PCR harus ditingkatkan sesuai standar WHO yakni 1000/1.000.000 penduduk.
Selanjutnya, pada aspek ekonomi, ILUNI UI mengusulkan, perlunya melakukan optimalisasi anggaran penanganan Covid-19 dengan membagi menjadi dua, yakni anggaran program dan anggaran operasional program, realokasi anggaran, serta anggaran untuk menjaga produktivitas UMKM.
Pakar Kebijakan Publik, Julian Aldrin Pasha, mengatakan, Pemerintah perlu menentukan prioritas dan asesmen antara pilihan ekonomi atau kesehatan. Dari dua opsi tersebut, data membuktikan penerapan "social distancing" secara ketat bisa menekan penularan, namun kebijakan tersebut pasti berdampak pada bidang ekonomi.
Perlunya Penguatan Puskesmas
©2020 Merdeka.com/safetysign.co.id
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran UI Prof Dr dr Akmal Taher, SpU, menyatakan pentingnya monitoring ketat tracing, testing, dan treatment (3T) dalam penanganan Covid-19.
Menurut dr Akmal, Pemerintah juga harus menguatkan Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan primer masyarakat dalam penanganan Covid-19. Pasalnya, saat ini terjadi kekurangan alat pelindung diri (APD) di 647 Puskesmas.
Kondisi tersebut menyulitkan optimalisasi kinerja penanganan pandemi di masyarakat.
"Kita harus melakukan transformasi layanan primer," ungkapnya. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Intimidasi yang didapat berupa kiriman pesan melalui aplikasi WhatsApp
Baca SelengkapnyaAlumni Unas mendesak agar lembaga negara netral dalam pemilu 2024
Baca SelengkapnyaDewan Guru Besar UI Sampaikan Petisi Kritik Pemerintah Jokowi, Rektor Tidak Hadir
Baca SelengkapnyaSejumlah jajaran Sivitas Akademika UI juga turut menyampaikan deklarasi kebangsaan kampus perjuangan di Universitas Indonesia, Depok.
Baca SelengkapnyaGibran akhirnya buka suara soal ramainya akademisi mengkritik ayahnya, Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaPeristiwa sosial, politik, ekonomi dan hukum belakangan ini sebuah rangkaian dari menurunya kualitas demokrasi selama masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Baca SelengkapnyaSampai ini total ada 80 orang Sivitas Akademika, Keluarga Besar dan Alumni Unair yang menandatagani manifesto itu.
Baca SelengkapnyaCak Imin meminta sikap yang disampaikan para guru besar dari berbagai kampus jadi bahan evaluasi.
Baca Selengkapnyanies Baswedan mengaku senang berbagai kampus turut menyuarakan kepeduliannya terhadap kondisi demokrasi.
Baca SelengkapnyaCivitas akademika Universitas IBA Palembang turut menyampaikan keprihatinan pada kondisi negara menjelang Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaSandiaga menilai apa yang disampaikan sivitas akademika merupakan realita demokrasi yang harus dihormati.
Baca SelengkapnyaKetua Dewan Guru Besar Universitas Indonesia (UI), Harkristuti Harkrisnowo, mengatakan ada intimidasi yang diterima civitas akademika UI.
Baca Selengkapnya