Cegah Kepunahan, Begini Cara Gunung Gede Pangrango Lestarikan Hewan & Tumbuhan Langka
Merdeka.com - Di tengah tergerusnya luas hutan primer di Pulau Jawa akibat pembangunan, sejumlah taman nasional terus berupaya melakukan berbagai tindakan antisipasi. Salah satunya adalah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).
Kawasan hutan asri yang yang meliputi tiga kabupaten di Jawa Barat, seperti Kabupaten Bogor, Sukabumi hingga Cianjur tersebut berupaya meningkatkan konservasinya mengingat di wilayahnya terdapat sejumlah spesies hewan dan tumbuhan yang termasuk langka.
Beberapa koleksi langka, berdasarkan daftar Uni Internasional untuk Konservasi Alam (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources/IUCN) di TNGGP di antaranya Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), Owa Jawa (Hylobates moloch) dan macan tutul (Panthera pardus).
-
Hewan langka apa yang ditemukan di Papua? Para ilmuwan baru-baru ini menemukan kembali spesies mamalia yang sudah lama hilang di Pegunungan Cyclops di Indonesia.
-
Dimana habitat Elang Jawa? Habitat alami Elang Jawa meliputi hutan-hutan pegunungan, hutan primer, dan hutan sekunder di dataran tinggi.
-
Siapa yang memasukkan Tapir ke dalam kategori endangered? Karena jumlahnya semakin sedikit, International Union for Conservation of Nature (IUCN) kemudian memasukkan Tapir dalam kategori endangered atau memiliki resiko kepunahan yang sangat tinggi.
-
Kenapa Jalak Bali terancam punah? Jalak Bali dikategorikan sebagai spesies kritis terancam punah (Critically Endangered) menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature). Populasinya sangat terbatas, dan upaya konservasi yang serius diperlukan untuk mencegah kepunahan mereka.
-
Satwa langka apa saja yang ada di hutan lereng Gunung Slamet? Kawasan hutan di lereng Gunung Slamet merupakan rumah bagi banyak satwa, termasuk di antaranya satwa langka. Beberapa satwa langka itu masih dapat dijumpai walau keberadaan mereka terancam oleh para ulah pemburu liar.
-
Di mana elang Jawa tinggal? Habitat yang disukai elang jawa adalah ekosistem hutan hujan tropis yang selalu hijau, mulai dari dataran rendah hingga daerah yang lebih tinggi dengan ketinggian mencapai 2.200 meter dan kadang-kadang 3.000 meter di atas permukaan laut.
Selain itu, terdapat juga beberapa jenis flora yang terhitung langka, salah satunya Bunga Edelweis Jawa (Javanese edelweiss).
Lantas bagaimana upaya konservasi yang dilakukan di area seluas 24.270,80 hektare (ha) dengan terbagi ke dalam beberapa cakupan dengan zona inti yang terluas sebesar 10.460 ha itu? Berikut informasinya sebagaimana Merdeka kutip dari ANTARA, Jumat (09/04/2021).
Memastikan Tidak Terdapat Aktivitas Perladangan
Gunung Gede Pangrango
©2013 Merdeka.com/Ramadhian F
Kepala Resort Cibodas TNGPP Sobirin Yuliawan mengungkapkan, salah satu upaya yang saat ini dilakukan oleh Taman Nasional Gunung Gede Pangrango adalah terus memastikan tidak adanya aktivitas perladangan di kawasan zona inti.
Menurutnya, masyarakat sekitar sudah mulai menyadari akan pentingnya kebenaran taman nasional tersebut sebagai tempat untuk menggantungkan hidup bagi para hewan dan tumbuhan yang hidup di dalamnya.
Bahkan, aktivitas perburuan oleh masyarakat sekitar juga sudah nyaris tidak ditemukan.
"Kalau di sini setahu saya tidak ada karena mata pencaharian masyarakat di sini adalah berdagang dan pemandu wisata. Jadi mereka tidak perlu berburu elang karena sumber pencahariannya lebih cepat di sektor lain," kata pria yang sudah 17 tahun mengabdi di sana itu.
Melakukan Pengawasan Termasuk Mencukupi Kebutuhan Makanan
Kemudian kata Sobirin, pihaknya juga terus melakukan pengawasan akan adanya aktivitas manusia yang dapat mengganggu habitat mereka khususnya Elang Jawa.
Elang Jawa, jika terganggu akan memutuskan untuk berpindah lokasi sehingga penjagaan tersebut sangat penting dilakukan.
Selanjutnya, pemenuhan kebutuhan makanan juga menjadi salah satu tindakan konservasi yang dilakukan Resort TNGGP di Cibodas.
Sobirin menuturkan, aktivitas tersebut kini membuahkan hasil dengan bertambahnya beberapa hewan termasuk macan tutul yang kini menjadi empat ekor dari yang sebelumnya hanya tiga pada 2019.
Kemudian pantauan "camera trap" juga menangkap adanya penambahan populasi Elang Jawa yang pada tahun 2019 tercatat tujuh ekor dan saat ini berjumlah 10 ekor.
Selain itu, peningkatan juga terdapat pada owa jawa yang kini terdapat 162 ekor.
Melakukan Budi Daya Edelweis untuk Cegah Pemetikan oleh Pendaki
Pendaki di Gunung Gede Pangrango
©2013 Merdeka.com/Ramadhian F
Kemudian, upaya konservasi lainnya dengan membudidayakan tanaman langka, salah satunya Edelweis Jawa.
Menurut Kepala Balai Besar TNGGP Wahju Rudianto, Edelweis saat ini menjadi tanaman yang rentan mengalami penurunan populasi dikarenakan kerap dipetik oleh para pendaki. Sehingga pihaknya pun melakukan upaya penyelamatan dengan melakukan budi daya.
Edelweis Jawa sendiri bisa ditemukan padangnya di ketinggian 2.750 meter, sebelah timur puncak Gunung Gede Pangrango.
"Untuk edelweis ini bagaimana budidaya edelweis berhasil dan ini menjadi ladang bagi pemberdayaan masyarakat ke depannya nanti. Jadi para pendaki dan wisatawan tidak harus mengambil di alam tapi disediakan bibit edelweis hasil budidaya kerja sama dengan masyarakat," terang Wahju.
Dijadikan Sebagai Destinasi Unggulan
Untuk melakukan upaya konservasi seperti yang dilakukan oleh TNGGP tidaklah mudah. Hal tersebut kemudian justru menimbulkan sejumlah kendala seperti jumlah personel hingga anggaran.
Menanggapi hal itu, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong mengungkapkan jika pengelolaan potensi yang dilakukan bisa tepat sasaran, banyaknya taman nasional di Indonesia bisa menjadi salah satu andalan pariwisata yang menjanjikan.
Ia mencontohkan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango salah satunya. Jumlah pengunjungnya terhitung besar, terlebih kawasan tersebut menarik wisatawan dari berbagai kota besar yang ada di sekitarnya seperti Jakarta, Bogor dan Bandung.
Di tahun 2019 misalnya, TNGGP bisa menghasilkan hingga Rp9,2 miliar sebagai penerimaan negara bukan pajak (PNBP), kendati jumlahnya saat ini menurun menjadi Rp5,1 miliar di tahun 2020 akibat pembatasan pengunjung di masa pandemi Corona.
Kemudian, di luar Pulau Jawa juga terdapat banyak taman nasional yang memiliki potensi besar seperti Tanjung Puting di Kalimantan yang terkenal karena sebagai pusat konservasi orang utan.
"Tugas kita adalah mempromosikan itu ke depan menjadi destinasi unggulan juga," katanya. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Wilayahnya terdiri dari hutan bambu, hutan pantai, hutan bakau, hutan tanaman, hutan alam, dan padang rumput.
Baca SelengkapnyaHutan lereng Gunung Slamet merupakan rumah bagi banyak jenis satwa langka.
Baca SelengkapnyaSemakin kesini hewan endemik Indonesia sudah banyak yang hampir punah bahkan banyak juga yang sudah punah, seperti komodo dan harimau bali.
Baca SelengkapnyaSatwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda.
Baca SelengkapnyaTeluk ini berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dan Selat Bali
Baca SelengkapnyaIndonesia menjadi rumah bagi berbagai jenis burung yang memukau. Intip jenis burung endemik yang umum dijumpai.
Baca SelengkapnyaIni dilakukan sebagai komitmen korporasi dalam menjaga keanekaragaman hayati di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaBerikut, adalah penampakan elang Filipina yang sedang menyantap monyet hasil buruannya .
Baca SelengkapnyaBKSDA Jawa Tengah melepasliarkan 25 ekor burung langka ke Papua dan Maluku. Satwa endemik itu umumnya diserahkan warga yang memeliharanya secara ilegal.
Baca SelengkapnyaWarga sekitar mengaku masih menjumpai keberadaan satwa macan di hutan Blora. Apakah itu benar?
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan proses pelepasan burung elang Jawa di alam.
Baca SelengkapnyaHewan dengan nama latin Nisaetus Floris ini memiliki ukuran fisik yang besar hingga 71-82 centimeter.
Baca Selengkapnya