Kisah Deni, Jurnalis TV yang Bantu Warga Terdampak Covid-19 Lewat Usaha Dodol Garut
Merdeka.com - Pandemi Covid-19 yang merebak di Indonesia sejak awal 2020 lalu berdampak terhadap beragam sektor, salah satunya industri media televisi. Aktivitas peliputan di lapangan saat ini sulit dilakukan, terutama dengan adanya kebijakan pemerintah untuk membatasi kegiatan di luar ruangan.
Hal tersebut turut memaksa Deni Muhammad Arif, seorang jurnalis televisi swasta di Kabupaten Garut, Jawa Barat banting setir menjadi pengusaha dodol untuk menopang perekonomian keluarganya.
Lama bergelut di ranah jurnalistik rupanya tak menyurutkan minat bisnis dari pria yang tinggal di Kecamatan Karangpawitan tersebut. Deni pun lambat laun mulai mengembangkan usaha dari makanan bercita rasa manis legit khas kota berjuluk Swiss van Java tersebut.
-
Bagaimana Dedap sukses di perantauan? Setelah lama bekerja, Dedap hidup sukses dan berhasil menjadi saudagar muda yang kaya raya. Ia kemudian menikah dengan Putri Linggi seorang anak dari saudagar yang sekelas.
-
Siapa pengusaha sukses asal Sumut itu? Marihad Simon Simbolon adalah sosok penting di balik suksesnya sebuah perusahaan yang bergerak di bidang logistik, perminyakan, dan industri kelapa sawit.
-
Mengapa Desa Janti memilih mengembangkan sektor wisata? Disampaikan Direktur BUMDes Desa Janti, Danang Joko Wijayanto, adanya pemanfaatan potensi wisata dan UMKM di Desa Janti juga merupakan upaya untuk membuka lapangan pekerjaan sekaligus mengentaskan kemiskinan.
-
Makanan khas apa yang terkenal di Jawa Barat? Jawa Barat terkenal dengan makanan-makanannya yang memiliki cita rasa pedas gurih.
-
Bagaimana Desa Janti mengembangkan potensi wisatanya? Hasilnya, desa ini mampu mandiri dan menghasilkan sumber perekonomian yang menghidupkan warga di sana.
-
Apa yang diraih Desa Sukojati? Desa Sukojati, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi, meraih penghargaan dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI sebagai Pengelola Keuangan Terbaik.
Dilansir dari Liputan6, Deni menyebut jika peluang usaha sebenarnya bisa dicaridengan cermat melihat peluang, terutama di masa sulit seperti sekarang.
"Saya juga terlalu lama bergelut di media ingin mencari sesuatu yang menantang dan menguntungkan," kata Deni.
Membaca Peluang
©2020 liputan6/editorial Merdeka.com
Berbekal kemampuannya dalam mengolah dodol, Deni pun memberanikan diri membangun pabrik untuk memproduksi makanan dengan cita rasa manis tersebut. Menurutnya bisnis dodol saat ini tengah memiliki peluang yang cukup menjanjikan, terutama dengan dibukanya beragam destinasi wisata baru di Kabupaten Garut.
"Tinggal kita cermat melihat pasar yang ada, pasar dodol Garut itu terutama buat kawasan wisata belum semuanya terjamah," paparnya.
Belajar Secara Autodidak
Deni mengaku jika dirinya memulai usaha tersebut secara autodidak. Ia juga berdiskusi dengan pegawainya terkait pemilihan rasa dodol. Menurut Deni, dodol produksinya banyak menggunakan cita rasa yang manis dan legit agar digemari oleh konsumen.
"Ada juga beberapa rasa dodol masukan dari pegawai saya, ini enak ini tidak, kita berdiskusi langsung," terangnya dengan ramah.
Deni bercerita jika awalnya Ia memasarkan dodol buatannya dari rumah ke rumah. Dodol sendiri merupakan kudapan yang kerap tersedia di rumah-rumah warga Garut sebagai sajian untuk tamu.
"Coba ke rumah-rumah khususnya di Garut, minimal makanan di ruang tamu ada dodol, sudah seperti snack saja," ujarnya bangga.
Memberdayakan Warga Terdampak
Selain untuk menopang perekonomian keluarganya, Deni juga mendirikan usaha dodol untuk membantu masyarakat yang perekonomiannya terdampak pandemi Covid-19. Bahkan semua karyawannya merupakan mantan pegawai di pabrik dodol lain yang harus tutup karena pandemi.
"Pegawai saya seluruhnya mantan pegawai dodol dari pabrik sebelumnya yang tutup terimbas pandemi covid-19," ujar dia.
Tersedia Beragam Varian Rasa
Dodol dengan merek dagang “Leggi” (berarti legit) itu tersedia dengan beragam varian, seperti dodol batik yang memiliki rasa cokelat, buah-buahan, stroberi, hingga pandan. Selain itu ada juga dodol zebra, dodol kacang cokelat, hingga dodol berbungkus kertas.
Deni membanderol dodol kertas buatannya seharga Rp16.000 per kilogram, sementara kacang cokelat Rp17.000 per kilogram.
Awalnya, setiap harinya Deni menghasilkan 1 kuintal dodol. Kini setelah pembeli sudah banyak, Deni mengaku pabriknya bisa memproduksi hingga 3-4 kuintal dodol setiap harinya.
"Doakan saja ke depannya, kami mampu memproduksi minimal 1 ton dodol per hari," kata Deni.
Saat ini usahanya pun kian berkembang dengan menambah beberapa pegawai, termasuk pengelola promosi di media sosial. Menurutnya membuka usaha dodol telah memberikan beragam manfaat, tak hanya bagi dirinya melainkan juga bagi warga yang terdampak dan kehilangan pekerjaan.
"Awalnya saya dibantu beberapa tukang bungkus dan ulek, sekarang sudah punya admin dan bagian promosi terutama di medsos (media sosial)," kata dia di pabriknya yang terletak di Kampung Cogasong, Kecamatan Cilawu, Garut. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tak disangka, olahan durian ini ternyata banyak peminatnya.
Baca SelengkapnyaIa berhasil membeli tanah, membangun rumah, hingga membeli mobil
Baca Selengkapnya"Untuk mengelola kafe, saya dibantu oleh 5 karyawan. Sedangkan pengelolaan kebun kopi dibantu 3 orang," kata Deni.
Baca SelengkapnyaIa adalah pionir IKM bawang goreng di Kabupaten Bojonegoro
Baca SelengkapnyaPerjalanan hidup Slamet yang penuh rintangan menjadikannya sebagai salah satu sosok inspiratif, terutama bagi masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi.
Baca SelengkapnyaIbu dan anak di perdesaan Kediri berjualan daert di teras rumah dan omzetnya bisa mencapai Rp3 juta per hari. Ternyata ini rahasianya.
Baca SelengkapnyaDedi bercerita bahwa awal mula usahanya berjualan baju secara online pada 2016, namun harus tutup.
Baca SelengkapnyaPemuda di Desa BRILian Janti pilih bekerja di kampungnya daripada merantau.
Baca SelengkapnyaMulanya, Deni memproduksi roti bersama dengan Istrinya. Roti yang diproduksi secara manual dijual keliling oleh Deni.
Baca SelengkapnyaDewi merupakan ibu-ibu PNM Mekaar dari Babelan, Kabupaten Bekasi yang terbilang sukses membangun usaha.
Baca SelengkapnyaSempat ditipu hingga ratusan juta, pengusaha bawang goreng satu ini justru makin sukses dengan penghasilan mencapai ratusan juta.
Baca SelengkapnyaDedi dulunya merupakan lulusan SMK jurusan otomotif.
Baca Selengkapnya