Izin Main Malah Ikut Demo, Ini Cerita Haru Orang Tua yang Temui Anak di Kantor Polisi
Merdeka.com - Pengesahan UU Cipta Kerja beberapa waktu lalu berhasil memancing kegaduhan publik. Banyak masyarakat dari berbagai kalangan turun ke jalan untuk menyerukan penolakan.
Aksi demo yang di gelar tidak hanya diikuti oleh para mahasiswa maupun buruh. Beberapa pelajar juga turut ambil andil.
Banyak dari kalangan pelajar setingkat Sekolah Menengah Atas yang terjaring polisi. Rupanya para orang tua tidak mengetahui jika anaknya terlibat unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja.
-
Siapa yang ikut demo? Pada Minggu (17/3), warga di sepanjang Jalan Godean, tepatnya di Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Sleman, bersama satuan Jaga Warga mengadakan arak-arakan dengan membawa banner.
-
Kenapa bocah itu protes? Bocah itu kesal karena pemilik toko memberikannya keripik buatan Israel tanpa sepengetahuannya.
-
Siapa saja yang ikut demo? Aksi demo kali ini sangat besar, melibatkan tidak hanya mahasiswa tetapi juga para komika seperti Arie Kriting dan Mamat Alkatiri yang ikut turun berdemo.
-
Bagaimana reaksi anak perempuan itu? Dia membelalakkan mata sembari mengangkat kedua tangan. Gadis cilik itu seolah tak percaya atas momen langka yang baru saja dilaluinya kala itu.
-
Siapa yang terdampak membentak anak? 'Anak yang sering dibentak bisa tumbuh dengan harga diri yang rendah serta kekurangan rasa percaya diri,' jelas Dr. Mehta.
-
Kenapa anak menolak keinginan orang tua? Saat anak menentang orang tua atau menolak keinginan mereka, sebenarnya mereka sedang memprotes kurangnya kontrol dan kebebasan yang mereka alami.
Rata-rata para orang tua baru mengetahui setelah pihak berwajib menghubungi mereka. Minah, salah satu orang tua dari pelajar yang ikut aksi demo merasa panik saat mendengar kabar bahwa sang anak diamankan polisi.
Izin Pergi Bermain
kanal Youtube Indosiar ©2020 Merdeka.com
Sebelumnya ibu berusia 42 tahun itu mengungkapkan jika saat kejadian, sang anak yang berinisial AN (16) hanya izin pamit untuk pergi bermain. Ia pun tak menyangka jika sang anak akan mengikuti aksi demo.
"Itu anak enggak bilang apa-apa sama saya. Cuma pingin main aja katanya. Saya enggak tahu kalau ternyata ikut demo," kata Minah, saat menjemput anaknya di Mapolsek Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu siang dilansir dari Antara.
Tidak Pulang hingga Larut Malam
Kepanikannya makin menjadi setelah AN tidak pulang ke rumah hingga dini hari. Ketika itu ia mendapat kabar bahwa sang anak ikut melakukan unjuk rasa di Jakarta.
Ketika itu Minah mendapat pemberitahuan dari polisi bahwa sang putra tertangkap di Simpang Tugas, Jalan Pemuda, Rawamangun, pada Selasa (13/10) pagi. Pasca pemberitahuan tersebut, Minah merasa kesal dan mengkhawatirkan sang anak.
"Pas dikasih tahu begitu, saya kesal juga. Sempat takut dia kenapa-napa," katanya.
Suasana Haru Pecah di Kantor Polisi
Setelah mendapat kabar, Minah yang juga berprofesi sebagai pengepul barang bekas dekat Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang itu langsung menuju Mapolsek Pulogadung, Jakarta Timur. Ia segera menemui sang anak.
Hingga akhirnya mereka dipertemukan sekitar pukul 11.30 WIB siang dan keduanya saling berpelukan. AN pun bersimpuh untuk meminta maaf kepada Minah dan berjanji tidak mengulangi perbuatannya.
Dalam keterangan yang dihimpun, AN tertangkap ketika dirinya bersama belasan rekan lain dari Bekasi dihadang polisi saat sedang menuju ke Monas. Rencananya mereka akan bergabung bersama massa unjuk rasa lainnya untuk menolak Undang-Undang Cipta Kerja.
Keadaan serupa juga dirasakan oleh Simbolon (45). Sang putra, FS yang masih duduk di bangku SMK itu pergi begitu saja dari rumah di kawasan Rawalumbu, Kota Bekasi. FS bahkan meninggalkan rumah tanpa meminta izin apapun kepada orang tuanya.
Saat dipertemukan, Simbolon sempat memarahi FS terkait perbuatannya itu. Namun kemarahan itu reda setelah polisi meminta seluruh orang tua dan anaknya saling memaafkan.
"Silakan kalian ingat jasa orang tua kalian selama ini. Bagaimana kalian bisa tumbuh besar sampai sekarang dan bisa bersekolah. Peluk mereka, minta maaf pada mereka," kata Kapolsek melalui pengeras suara.
Terdiri dari Pelajar SD, SMP dan SMA
Sementara itu menurut Kapolsek Pulogadung Kompol Beddy Suwendy, pihaknya memutuskan untuk memulangkan AN bersama 41 demonstran remaja lainnya kepada orang tua setelah proses pendataan 1x24 jam di kantor polisi.
Dalam pengamanan tersebut pihaknya berhasil menjaring puluhan pelajar mulai dari usia SD, SMP hingga SMA serta dua orang santri. Untuk sisanya merupakan remaja yang putus sekolah. Keseluruhannya merupakan pelajar yang berasal dari Kota dan Kabupaten Bekasi, serta beberapa di antaranya berasal dari Duren Sawit Jakarta Timur.
"Tidak ada yang bawa senjata tajam, tapi satu di antaranya reaktif COVID-19. Sudah kita antar ke Wisma Atlet untuk penanganan lebih lanjut," kata Beddy. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Polisi mengungkapkan orang tua korban inisial ZP (5) mengaku sempat tidak menaruh rasa curiga terhadap IJ (54) sebelum melakukan penyanderaan
Baca SelengkapnyaSeorang siswa TK di Palembang trauma berat setelah menjadi saksi ayahnya diancam dua orang dewasa. Salah satu pelaku diduga calon anggota legislatif (caleg).
Baca SelengkapnyaTak mau sekolah, bocah tersebut justru tak mempan dinasehati orangtua hingga guru. Buntutnya, prajurit TNI turun tangan.
Baca SelengkapnyaBelum diketahui pasti alasan sopir truk itu kecewa kepada polisi. Kabarnya ungkapan kekecewan sopir truk itu terjadi di Polsek Tebo Tengah, Jambi.
Baca SelengkapnyaIbu di Gorontalo minta polisi masukan anaknya ke penjara karena kesal sering melawan.
Baca Selengkapnya