Kades Garut Ini Keliling Kampung untuk Sosialisasi Stunting, Aksinya Penuh Perjuangan
Merdeka.com - Kepala Desa Karangsewu, Kabupaten Garut ini terus memastikan kesehatan warga di wilayahnya. Tanpa lelah, pria bernama Tasmana itu menyusuri kampung demi kampung agar warganya terbebas dari stunting.
Kondisi tersebut setidaknya sudah ia lakukan sejak 2017 lalu. Di mana saat itu dirinya mendapati sebanyak 50 orang masuk ke dalam kategorikan stunting versi data mahasiswa KKN di Desa Karangsewu ketika itu.
"Di waktu itu saya diundang oleh (Dinas) Kesehatan awalnya toh kenapa stunting itu ada (tetapi) tidak terjadi apa-apa. Tapi stunting itu banyak mengganggu, sewaktu sesudah saya terima (data kasus) stunting itu jelek, saya berkordinasi ke Dinas Kesehatan. Sesudah berkordinasi dengan Dinas Kesehatan, bahkan saya (bertanya-tanya) toh kenapa di Karangsewu ada stunting. Memang itu hasil (penelitian) mahasiswa UIN katanya, awalnya mahasiswa UIN," terang Tasmana, di Karangsewu, seperti Merdeka lansir dari garutkab.go.id, Rabu, (07/04/2021).
-
Apa misi utama Gubernur Kalsel dalam Turun ke Desa? Mengusung misi mulia yaitu menangani inflasi, stunting, perekaman e-KTP dan penanaman pohon serta meyapa masyarakat, Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel), Sahbirin Noor, pimpin rombongan Turun ke Desa (turdes) yang ke 9 menuju ke 11 kabupaten se-Kalsel.
-
Siapa Kepala Dinas Kesehatan Tulungagung? Pucuk Pimpinan Sepak terjang Kasil berhasil membuat dirinya dipercaya sebagai Kepala Dinas Kesehatan Tulungagung.
-
Bagaimana cara Kemenkes mencegah stunting? 'Apabila ditemukan suatu faktor resiko, jadi bisa dilakukan pencegahan,' tutur Laila.
-
Kenapa Kapolres Serang datang ke desa? 'Yang pertama bu, kenapa dikumpulin, karena saya mau bayar utang, bu. Saya janji sama pak ustaz mau datang lagi ke sini. Kemarin yang diundang bapak-bapak semua. Sekarang ibu-ibunya,'
-
Kenapa stunting jadi perhatian di Kecamatan Buahbatu? Sebab jika tidak ditangani akan berpengaruh ke masalah kesehatan dan kebutuhan gizi di masa pertumbuhan.
-
Apa tujuan Kemenkes dalam mengatasi stunting? 'Harus ada upaya yang inovatif, perlu memperkuat intervensi yang ada targetnya agar bisa sama-sama menurunkan angka stunting,' ujar Laila Mahmuda di acara Media Gathering yang diselenggarakan oleh Halluu World & Sensitif di Mall of Indonesia (MOI), Kamis (24/08).
Berasal dari Belum Terfasilitasinya Akses Kesehatan di Masyarakat
©2021 garutkab.go.id/editorial Merdeka.com
Dari hasil pendalaman itu, Tasmana pun menceritakan bahwa adanya stunting merupakan dampak dari gaya hidup yang belum ditunjang sarana dan prasarana kesehatan.
Ia pun membenarkan jika di desanya memang masih sangat terbatas fasilitas kesehatan, sehingga ia bergerak untuk mengupayakan terpenuhinya penunjang kesehatan warga tersebut.
"Satu masalah belum ada posyandu waktu itu. Paling awal membangun posyandu, musyawarah untuk membangun posyandu sambil sosialiasasi, itu dananya dari dana desa. Kedua dari (aspek) kesehatan, ini masalah prilaku, prilaku seperti apa yang harus diubah. Pertama kebiasaan jamban, kebiasaan yang kadang-kadang buang air besar sembarangan. Kami arahkan juga waktu itu, diusahakan kepada semua mayarakat, warga Karangsewu membikin septic tank. Meskipun sampai sekarang belum mencapai 100 persen, tapi alhamdulillah sudah ada realisasi," tutur Tasmana.
Berkeliling Desa Menggunakan Sepeda Motor
Berangkat dari keresahan itu, ditambah keterbatasan yang terdapat di desanya ia pun berupayan berkeliling dari satu kampung ke kampung lainnya menggunakan roda dua yang dibantu oleh aparat di bawahnya.
Dari situ ia terus berdialog secara personal melalui berbagai kesempatan tatap muka, termasuk terus meyakinkan warganya agar berupaya mengubah perilaku sehingga bisa sehat dan terbebas dari stunting.
Atas upayanya itu, angka stunting di desanya perlahan turun. Data tersebut berdasarkan validasi di lapangan sejak 2018 lalu, yang mulanya terdapat 50 orang sampai tersisa 22 orang.
"2018 diusulkan, dibuktikan ciri-ciri stunting yang paling detail itu seperti apa. Jadi waku 2018 divalidasi, ternyata ada 22 yang termasuk kategori stunting. Kita berupaya lagi untuk pertolongan yang 22, ya Alhamdulillah posyandu sudah terbangun. Waktu itu ada 3 posyandu. Sekarang sudah ada 6 posyandu yang di bangun," ungkap Tasmana.
Terus Turun Melalui Sosialisasi Gizi
Upayanya memberantas stunting juga didukung perangkat desa lain, sehingga Tasmana pun menambah cakupan sosialisasi termasuk soal gizi, sanitasi, hingga air bersih yang membuat angka stunting menurun drastis hingga tersisa 7 orang di akhir 2020 lalu.
Menurutnya kunci sukses dari upayanya itu adalah melakukan sosialisasi gabungan bersama pihak Puskesmas dan bidan desa untuk bertemu personal secara tatap muka di tempat tinggal warga masing-masing.
"Hasilnya 2019 itu, 2018 akhir dari 22 itu tinggal 13, sampai 2020 tinggal 7 dari yang 50 awal. Ya hasil dari pemeriksaan semua unsur yang termasuk kategori stunting itu masih ada 7 orang," beber Tasmana.
Akses hingga Luas Wilayah Menjadi Penghambat
Dalam kesempatan acara Lokakarya untuk Pendalaman Serta Penguatan Strategi Komunikasi Perubahan Prilaku dalam Pencegahan Stunting di Kabupaten Garut, digagas oleh Yayasan Cipta dan Satgas Penanganan Stunting Kabupaten Garut, beberapa waktu lalu itu, Tasmana juga mengungkapkan kesulitannya dalam mengajak warga untuk sehat.
Di antaranya adalah luasnya daerah, dengan kondisi penduduk yang masih sedikit yakni hanya 23.000 jiwa, termasuk akses transportasi yang bisa dibilang masih sulit untuk dijangkau.
Selain itu, sinyal juga menjadi masalah yang cukup mendasar, terlebih untuk melancarkan proses komunikasi dalam menyosialisasikan program bebas stunting.
"Wilayahnya luas penduduknya sedikit, sangat bingung segala kekurangan, transportasi jelek, kendaraan masih sangat jarang. Mobil yang nyampai itu yang pakai handel, kalau mobil-mobil angkutan itu engkel yang digabungkan lah, diubah jadi masih belum jalan kendaraan yang umum ke wilayah kami," kata Tasmana.
"Kedua, kekurangan waktu sekarang yang dibutuhkan di dalam perjalanan ini sangat sulit untuk komunikasi itu sinyal pak. Sinyal mohon bantuan dari semua unsur masalah sinyal," tambahnya.
Minim Anggaran
Tasmana melanjutkan bahwa penghambat lainnya adalah kendala soal jarak serta ketersediaan anggaran. Wilayah desa yang cukup jauh dari pusat kota membuat kegiatan pelatihan kader posyandu pun seringkali tak maksimal.
Bahkan akibat minimnya sinyal internet terkait undangan, membuat para kader posyandu yang mengikuti kegiatan pembinaan harus berangkat satu hari sebelum hari H acara.
"Undangan kalau besok harinya ada acara, hari ininya itu udah berangkat, yang paling pedih anggaran belum punya, kader posyandu 6 posyandu yang harus berangkat ya 3 orang dari satu posyandu berarti jumlahnya kurang lebih 18 ditambah pendamping ti desa satu orang rata-rata," ucapnya.
Perjalanan dari Desa Karangsewu ke pusat kota Garut pun seringkali terhambat. Ia menerangkan, jika para kadernya harus melakukan pembinaan di kota, waktu tempuh perjalanan harus dilalui selama 7 jam.
Belum lagi, perjalanan dari desa ke kantor kecamatan yang harus memakan jarak 14 kilometer. Pihaknya pun harus menyiapkan dana kurang lebih 500 ribu rupiah per orang untuk keperluan perjalanan.
"Kalau dari Karangsewu ke Garut biaya (transportasi) Rp500 ribu pulang pergi pak, uang makan nginap, ongkos transportasi Rp500 ribu per orang rata-rata. Kalau memberangkatkan 18 tinggal dikalikan. Kalau berangkat dua orang tiga orang Rp500 ratusan. Kalau banyak mah dari Cisewunya bisa (sewa angkutan) umum," katanya.
Harapan Tasmana
©2021 garutkab.go.id/editorial Merdeka.com
Adapun kades berusia 50 tahun itu juga menitipkan harapan agar dalam proses penanganan stunting ini berbagai pihak bisa melakukan kolaborasi lintas sektor agar bisa berjalan maksimal.
Dalam penanganannya, pemberantasan stunting bisa dilakukan secara sederhana, swadaya maupun bantuan dari Dana Desa (DD) maupun Alokasi Dana Desa (ADD). Semisal kedua hal tersebut belum terepenuhi, Tasmana mengusulkan ke tingkat Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) tingkat kecamatan.
"Harapan mah stunting yang ada di Desa Karangsewu khususnya bisa tuntas meskipun tidak tercapai 100 persen minimal 90 persen lah tercapai sukses tidak ada stunting lagi," pungkasnya. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam blusukannya, Kaesang mendapati masih ada kampung yang warganya mengidap stunting.
Baca SelengkapnyaKaesang mengaku tidak mengetahui kalau daerah tersebut adalah daerah kandang lawan.
Baca Selengkapnyadokter Hasto fokus membangun SDM berkualitas meski di desa terpencil
Baca SelengkapnyaPj Wali Kota Tarakan Bustan memantau pemberian makanan tambahan kepada balita di Posyandu Mataram Kampung Satu Skip.
Baca SelengkapnyaGubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) Sahbirin Noor beserta rombongan Turdes Kemerdekaan Bergerak Lintas Beribu Sungai Banua
Baca SelengkapnyaGus Ipul juga menegaskan bahwa target penurunan untuk 14 persen tahun 2024 harus dicapai.
Baca SelengkapnyaKegiatan itu merupakan upaya Ganjar menyerap aspirasi langsung dari warga.
Baca SelengkapnyaGanjar mengupayakan penurunan stunting dan kemiskinan ekstrem di Jawa Tengah melalui kebijakan dan program pilot project bersama Pemda.
Baca SelengkapnyaGanjar mengajak istri Siti Atiqoh menginap di rumah warga Cilacap, sambutan warga sangat meriah
Baca SelengkapnyaMenko PMK ingin memantau langsung penanganan stunting
Baca SelengkapnyaStunting rupanya tak hanya dialami anak dari keluarga miskin, tapi juga orang kaya.
Baca SelengkapnyaSaat melakukan blusukan, Gibran sempat mendapat curhatan soal fasilitas KIS.
Baca Selengkapnya