Fakta Baru Kebakaran di Lapas Tangerang, Instalasi Listrik Tak Diperbaiki Sejak 1972

Merdeka.com - Sejumlah fakta baru terungkap dalam musibahkebakaran yang terjadi di Lapas Kelas 1 Tangerang, Banten pada Rabu (8/9) dini hari.

Dalam konferensi pers, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly menyebut ada kaitan antara usia bangunan lapas dengan instalasi listrik yang diduga menjadi penyebab korsleting pemicu kebakaran.

Melansir Youtube Liputan6 SCTV, Yasonna Laoly juga menjelaskan jika seluruh napi yang meninggal maupun luka karena terkunci di dalam sel sehingga tak sempat untuk menyelamatkan diri. Berikut informasi selengkapnya.

Instalasi Listrik Tak Pernah Diperbaiki Sejak 1972

Lapas Tangerang Terbakar

©Merdeka Istimewa

Saat menyampaikan informasi dan kronologi kebakaran di Lapas Kelas 1 Kota Tangerang, Yasonna Laoly menyebut jika jaringan instalasi listrik di lapas yang terletak di Jalan Veteran, Babakan, Kota Tangerang itu tak pernah diganti sejak pertama kali dibangun tahun 1972.

"Lapas kelas 1 Tangerang ini dibangun tahun 1972, jadi sudah 42 tahun. Sejak itu kita tidak memperbaiki instalasi listriknya. Jadi ada penambahan daya, tetapi instalasi listriknya masih tetap," jelasnya.

Penanganan Napi Saat Kebakaran Sudah Sesuai Protap

Ia juga menyampaikan jika saat kejadian banyak napi yang masih terkunci di dalam sel, sehingga sulit untuk menyelamatkan diri.

Menurutnya, hal tersebut sudah sesuai dengan prosedur tetap (protap) yang diberlakukan di Lapas. Jika sebelum kebakaran ruang sel tidak dikunci justru akan menyalahi protap yang berlaku.

"Oleh karena api yang cepat membesar, beberapa ruang tahanan tidak sempat dibuka. Mengapa demikian, karena hal itu sesuai protap dari lapas, yakni harus dikunci. Dari situ api kian menyebar dan dari situ terdapat jumlah 41 korban meninggal kita temukan," jelasnya.

Kebakaran Pertama Kali Diketahui Petugas Pengawas di Atas

Menurut keterangan Yasonna, musibah kebakaran tersebut pertama kali diketahui petugas jaga dari atas lapas sekitar pukul 01.45 WIB.

Saat itu, para penjaga di bagian atas gedung melihat kobaran api dari salah satu blok. Petugas tersebut langsung melapor kepala keamanan di lokasi dilanjut menelepon pemadam kebakaran.

"Saat itu petugas pengawas dari atas melihat kobaran api sekitar pukul 1.45 WIB pagi. Petugas tersebut langsung bergegas menelpon kepala keamanan yang diteruskan menelpon pemadam kebakaran. 13 menit kemudian, 12 unit kendaraan pemadam tiba di lokasi," terangnya.

Lapas Kelebihan Kapasitas

Peristiwa kebakaran itu sendiri terjadi di Blok hunian Chandiri 2 atau Blok C2. Penyebab kebakaran diduga akibat hubungan arus pendek listrik alias korsleting.

Adapun jumlah penghuni Blok C2 ada sebanyak 122 warga binaan yang berada di 19 kamar hunian berkapasitas 38 orang, dengan rincian tahanan kasus narkotika 119 orang, tahanan kasus terorisme 2 orang, tahanan kasus pembunuhan 1 orang, dan tahanan Warga Negara Asing (WNA) 2 orang.

Akibat kebakaran tersebut, 41 tahanan meninggal dunia dengan rincian 40 orang ditemukan di lokasi dan telah dievakuasi oleh petugas Pemadam Kebakaran, Tim SAR, dan Petugas Lapas Tangerang. Sementara itu 1 napi lainnya meninggal dunia dalam perjalanan menuju rumah sakit.

"Penghuni Lapas Kelas 1 Tangerang saat ini ada sebanyak 2072 orang dari kapasitas seharusnya untuk 600 orang. Kelebihan hunian dari kapasitas sebesar 250 persen," kata Kabag Humas dan Protokol Kemenkum HAM Rika Aprianti. (mdk/nrd)