Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Diprediksi Jadi Endemi, Epidemiolog Ingatkan Covid-19 Beda dengan Flu

Diprediksi Jadi Endemi, Epidemiolog Ingatkan Covid-19 Beda dengan Flu Ilustrasi virus. ©Shutterstock.com/Sebastian Kaulitzki

Merdeka.com - Banyak pakar memprediksi bahwa status pandemi Covid-19 berubah menjadi endemi bisa dicapai dalam waktu dekat. Tak hanya itu, Covid-19 juga disebut-sebut bisa berubah menjadi seperti flu biasa dan virusnya tak akan pernah hilang total.

Epidemiolog yang juga peneliti pandemi dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan membiarkan Covid-19 menjadi endemi dan menyamakannya dengan flu biasa nantinya bukanlah hal yang tepat. Mengingat, adanya risiko kerusakan organ pada sebagian pasien Covid-19 atau sering disebut Long Covid.

Berdasarkan studi di Amerika Serikat yang dilakukan CDC, lalu penelitian yang dilakukan Oxford menunjukkan bahwa sekitar sepertiga pasien Covid-19 menderita Long Covid. Pada penderita Long Covid sekitar 70 persen di antaranya berpotensi mengalami kerusakan pada salah satu organ tubuh. Bisa jantung, paru, hati atau otak.

"Jadi, sangat tidak tepat jika kita menganggap ini akan seperti flu dalam artian dampaknya. Flu tidak menyebabkan kerusakan organ dan tidak memiliki dampak jangka panjang," kata Dicky dalam keterangan tertulis dikutip dari Liputan6.com.

Maka dari itu, Dicky menegaskan kembali dengan membiarkan Covid-19 menjadi endemi bukan rencana yang tepat. Meski suatu hari nanti Covid-19 secara alami bakal menjadi penyakit endemi seperti flu.

"Pemikiran membiarkan Covid-19 menjadi endemi akan memiliki banyak dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat serta kualitas SDM bangsa," jelasnya.

"Sekali lagi, 'membiarkannya menjadi endemi' bukanlah rencana yang tepat, meski itu akan terjadi secara alami hingga nanti hanya ada strain yang relatif tidak berbahaya (misalnya seperti flu biasa) yang ada," tegas Dicky.

Menurut Dicky, harus ada upaya kuat untuk mengendalikan virus Covid-19 ini. Di antaranya melalui deteksi yang kuat (3T/Tracing, Testing, Treatment) dan pencegahan yakni menerapkan protokol kesehatan 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan hingga membatasi mobilitas). Serta dengan melakukan vaksinasi.

"Saat ini kita harus melawannya dengan vaksinasi dan tindakan pencegahan penularan yang tampaknya akan harus kita lakukan setidaknya selama satu dekade," terang epidemiolog itu. (mdk/anf)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP