Keluarga Ini Ngaku Kena PHK dan Jalan Kaki 6 Hari Gombong-Bandung, Ternyata Bohong
Merdeka.com - Kisah sedih harus dialami oleh satu keluarga asal Gombong, Jawa Tengah. Mereka terpaksa mudik ke kampung halaman mereka di Soreang, Kabupaten Bandung dengan berjalan kaki.
Dani (39), sang kepala keluarga mengungkapkan, ia nekat melanggar aturan larangan mudik lantaran sudah tak punya apa-apa lagi di tempat perantauan setelah dirinya terkena PHK.
Ia bersama istrinya Masitoh Ainun Lubis (36), dan kedua anak balitanya akhirnya sepakat untuk melakukan perjalanan ke kampung halamannya dengan berjalan kaki selama enam hari.
-
Bagaimana cara pulang kampung? Teruskan sampai usahamu berhasil. Namun, pulanglah saat kamu sudah mendapatkan tujuanmu. Mari kita mudik lebaran 2024.
-
Kenapa Ibu Jubaedah mau jalan kaki 30 tahun? Baginya, ilmu menjadi hal yang penting disampaikan demi cita-cita para siswa.
-
Siapa yang mudik? Tahun ini, diprediksi 123 juta orang akan melakukan perjalanan mudik.
-
Siapa yang pulang kampung? Yasmine pulang ke Malaysia itu persetujuan kami berdua.
-
Lesti apa yang dilakukan saat pulang kampung? Mudik ke Cianjur naik motor tua jadi rutinitas Lesti waktu kecil. Selama perjalanan pulang ke kampung, Lesti singgah di kebun teh buat selfie.
-
Bagaimana jalan menuju kampung itu? Jalan menuju Dusun Jurang Sempu berkelok dan sangat ekstrem. Bahkan jalannya melintas di tepi jurang yang amat dalam.
Setelah ditelisik, ternyata keluarga ini mengarang cerita tersebut. Dilansir dari berbagai sumber, Dani dan keluarganya memang sudah hidup di jalanan selama setahun terakhir.
Mengaku Berangkat Pukul 16:00
Satu keluarga ini mengaku menempuh perjalanan selama enam hari terhitung sejak Minggu, 2 Mei 2021. Dani menjelaskan, Ia bersama keluarganya memulai perjalanan sepanjang hampir 300 km tersebut sekitar pukul 16:00 Wib.
Selama perjalanan, ia bersama istri dan kedua anaknya selalu beristirahat di pom bensin saat sudah merasa lelah.
"Berangkat Minggu sore (dari Gombong), setelah Asar," ujar Dani seperti dilansir dari Liputan6.com.
Hanya Berbekal Rp120 Ribu
Sebagai mantan pekerja di pabrik konveksi, Dani mengaku dirinya tak punya banyak uang. Bahkan untuk bekal perjalanan bersama keluarganya itu, dirinya hanya mengantongi uang sebesar Rp120 ribu yang ia bagi untuk kebutuhan logistik di jalan.
Dani juga mengungkapkan jika dirinya memilih jalan kaki lantaran gajinya sebagai buruh konveksi tak cukup untuk membayar tiket kendaraan umum. Gajinya sudah habis untuk makan sehari-hari dan bayar kontrakan.
“Alhamdulillahnya di jalan banyak yang bantu kami, ada yang beri makanan dan sejumlah uang yang bisa dipakai selama perjalanan,” ungkapnya.
Berjalan 25-30 KM Per Hari dan Bergantian Menggendong Anak
Selama melakukan perjalanan, mereka membatasi diri untuk melakukan perjalanan sejauh 25 sampai 30 KM per harinya. Hal tersebut dilakukan untuk menghemat tenaga, mengingat jauhnya jalan yang akan mereka tempuh.
Selama itu, Dani dan Masitoh kerap bergantian menggendong kedua anaknya, Manpa (3 tahun 8 bulan) dan Hanum (1 tahun 5 bulan). Selain itu mereka juga harus membawa sisa perbekalan dan pakaian yang ada di dalam tas.
Berharap Bisa Bekerja di Kampung Halaman
©2021 Kanal Youtube Cerita di Balik Layar/editorial Merdeka.com
Dani berharap bisa kembali mengais rezeki di kampung halamannya di Soreang.
Menurutnya, saat ini ia tidak memiliki pegangan selain uang untuk bekal perjalanan tersebut. Ia juga mengaku masih memiliki dua anak lainnya yang masih harus Ia nafkahi.
Sebelumnya, keluarga tersebut sempat viral di media sosial lantaran melakukan perjalanan mudik dengan berjalan kaki dari Gombong, Jawa Tengah menuju Soreang Bandung akibat terdampak PHK di perusahaan konveksi.
Mengarang Cerita Demi Viral
Beberapa hari setelah cerita perjalanan mereka viral, keluarga Dani di Bandung kaget. Mereka terkejut dengan cerita keluarga anak mereka yang mengaku berjalan kaki untuk pulang kampung. Keluarga Dani membenarkan kalau Dani, istri dan dua anaknya sempat pulang ke Bandung, tapi hanya sebentar.
Dani dan istrinya, Masitoh, akhirnya mengaku. Mereka berbohong dan mengarang cerita karena sudah putus asa tidak ada pekerjaan. Setahun terakhir, mereka sudah hidup di jalanan dan berpindah-pindah.
"(Kalau) ada yang ngasih (uang), ya kami terima. Kalau nggak ya lanjut jalan," ujar Masitoh menceritakan apa yang dilakukan keluarganya di jalanan. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebanyak 26 warga Kabupaten Luwu terpaksa jalan kaki 6 jam menuju ke pengungsian setelah desanya terisolasi akibat banjir dan longsor.
Baca SelengkapnyaEkspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaDi tengah jalan, sosoknya bahkan tak kuasa menahan air mata pilu.
Baca SelengkapnyaBapak satu anak ini kehabisan uang sehingga tidak bisa pulang naik kendaraan umum.
Baca SelengkapnyaAdapun perjalanan mudiknya kali ini yakni dari Kendari ke Kota Pinrang, Sulawesi Selatan.
Baca SelengkapnyaLiburan Zaskia Adya Mecca bersama keenam anaknya di Jepang benar-benar menghadirkan momen yang seru namun juga menyedihkan.
Baca SelengkapnyaTak punya karena kecopetan di kapal, perantau asal Magelang nekat jalan kaki dari Surabaya. Kisahnya diketahui oleh Aipda Purnomo saat berpapasan di jalan.
Baca SelengkapnyaMomen-momen perjalanan yang dibagikan tersebut sontak membuat publik terpukau dan salut.
Baca Selengkapnya