Gembrong Liwet, Tradisi di Sumedang yang Jadi Penanda Datangnya Ramadan
Merdeka.com - Desa Citali yang terletak di Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, memiliki tradisi Gembrong Liwet yang digelar untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Tradisi tersebut menjadi kesempatan bagi warga setempat untuk mempererat tali silaturahmi.
Pendiri Pusat Konservasi Seni Budaya Wahana Satia Sunda Sumedang, Wawan Aldo Supriyatna, pada Rabu (30/3) menjelaskan, tradisi Gembrong Liwet yang digelar setiap tahun ini sudah berjalan secara turun temurun.
"Ini (Gembrong Liwet) tradisi tahunan menjelang Ramadan, turun temurun," jelasnya dilansir dari ANTARA.
-
Apa yang dilakukan warga di Dukuh Gatak untuk sambut Ramadan? Ratusan warga di Dukuh Gatak, Desa Sekarsuli, Klaten menyambut Bulan Ramadan dengan mengadakan kirab budaya dan tradisi Sadranan.
-
Apa yang khas dari Desa Temboro di bulan Ramadan? 'Hari biasa nggak seperti ini, hari biasa ada beberapa yang jualan tapi nggak serame ini. Jadi pas bulan Ramadan ini itu orang luar kampung berbondong-bondong jualan di Temboro, karena sewanya murah juga,' kata Syaiful, salah satu warga Temboro.
-
Dimana tradisi ini dilakukan di Sumedang? Kebiasaan ini masih dijalankan oleh masyarakat di beberapa desa seperti Kadu, Lebaksiuh, Cintajaya, dan Cipicung, Kecamatan Jatigede.
-
Kenapa Bleduran jadi tradisi Ramadan di Betawi? Konon, bleduran sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan menjadi hiburan rakyat yang murah meriah.
-
Apa yang dilakukan dalam tradisi Mauludan di Desa Kemuja? Kegiatan dilakukan dengan berkumpulnya masyarakat di masjid pada malam hari sebelum 12 Rabi’ul Awwal dan membacakan kisah hidup tauladan Nabi Muhammad SAW, memanjatkan salam dan shalawat sepanjang malam.Selanjutnya, akan dilakukan ritual doa bersama yang diakhiri dengan menyantap makanan dengan seluruh masyarakat yang disebut dengan Tradisi Nganggung.
-
Bagaimana cara warga Banjarnegara sambut Ramadan dengan grebeg gunungan? Berbagai gunungan berisi buah-buahan, sayur mayur, serta palawija diarak keliling pusat Kota Banjarnegara.
Makan Bersama
Gembrong Liwet 2020
©2022 YouTube Aldo Channel/ Merdeka.com
Secara bahasa, Gembrong Liwet berarti kegiatan makan bersama yang dihadiri oleh masyarakat setempat. Acara tersebut akan dimulai dengan menurunkan alat menanak untuk nasi liwet, kemudian diselingi acara hiburan berupa kesenian tradisional, sembari menunggu nasi dan lauk pauk matang.
Secara makna, Gembrong Liwet ingin menghadirkan kekompakkan warga dengan cara meleburkan perbedaan status golongan dengan acara makan bersama. Di sana tidak ada lagi perbedaan antara warga, ketua RT, RW, kepala desa, hingga bupati.
"Meningkatkan toleransi dan mengurangi ego antar personal, sehingga masyarakat merasakan suasana yang tentram dan rukun," kata Wawan.
Bentuk Terima Kasih Kepada Sang Pencipta
©2022 YouTube Aldo Channel/ Merdeka.com
Tradisi Gembrong Liwet juga disebut Wawan merupakan ungkapan rasa syukur secara simbolis kepada Allah SWT, yang telah memberi limpahan hasil alam yang cukup sehingga bisa disantap seluruh warga menjelang bulan puasa.
Warga juga akan memanfaatkan momen itu sebagai ajang untuk saling bermaafan. Hal itu kemudian bisa membuat warga dan masyarakat lebih siap untuk berpuasa dengan hati yang bersih.
"Nikmat dan segala apa yang telah kita nikmati dari hasil bumi yang mana padi merupakan makanan pokok masyarakat kami, sehingga menanak nasi bersama ini menjadi sebuah bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita," tambah Wawan.
Gembrong Liwet 2022
Tahun ini, pelaksanaan Gembrong Liwet dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan digelar pada Kamis (31/3) hari ini. Acara ini rencananya akan dihadiri oleh tokoh serta masyarakat luas hingga pejabat pemerintah daerah.
Wawan menambahkan, pihaknya akan melaksanakan acara tersebut dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat di tengah masa pandemi Covid-19
"Prokes tetap pak, mengingat kita masih pandemi," katanya.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tradisi Nyepuh jadi cara warga di Ciamis untuk menyambut bulan Ramadan.
Baca SelengkapnyaDi Provinsi Sumatra Utara, masyarakat menyambut bulan suci ini dengan ragam tradisi yang berbeda-beda dan tentunya penuh makna.
Baca SelengkapnyaMeski di tengah guyuran hujan, prosesi Kirab Dudgeran Kota Semarang tetap berlangsung semarak dan meriah.
Baca SelengkapnyaTradisi ngirab selalu dilaksanakan untuk memperingati hari Rebo Wekasan.
Baca SelengkapnyaTradisi ini sudah ada sejak tahun 1743 dan diwariskan secara turun-temurun.
Baca SelengkapnyaSemua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung
Baca SelengkapnyaKenalan lebih dekat dengan tradisi Papajar untuk menyambut bulan suci Ramadan ala masyarakat Sunda.
Baca SelengkapnyaAda sejumlah alasan orang-orang di Cirebon menantikan dan merasa bergembira di tanggal tersebut.
Baca SelengkapnyaDengan beragam budaya yang ada di Indonesia, setiap daerah memiliki tradisi yang berbeda-beda dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Baca SelengkapnyaNyawalan jadi ajang silaturahmi sekaligus melestarikan tradisi nenek moyang di Ciamis.
Baca SelengkapnyaTradisi turun-temurun ini juga menjadi ajang silaturahmi bagi warga Batukarut dan Lebakwangi yang berada di luar kota.
Baca SelengkapnyaDalam menyambut bulan Ramadan, setiap daerah memiliki tradisinya masing-masing yang unik dan penuh makna.
Baca Selengkapnya