Cuaca di Bandung Raya Makin Dingin, BMKG Sebut Ada Potensi Bencana
Merdeka.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung mengungkapkan kondisi suhu dingin yang terjadi di Wilayah Bandung Raya beberapa waktu terakhir. Penurunan suhu dirasakan hingga 17,6 derajat celcius, padaJumat (29/1) pagi.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu mencatat, berdasarkan alat pemantau suhu, angka suhu masih berkisar antara 17 hingga 20 derajat celcius.
"Dalam beberapa hari ke belakang suhu udara minimum di wilayah Lembang tercatat berkisar antara 17,1-17,8 derajat Celsius. Sedangkan pantauan suhu udara di Stasiun GeofisikaBandung, Sukajadi, tadi pagi terpantau atau teramati 20,7 derajat celsius," ujar Teguh Rahayu di Bandung, Jumat (29/1) lalu, dilansir dari Liputan6.com.
-
Bagaimana BMKG menjelaskan cuaca panas di Jawa-Nusa Tenggara? Mengutip dari Instagram InfoBMKG, menjelaskan beberapa hal mengapa kondisi cuaca yang panas kembali terjadi. Padahal semestinya musim hujan.
-
Bagaimana suhu normal luar ruangan diukur? Suhu udara diukur dengan menggunakan termometer udara atau perangkat elektronik seperti termistor.
-
Bagaimana cara mengukur suhu udara? Suhu dapat diukur dengan berbagai cara, termasuk termistor, termokopel, dan termometer air raksa. SWMP menggunakan termistor, yang merupakan perangkat logam yang mengalami perubahan resistansi yang dapat diprediksi sebagai respons terhadap perubahan suhu.
-
Apa yang terjadi pada suhu global? Data menunjukkan bahwa suhu rata-rata global telah meningkat sekitar 1,2 derajat Celsius sejak era pra-industri.
-
Siapa yang memprediksi suhu panas? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
-
Apa penyebab suhu tinggi di Indonesia? 'Suhu tinggi yang jelas-jelas dipengaruhi oleh perubahan iklim telah mengancam kesehatan miliaran orang di seluruh dunia selama tiga bulan terakhir. Tidak ada wilayah, negara, atau kota yang aman dari bahaya mematikan yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil,' ujar Andrew Pershing, Wakil Presiden Bidang Sains di Climate Central dalam keterangannya, seperti dilansir dari Antara, Jumat (20/9).
Kondisi Kelembapan Udara Tinggi
Ilustrasi angin kencang/©2017 Merdeka.com
Teguh menjelaskan kondisi tersebut terjadi karena tingginya kelembapan udara di wilayah Bandung Raya. Dengan bertambahnya konsentrasi angin kencang yang mendominasi, diprediksi akan menimbulkan beberapa perubahan kondisi. Seperti berawan dengan potensi hujan ringan sampai sedang, hingga kemungkinan disertai angin kencang.
“Berdasarkan faktor regional dari kondisi tersebut, akan meningkatkan potensi pembentukan awan-awan konvektif yang menyebabkan turunnya hujan," ungkap Teguh.
Adanya Pengaruh Angin dari Australia
Teguh melanjutkan, terdapat faktor lain dalam skala regional, yakni aktivitas daerah tekanan udara rendah di utara Australia bagian barat serta timur Queensland, Australia. Kondisi tersebut turut memberikan dampak angin kencang hingga beberapa hari ke depan di wilayah Jawa Barat.
"Hal itu membuat kondisi kelembaban menjadi cukup tinggi dan angin akan relatif kencang bertiup berkisar antara 27-45 kilometer per jam, sehingga menyebabkan kondisi suhu udara di wilayah Bandung Raya terasa lebih dingin," imbuhnya.
Adanya Potensi Bencana
Dari analisis BMKG terkait kondisi atmosfer, Teguh menyebut ada ketidak-stabilan yang menyebabkan cuaca buruk dalam beberapa pekan ke depan.
Kondisi tersebut telah dirasakan dari dinamika atmosfer di tanggal 29 Januari. Sejak hari itu, terdapat peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di hampir seluruh Jawa Barat.
“Dari hasil pantauan BMKG Bandung sejauh ini 95 persen wilayah Jawa Barat sudah memasuki puncak musim penghujan. Namun khusus untuk wilayah Bandung Raya (Kodya Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi), puncak musim hujan diprediksi akan berakhir di Februari dasarian II," terangnya.
Potensi Banjir dan Tanah Longsor
Teguh juga menambahkan, kondisi tersebut turut mengaktifkan gelombang Tipe Low Frequency di wilayah Jawa Barat. Kondisi SST (Suhu Muka Laut) menunjukkan anomali positif (1,0 derajat celcius hingga + 3,0 derajat celcius) sampai tanggal 1 Februari 2021, serta adanya daerah belokan angina dan konvergensi.
Ia meminta masyarakat untuk mewaspadai potensi bencana seperti hujan dengan intensitas sedang dengan durasi panjang yang dapat disertai kilat atau petir. Tak hanya itu, BMKG juga mengimbau untuk mewaspadai angin kencang yang berpotensi terjadi di beberapa wilayah seperti Sumedang, Garut bagian utara, Sukabumi, Cianjur bagian barat, Bogor Selatan.
Dari prakiraan cuaca berbasis dampak (IBF) untuk banjir atau banjir bandang di tanggal 29-30 Januari 2021, berstatus siaga di beberapa wilayah. Seperti wilayah Subang Selatan, Sumedang, Majalengka, Garut Utara, Tasikmalaya, Kodya Bandung, Kabupaten Bandung Barat bagian utara, Kabupaten Bandung bagian Utara tepatnya berbatasan dengan kodya Bandung, termasuk Baleendah dan sekitarnya, Sukabumi, Cianjur.
"Sedangkan potensi longsor dengan untuk wilayah Jawa Barat adalah Sumedang, Garut Utara, Sukabumi bagian timur," tutur Teguh.
Masyarakat Diimbau Waspada
©2020 Merdeka.com
Atas kondisi tersebut, Teguh meminta kepada masyarakat agar mewaspadai beberapa potensi bencana seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin terkait aktivitas atmofer dan penurunan suhu tersebut.
Bagi masyarakat yang sedang berkendara, diharapkan jangan memaksakan perjalan, terutama saat hujan deras dan angin kencang. Jangan berlindung di bawah pohon, serta jauhi sekitar sungai serta wilayah yang berbukit atau tebing yang curam.
"Berdasarkan kondisi tersebut, maka kewaspadaan akan potensi cuaca ekstrem harus terus ditingkatkan," pungkas Teguh. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BMKG menyebut fenomena alamiah ini muncul saat puncak musim kemarau.
Baca SelengkapnyaIa menyebut fenomena suhu dingin ini secara empiris akan berlangsung hingga Agustus 2024.
Baca SelengkapnyaKetua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani mengungkapkan tiga penyebab suhu udara terasa panas belakangan ini.
Baca SelengkapnyaBalai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menyarankan pendaki harus berhati-hati
Baca SelengkapnyaBMKG mendeteksi sejumlah kota besar di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara Barat dilanda suhu panas
Baca SelengkapnyaPantauan citra radar pada 23 Juli 2024 menunjukkan tidak terjadi pertumbuhan awan dari pagi hingga malam hari.
Baca SelengkapnyaWaspada potensi hujan disertai kilat dan angin kencang yang terjadi pada sore hari
Baca Selengkapnya"Maret- April lah pancaroba. Jadi itu yang harus diwaspadai. Angin kencang ya, tidak harus memutar, tetapi angin kencang pun juga bisa terjadi," ujar Dwikorita
Baca SelengkapnyaBeberapa negara di Asia seperti Thailand dan Filipina mengalami suhu panas ekstrem
Baca SelengkapnyaPenyebab kembali tingginya curah hujan akibat fenomena regional seperti gelombang Kelvin, gelombang Rossbi, dan Madden-julian di sejumlah wilayah tanah air.
Baca SelengkapnyaKelembamban udara tinggi dan angin cenderung rendah sehingga menyebabkan suhu yang dirasakan meningkat dan menyebabkan tubuh merasa tidak nyaman.
Baca SelengkapnyaHasil analisa dalam 24 jam terakhir mencatatkan terpaan suhu panas tertinggi melanda wilayah Palu, Sulawesi Tengah yang mencapai 37,0 derajat Celcius.
Baca Selengkapnya