Digunjing Miskin, Keluarga di Tapanuli Selatan Ini Pilih Pindah ke Hutan
Merdeka.com - Tetangga seharusnya jadi saudara terdekat. Bukannya rukun, tetangga Sila, warga di Tapanuli Selatan ini, malah menggunjing keluarganya. Karena gunjingan itu, Sila bersama suami dan keduanya anaknya terpaksa pindah ke hutan.
Usut punya usut, keluarga tersebut merasa malu lantaran para tetangga selalu menyebut keluarganya sebagai keluarga miskin. Mirisnya, keluarga Sila juga tidak menerima bantuan sama sekali dari pemerintah, selama pandemi Covid-19.
Tanpa pikir panjang, ia bersama keluarganya memilih hutan sebagai tempat tinggal barunya. Hutan ini berada di kawasan Desa Sipangko, Kecamatan Angkola Muaratais, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
-
Apa yang dimaksud dengan keluarga di Sumut? Keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari kepala keluarga dan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
-
Apa yang terjadi pada keluarga di Malang? Polisi menduga tiga orang dalam satu keluarga yang meninggal dunia di Kabupaten Malang bunuh diri bersama-sama.
-
Siapa yang mengalami kesulitan keuangan? Meskipun kabar suami Zaskia Gotik yang sedang mengalami kesulitan keuangan, rumah tangga mereka dengan Sirajuddin semakin harmonis.
-
Kenapa Dara merasa sangat kecewa dengan keluarganya? 'Sejak usia 16 tahun, mama sudah membangun keluarga baru, papa juga demikian, dan adik pun sudah. Yang membuatku bingung adalah, meskipun aku ikhlas untuk keluarga, aku merasa sangat kecewa dengan perlakuan dari keluargaku sendiri,' jelasnya.
-
Siapa yang terdampak broken home? Dan dampaknya? Lebih kepada anak-anak.
-
Mengapa keluarga Muhanah kesulitan memperbaiki rumahnya? Karena ekonomi yang sulit, ia bersama suami tak bisa berbuat banyak dan menanti uluran tangan pihak terkait.
Saat ditemui wartawan pada akhir tahun 2020 lalu, Sila menceritakan pengalamannya selama tinggal di hutan. Lantas bagaimana kondisi keluarga tersebut setelah pindah? Berikut informasinya seperti dikutip dari Kanal Youtube Cerita di Balik Layar:
Sudah Empat Bulan Tinggal di Hutan
©Kanal Youtube Cerita di Balik Layar
Informasi dari kanal tersebut menceritakan, jika Sila sudah empat bulantinggal di tengah hutan. Walau harus tidur beratapkan gubuk, beralas tikar, dan dikelilingi semak dan pepohonan, dirinya merasa nyaman. Alasannya, karena tak ada lagi warga yang menggunjing keluarganya.
“Kurang lebih empat bulan di sini, merasa nyaman saja tinggal dan menetap di hutan walaupun hanya tidur dengan tikar daripada saya dan keluarga jadi omongan tetangga,” kata Sila.
Tidak Terlalu Berharap Kepada Pemerintah
Dalam kesempatan itu, dirinya mengatakan bahwa sejak awal pandemi Covid-19, keluarganya belum pernah tersentuh bantuan sama sekali. Walau begitu, ia mengaku tak terlalu mengharapkan bantuan tersebut.
“Lebih baik saya di sini, daripada di kampung saya dan keluarga jadi omongan dan tidak mendapat apa-apa. Mudah mudahan pemerintah bisa memberikan bantuan kepada keluarga miskin secara merata,” tambahnya.
Tanggapan Pihak Desa
Fachruddin Harahap selaku Kepala Desa Sipangko membenarkan bahwa keluarga tersebut saat ini mengungsi ke hutan. Menurutnya, keluarga Sila memang belum tercatat sebagai penerima bantuan karena tidak memiliki kartu keluarga.
Kendati demikian, pihaknya akan berupaya memperjuangkan bantuan kepada keluarga Sila agar mendapatkan subsidi Covid-19 di tahun 2021 ini.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada seorang warga kampung yang hilang dan keberadaannya belum diketahui hingga kini.
Baca SelengkapnyaSaat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaSebuah keluarga yang memiliki dua bocah perempuan terpaksa harus tinggal di kampung mati tengah hutan dan setiap hari makan nasi pakai garam.
Baca SelengkapnyaSetiap hari, sang istri mengasuh anaknya sambil bersabar menunggu suami pulang berburu ke hutan untuk makan sore ini.
Baca SelengkapnyaDisaat semua warga pindah, keluarga ini memilih bertahan di kampung mati.
Baca SelengkapnyaKeluarga ini tinggal di sebuah gubuk di pinggir kali yang rawan banjir dan longsor, beratap terpal dan beralas kardus.
Baca SelengkapnyaSaat musim tanam tiba, para perantau itu pulang sebentar untuk menanam jagung dan selanjutnya pergi merantau lagi
Baca SelengkapnyaDulu Dusun Simonet merupakan kampung yang ramai. Tapi kini tak ada satupun warga yanga bermukim di sana.
Baca SelengkapnyaAkses menuju kampung itu cukup sulit. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang terjal dan berbatu.
Baca SelengkapnyaSehari-hari, mereka bekerja sebagai buruh tani. Penghasilan harian kecil kadang tak dapat sama sekali
Baca SelengkapnyaDitumbuhi semak belukar, warga mengaku hampir tiap malam membunuh ular.
Baca SelengkapnyaTidak memiliki lahan untuk bertani, keluarga Anis memberanikan diri untuk transmigrasi ke Kalimantan Utara.
Baca Selengkapnya