Cerita Pilu Petani Timun Suri di Tangerang, Gigit Jari Gagal Panen Jelang Ramadan
Merdeka.com - Sejumlah petani timun suri di Kelurahan Kunciran, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Banten harus gigit jari karena gagal panen. Padahal menjelang bulan Ramadan biasanya menjadi berkah tersendiri karena permintaan timun suri sedang tinggi-tingginya dibanding pada bulan lainnya.
Seperti terpantau di lokasi, daun-daun dari tanaman timun suri terlihat menguning dan tidak sehat. Ini menyebabkan buah yang dihasilkan juga jauh dari kata bagus, karena ukurannya yang kecil dan beberapa di antaranya membusuk.
Oji, salah satu petani timun suri mengatakan kondisi ini membuat ia dan petani lain resah lantaran tidak bisa memenuhi kebutuhan pasar selama Ramadan tahun ini.
-
Apa itu timun suri? Selain memiliki rasa yang lezat, timun suri juga kaya akan vitamin dan serat yang baik bagi kesehatan.
-
Mengapa acar timun menjadi lembek? Acar timun dapat menjadi lembek disebabkan oleh tingginya kandungan air dalam timun. Ketika timun direndam dalam larutan asam, air yang terdapat di dalamnya akan keluar, sehingga membuat timun kehilangan tekstur renyahnya.
-
Kenapa daun jeruk tua terasa pahit? Daun jeruk yang sudah tua atau yang tidak dicuci dengan baik bisa memberikan rasa pahit pada hidangan.
-
Mengapa bubuk daun jeruk purut sering pahit? Namun, bubuk daun jeruk purut seringkali lebih pahit dan bisa memengaruhi rasa makanan.
-
Kenapa jagung jadi keriput? Proses penyimpanan jagung yang tidak tepat dapat mengakibatkan penurunan kadar gula dalam biji jagung, sehingga membuatnya tampak keriput. Menurut benihpertiwi.co.id, kondisi ini terjadi akibat kurangnya kelembapan yang diperlukan untuk menjaga kesegaran biji jagung.
-
Kenapa acar timun jadi lembek? Proses fermentasi dan perendaman dalam larutan cuka kerap kali membuat timun menjadi lembek, yang tidak hanya mengubah tekstur, tetapi juga rasa dari acar itu sendiri.
“Untuk Ramadan tahun ini sepertinya petani gagal panen. Jumlahnya mencapai 40 persen” kata Oji, mengutip YouTube Liputan6 SCTV, Senin (20/3)
Buah Menyusut dan Berjamur
Petani timun suri di Tangerang gagal panen jelang Ramadan ©2023 YouTube Liputan6 SCTV/ Merdeka.com
Sejumlah buah timun suri yang siap panen tampak menyusut, dengan kondisi yang lunak dan berjamur. Ini tentu tidak layak untuk dijual dan tidak laku di pasaran. Biasanya, empat hari jelang Ramadan ia bersama petani lain sudah bersiap untuk memanen timun suri dan disebar ke pasaran.
Permintaannya selalu tinggi di bulan Ramadan, karena cocok dijadikan kudapan menu berbuka yang dicampur dengan sirup. Sayangnya, hingga tiga hari menjelang datangnya bulan puasa hasil buah yang ditanam mayoritas tidak layak untuk dipanen.
“Ini tidak seperti tahun lalu, sekarang daun dan batang-batangnya layu dan buahnya banyak yang berjamur” kata Oji, yang tengah mengecek kondisi buah timun suri saat ditemui wartawan.
Penyebabnya karena Cuaca
Oji menuturkan, penyebab buah timunnya tidak layak panen karena kondisi cuaca yang masih belum stabil. Beberapa waktu belakangan kondisi hujan dengan intensitas tinggi masih terus turun. Ini tentu berpengaruh ke hasil panen.
Menurut dia, proses budidaya tanaman timun suri cukup sulit karena bergantung terhadap cuaca di masa tanam. Ketika curah hujan tinggi, akan membuat bakal buah (pentil) terhambat proses pertumbuhannya hingga akhirnya berjamur.
“Jadi kalau banyak hujan juga dari pentil atau bakal buahnya ini akan busuk,” kata dia melanjutkan.
Oji dan petani timun suri lainnya hanya bisa pasrah mendapati kondisi demikian. Dirinya pun tidak bisa berbuat banyak, sebab menanam ulang pohon akan memakan waktu hingga 70 hari, sehingga terancam terlewat momen permintaan tinggi di bulan Ramadan.
Harga Timun Suri dalam Kondisi Bagus
Oji menambahkan untuk timun suri dalam kondisi bagus dan segar, dirinya biasa menjual Rp30 ribu per kilogramnya. Sepekan menjelang bulan Ramadan seperti sekarang biasanya banyak para tengkulak yang berdatangan untuk membeli buah hasil panen.
Sayangnya, dengan kondisi buah yang mayoritas busuk dan gagal panen, senyum bahagia itu harus disimpan karena kondisinya yang tidak layak jual.
Menurutnya, pertumbuhan pohonnya tidak akan bisa maksimal kendati sudah diberi pupuk dan dirawat dengan rutin karena kondisi cuaca yang belum baik. Padahal, dirinya sudah mengganti jenis tanaman dari yang sebelumnya sayuran. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Timun suri merupakan buah yang menjadi favorit selama Ramadan. Namun, kali ini panen timun suri di beberapa daerah mengalami keterlambatan karena faktor cuaca.
Baca SelengkapnyaDi panen ini, mereka hanya menerima nominal amat kecil yakni Rp700 per kilogram. Ini jauh dari pendapatan saat harga normal, di kisaran Rp4.000 per kilogram
Baca SelengkapnyaDesa ini jadi wisata petik buah timun suri selama Ramadan.
Baca SelengkapnyaBerbagai tantangan mereka hadapi, mulai dari proyek penambangan hingga serangan hama tikus
Baca SelengkapnyaKenaikan harga cabai di tingkat petani sudah terjadi sejak pekan lalu.
Baca SelengkapnyaBanyak lahan persawahan menguning karena diserang hama wereng dan tikus.
Baca SelengkapnyaArea persawahan di Jakarta tersebut terdampak kekeringan panjang
Baca SelengkapnyaNormalnya, harga cabai rawit di tingkat petani berkisar antara Rp10.000 hingga Rp15.000 per kilogram.
Baca SelengkapnyaHama ini menyebabkan para petani kehilangan sawahnya hingga 200 hekatre siap panen.
Baca SelengkapnyaPara petani menghasilkan panen yang lebih baik di musim ini. Pasarnya juga terbuka luas.
Baca SelengkapnyaWalaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
Baca SelengkapnyaCuaca ekstrem juga membuat petani udang rugi puluhan juta rupiah
Baca Selengkapnya