Dukung Keberagaman, Gusdurian Minta Masyarakat Hentikan Diskriminasi Komunitas Baha'i
Merdeka.com - Jaringan Gusdurian menyatakan dukungannya kepada Menteri Agama Yaqut Cholil Qaumas, usai polemik ucapan selamat hari raya Naw-Ruz untuk Komunitas Baha’i.
Pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh Koordinator Jaringan Gusdurian Allisa Wahid, dalam keterangan tertulisnya yang diterima Merdeka, Senin (2/8) siang.
Menurut putri mantan presiden ke-4 Abdurrahman Wahid itu, pengakuan dan perlindungan, termasuk memberikan selamat hari raya, kepada semua Agama merupakan salah satu warisan Gus Dur untuk menghentikan diskriminasi dan menjaga keberagaman.
-
Siapa yang menjuluki Gus Dur Bapak Keberagaman? Julukan Bapak Keberagaman ini diberikan oleh Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, museum yang mengelola koleksi, gagasan, dan karya para presiden.
-
Apa kebijakan Gus Dur terkait keberagaman? Gus Dur dijuluki Bapak Keberagaman karena pada masa pemerintahannya, ia menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 yang membatasi agama, kepercayaan, dan adat istiadat Cina. Keputusan ini memberikan kebebasan kepada masyarakat Tionghoa untuk menganut agama, kepercayaan, dan tradisi mereka, termasuk merayakan upacara keagamaan secara terbuka.
-
Kenapa Gus Dur dijuluki Bapak Keberagaman? Julukan Bapak Keberagaman ini diberikan oleh Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, museum yang mengelola koleksi, gagasan, dan karya para presiden. Julukan ini diberikan karena Abdurrahman Wahid atau lebih akrab disapa Gus Dur selama masa pemerintahannya, dia mengeluarkan berbagai kebijakan yang merangkul semua kalangan dan mencerminkan sikap toleransi.
-
Bagaimana Gus Dur menunjukkan keberagaman? Tak hanya soal kebijakan, bahkan pakaian yang ia kenakan juga menunjukkan keberagaman di mana hal itu menjadi ikonik dari dirinya. Pakaian yang sering ia kenakan adalah baju batik, sarung, dan peci. Hal ini menarik karena beliau adalah santri, kiai, atau ulama, dan pernah menjadi ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Namun, dibanding menggunakan gamis putih panjang yang sering dipakai oleh para habib, ia lebih memilih memakai batik.
-
Bagaimana Gus Dur menunjukan sikap toleransi? Ia melakukan pendekatan yang lebih simpatik kepada kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM), mengayomi etnis Tionghoa, dan meminta maaf kepada keluarga korban G30/S PKI.
-
Siapa anak bungsu Gus Dur? Inayah Wulandari Wahid lahir pada 31 Desember 1982. Ia akrab dipanggil dengan nama panggung Inaya Wahid. Nama Wahid ia dapat dari ayahnya yang merupakan Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Inaya merupakan anak bungsu dari Gus Dur dan Sinta Nuriyah.
"Kami mengapresiasi dan mendukung sepenuhnya langkah Kementerian Agama untuk membuat ucapan selamat dalam perayaan hari besar berbagai agama di Indonesia. Ini merupakan bukti pengakuan pada realitas keberagaman di negara kita dan langkah yang penting untuk memberi pengakuan pada semua agama dan kepercayaan di sini," terang Alissa Wahid.
Mengayomi Semua Agama
Alissa Wahid ©2019 Liputan6.com/Johan Tallo
Dalam kesempatan itu, Alissa sangat menyayangkan adanya pihak yang mempermasalahkan ucapan hari raya oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qaumas untuk Komunitas Baha’i pada 9 Maret 2021 lalu.
Pihak-pihak tersebut menganggap Komunitas Baha'i bukan sebagai agama yang diakui di Indonesia, sehingga tindakan tersebut dianggap sebagai bentuk “pelanggaran”.
Untuk itu, dirinya meminta kepada pemerintah khususnya Kementerian Agama, agar mengambil tindakan dengan memberikan perlindungan dan pengayoman kepada semua agama minoritas dan kepercayaan.
"Meminta pemerintah khususnya Kementerian Agama untuk mengambil langkah lanjut dengan memberikan perlindungan dan pengayoman kepada semua agama minoritas dan kepercayaan agar dapat mempraktikkan keyakinan mereka secara bebas dari rasa takut, intimidasi, dan diskriminasi," tegas Alissa.
Meminta untuk Tak Mengaitkan dengan Politik
Dalam keterangannya, Alissa meminta agar semua pihak tidak mempolitisasi pernyataan Menteri Yaqut. Perlu dipahami bahwa pemberian ucapan kepada kalangan yang berbeda merupakan konteks untuk membangun semangat pengakuan kepada seluruh warga negara Indonesia tanpa terkecuali.
Ia juga menegaskan, bentuk penghargaan kepada kalangan minoritas/kelompok berbeda termasuk Agama Baha'i sudah tertulis di pasal 29 UUD 1945.
"Tidak hanya terhadap umat Baha'i, Presiden Gus Dur juga bertemu dengan tokoh-tokoh agama minoritas dan aliran lainnya," beber Alissa.
Mengajak Seluruh Elemen Merawat Kebhinekaan
Terakhir, Alissa mengajak seluruh elemen masyarakat agar terus merawat semangat kebhinekaan dan menghentikan diskriminasi terhadap kelompok yang berbeda.
Ia mengatakan, di masa pemerintahan Gus Dur, Agama Baha'i telah mendapatkan tempat melalui Keppres No. 69 tahun 2000. Di Keppres itu, Pemerintah Indonesia secara konstitusional telah resmi mengakui keberadaan ajaran Baha'i sekaligus memperbolehkan penganutnya menjalankan kepercayaannya.
"Keberagaman adalah keniscayaan yang seharusnya bisa menjadi kekuatan untuk membangun peradaban. Sehingga menghimbau semua pihak untuk mencurahkan perhatian dan tenaganya kepada upaya-upaya untuk menghadapi situasi yang mendesak seperti penanganan Covid 19 dan korupsi," tandasnya.
Sejarah Agama Baha'i di Indonesia
Agama Baha’i merupakan agama yang lahir di Persia pada tahun 1844. Dalam catatannya di Kementerian Agama, komunitas Baha'i mulai masuk di Indonesia pada tahun 1878. Pengikutnya sendiri saat ini sudah mencapai 5.000 orang.
Pada tahun 1962 Presiden Soekarno sempat melarang Baha’isme dengan Keppres No. 264. Pada masa pemerintahan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) larangan tersebut dicabut.
Pencabutan larangan berkenaan dengan perhatian besar Abdurrahan Wahid terhadap ajaran Baha'i, dan hak-hak keyakinan beragama lainnya. Gus Dur juga sempat hadir dalam pertemuan antar pengikut tersebut di Menteng, Jakarta Pusat pada Maret tahun 2000 saat masih menjabat sebagai Presiden. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setiap presiden yang menjabat memiliki julukannya masing-masing. Presiden keempat, Abdurrahman Wahid diberi julukan Bapak Keberagaman.
Baca SelengkapnyaK.H. Abdurrahman Wahid atau biasa dikenal Gus Dur merupakan sosok guru bangsa yang karismatik.
Baca SelengkapnyaGus Dur adalah pemimpin yang begitu dicintai rakyat Indonesia karena sosoknya gigih memperjuangkan hak-hak kaum minoritas.
Baca SelengkapnyaMenag mengingatkan, bangsa Indonesia dibangun oleh berbagai macam ras, suku, budaya, hingga agama.
Baca SelengkapnyaCak Imin beranggapan bahwa pemaparan Fraksi PKB MPR RI dalam Sidang Paripurna Akhir MPR RI Masa Jabatan Periode 2019—2024 secara legal memiliki dasar yang kuat.
Baca SelengkapnyaOleh karenanya, nantinya PKB dan bahkan Ketua Umum Muhaimin Iskandar (Cak Imin) juga akan melakukan ziarah ke makam Gus Dur.
Baca SelengkapnyaDengan tugasnya ini, Gus Miftah akan berupaya menjaga kondusivitas kerukunan beragama
Baca SelengkapnyaMahfud MD menekankan keberagaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Baca SelengkapnyaMenariknya sahur keliling yang digagas istri Presiden Keempat RI itu melibatkan umat lintas agama
Baca SelengkapnyaBerikut kumpulan kata-kata toleransi antarumat beragama yang bijak dan penuh pesan mendalam.
Baca SelengkapnyaPentingnya mengedepankan kerukunan agar masyarakat dapat hidup berdampingan dengan damai
Baca SelengkapnyaDiketahui, penurunan Gus Dur tertuang dalam Ketetapan (TAP) MPR Nomor II/MPR/2001 tentang Pertanggungjawaban Presiden.
Baca Selengkapnya