Heboh Penampakan Kawah Gunung Krakatau Hilang, Ini Penjelasan Pakar
Merdeka.com - Beberapa hari lalu masyarakat dihebohkan dengan unggahan akun Instagram @krakatau_ca_al. Dalam postingan tersebut terdapat gambar yang memperlihatkan hilangnya kawah dari salah satu gunung teraktif di dunia itu.
Terdapat empat panel gambar dalam satu frame yang memperlihatkan pola pertumbuhan Gunung Anak Krakatau yang begitu cepat. Postingan tersebut pun mengundang rasa penasaran warganet.
Pada foto pertama yang diambil di tanggal 14 Desember 2019 menunjukkan adanya air kawah Gunung Anak Krakatau yang terlihat normal.
-
Dimana letusan gunung berapi terjadi? Pertanyaan tersebut menjadi fokus perhatian para peneliti yang mengunjungi dataran tinggi luas dan berbatu di India Barat yang terbentuk oleh lava cair, di mana mereka melakukan pengeboran batu dan mengumpulkan sampel untuk dianalisis.
-
Bagaimana gunung berapi bisa terbentuk? Proses inilah yang dapat menciptakan gunung berapi. Contohnya adalah Gunung Saint Helens di Amerika Utara dan Gunung Fuji di Jepang.
-
Apa yang harus dilakukan jika gunung berapi meletus? Setelah letusan terjadi, langkah-langkah yang perlu dilakukan meliputi evakuasi secepat mungkin, menghindari area yang terkena letusan, menggunakan masker untuk melindungi pernapasan, dan mengikuti petunjuk dari tim penyelamat.
-
Apa yang terjadi di Gunung Merapi? Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta mengalami 71 kali gempa guguran.
-
Apa yang terjadi di Gunung Marapi? Erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat menyebabkan 22 pendaki ditemukan meninggal dunia.
Tiga bulan kemudian, di tanggal 26 Maret 2020 saat difoto kembali, air di dasar kawah terlihat sedikit menghilang dan warna airnya pun berubah.
Foto berikutnya diambil pada 17 Juni 2020, terlihat air kawah telah mengering, terdapat pula bentukan baru dari dinding kawah.
Sedang Aktif Tumbuh
Instagram @Krakatau_ca_cal ©2020 Merdeka.com
Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api, Hendra Gunawan, mengatakan bahwa saat ini Gunung Anak Krakatau tercatat sedang aktif-aktifnya mengalami pertumbuhan. Hal tersebut terekam juga dari data kegempaan selama dua bulan terakhir ini.
“Kalau lihat dari foto itu setidaknya pertumbuhan sampai dengan mencapai 50an meter di atas permukaan laut, karena dinding tertinggi di sebelahnya 157 meter di atas permukaan laut,” ungkapnya dilansir dari Liputan6 pada Selasa (23/06).
Hendra juga menjelaskan perihal keringnya kawah tersebut akibat dipengaruhi oleh masifnya pertumbuhan bebatuan sehingga menyebabkan bibir kawah yang menampung air tertutup.
Mengalami Pola Fluktuatif
Sebelumnya, dilaporkan juga serangkaian erupsi dari Gunung Anak Krakatau yang terjadi sejak 22 - 26 Desember 2018 lalu telah membentuk kawah seperti tapal kuda. Pada bagian terbukanya terisi air dan menghilang seperti yang tampak pada gambar tersebut.
Pola tersebut telah terjadi sejak kurun waktu 1950-an yang membuat pertumbuhannya jadi semakin cepat dan menghilangkan cekungan penampung air.
“Ada periode-periode pertumbuhan cepat, ada periode sangat lambat pertumbuhannya,” kata Hendra.
Terus Dipantau
©2020 Merdeka.com/liputan6.com
Ia menegaskan, jika pihaknya hingga saat ini masih terus memantau pola-pola unik yang disebabkan oleh aktivitas pertumbuhan dari Gunung Anak Krakatau.
Menurutnya terkait isu erupsi dalam waktu dekat, pihaknya mengaku sulit diprediksi. Namun potensi untuk erupsi selalu ada selama aktivitas kegempaan masih sering terjadi.
Menurut data dari magma.vsi.esdm.id, Gunung Anak Krakatau sendiri terakhir erupsi terjadi pada Jumat malam, 10 April 2020 lalu. Aktivitas tersebut ditandai dengan tingginya kegempaan tremor yang terjadi secara terus menerus.
Saat itu pos pantau mengabarkan bahwa terdapat gumpalan abu besar berwarna hitam keluar dari puncak Gunung Anak Krakatau dan terus bergerak ke arah timur. Ketika erupsi, tinggi kolom mencapai 500 meter dari bibir kawah.
Hingga hari Sabtu, 11 April 2020 pagi, pukul 05.44 WIB, erupsi dari gunung yang berada di perairan selat sunda tersebut masih terus terjadi. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gunung Anak Krakatau melontarkan abu dengan tinggi kolom hingga 1.400 meter di atas puncak atau sekitar 1.557 meter di atas permukaan laut.
Baca SelengkapnyaPuncak Gunung Merapi dipenuhi batu-batu berapi yang suhunya diperkirakan mencapai 1.000 derajat.
Baca SelengkapnyaWaspada terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanik signifikan
Baca SelengkapnyaBaru-baru ini Gunung Krakatau kembali erupsi pada Kamis (7/12) siang dengan tinggi kolom abu vulkanik 1.200 meter di atas puncak.
Baca SelengkapnyaGunung Slamet punya karakteristik yang "tenang namun menghanyutkan"
Baca SelengkapnyaKondisi kebakaran tersebut terpantau kamera pengawas pos pengamatan Gunung Api Tangkuban Perahu.
Baca SelengkapnyaGunung Kerinci adalah gunung berapi tertinggi di Indonesia dengan ketinggian mencapai 3.805 meter di atas permukaan laut.
Baca SelengkapnyaStatusnya dinaikkan karena hasil pemantauan visual dan instrumental, terjadi peningkatan aktivitas gunung.
Baca SelengkapnyaGunung Anak Krakatau kini berada pada status level III atau siaga.
Baca SelengkapnyaErupsi Gunung Ruang Menguat, PVMBG Keluarkan Peringatan Tsunami untuk Warga Pulau Tagulandang Sulut
Baca SelengkapnyaMasyarakat diminta tidak mendekati pusat erupsi di kawah puncak dengan radius 3 kilometer.
Baca SelengkapnyaRentetan gempa dangkal juga terekam di Gunung Ibu.
Baca Selengkapnya