Cegah Covid-19 Varian Delta Plus, IDI Minta Pemerintah Perketat Akses Masuk Indonesia
Merdeka.com - Virus corona penyebab Covid-19 telah bermutasi ke dalam sejumlah varian baru yang memiliki karakteristik masing-masing. Salah satu varian yang kini menjadi perhatian adalah varian Delta, yang pertama kali terdeteksi di India.
Kini, varian Delta sudah bermutasi lagi menjadi 'Delta Plus' atau AY.1. Versi baru dan sedikit berubah dari Covid-19 varian Delta ini diketahui sudah menyebar di sejumlah negara termasuk Inggris, Amerika Serikat dan India.
Khawatir akan terjadi kembali ledakan kasus akibat varian 'Delta Plus', Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Slamet mendesak pemerintah secara tegas untuk memperketat akses keluar masuk Indonesia di tengah lonjakan kasus positif Covid-19.
-
Bagaimana cara virus Corona varian Omicron bermutasi? Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Kenapa virus punya bentuk berbeda? Bentuk dan komposisi kimianya bervariasi, tetapi hanya mengandung RNA atau DNA saja.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama ditemukan? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
-
Bentuk virus apa saja? Bentuk virus berbeda-beda ada yang bulat, batang polihidris, dan seperti huruf T.
-
Apa yang terjadi pada virus Corona varian Omicron di tubuh pria tersebut? Selama 20 bulan masa infeksi, dokter mencoba segala cara untuk membantu pria lanjut usia tersebut, namun tidak ada upaya yang berhasil.Tubuhnya tidak dapat memberikan respons kekebalan yang cukup kuat untuk melawan virus Corona, bahkan dengan bantuan obat antibodi sekalipun.
-
Kapan virus muncul? Virus-virus ini dapat menyebabkan penyakit ringan hingga mematikan.
"Jangan sampai nanti ada varian Delta Plus masuk lagi. Kita bisa mengendalikan Delta, masuk Delta Plus meledak lagi," ucap Slamet dalam diskusi virtual yang dikutip melalui channel YouTube Holopis Channel, Senin (29/6/2021).
Desakan tersebut disampaikan Slamet juga lantaran varian Delta saat ini sangat infeksius karena penularan cukup tinggi. Slamet juga mengatakan ada laporan bahwa varian Delta mampu menembus lapisan masker.
"Ada beberapa pakar yang mengatakan 1 masker tembus 2 masker tembus. Jadi artinya apa? Varian Delta ini sangat infeksius sekali," jelasnya
Sementara itu, Praktisi kesehatan, Andi Khomeini Takdir meminta masyarakat menggunakan masker dua lapis untuk mencegah terpapar Covid-19. Termasuk mencegah varian baru Covid-19.
"Mau varian apa pun yang nanti dirilis, kuncinya masker," kata dia dalam diskusi virtual, Selasa (29/6).
Khomeini menjelaskan bahwa masker dua lapis bisa memberikan proteksi terhadap virus hingga 90 persen. Hal ini berdasarkan hasil studi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).
"PR-nya kita sudah tahu bahwa itu tadi masker dengan dua lapis punya angka proteksi 90 persen. Which is itu lebih bagus dibandingkan hanya satu yang kita tahu tahun lalu," ujarnya.
Kasus Varian Delta di Indonesia
Kementerian Kesehatan mencatat, kasus varian baru Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 309. Data ini berdasarkan hasil pemeriksaan sekuens genom virus SARS-CoV-2 pada 22 Juni 2021.
Dari total 309 kasus varian baru Covid-19, 254 di antaranya merupakan varian B16172 asal India atau Delta. Sementara sisanya, 49 kasus varian B117 atau Alfa dan 6 kasus varian B1351 Beta.
"Iya sudah tambah kasus varian Delta jadi 254," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, Sabtu, 26 Juni 2021.
Siti Nadia Tarmizi juga menjelaskan, 309 kasus varian baru Covid-19 tersebar di 14 provinsi. Namun, khusus varian Delta yang memiliki tingkat penularan sangat tinggi tersebar di sembilan provinsi.
Sembilan provinsi tersebut adalah DKI Jakarta dengan 96 kasus, Jawa Tengah 80, Jawa Barat 48, Jawa Timur 18, Sumatera Selatan 3 dan Kalimantan Tengah 3. Kemudian Kalimantan Timur 3, Banten 2, Kalimantan Selatan 1.
Sementara 49 kasus varian Alfa ditemukan di 10 provinsi. Di antaranya, DKI Jakarta memiliki 33 kasus varian Alfa, Jawa Barat 6, Jawa Timur 2, Sumatera Utara 2 dan Jawa Tengah 1. Kemudian Sumatera Selatan 1, Bali 1, Kepulauan Riau 1, Riau 1 dan Kalimantan Selatan 1.
Adapun kasus varian Beta hanya tersebar di 3 provinsi yakni DKI Jakarta 4, Jawa Timur 1 dan Bali 1. (mdk/anf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Varian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca SelengkapnyaPB IDI mengimbau masyarakat untuk menerapkan lagi protokol kesehatan seperti memakai masker dan menghindari kerumunan.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaAni menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaKemenkes meminta pelayanan kesehatan meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Covid-19.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaTerjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaWHO saat ini memonitor berbagai varian yang banyak ditemui.
Baca SelengkapnyaVarian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Baca Selengkapnya