Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Sarma 'Sang Pembuka Jalan' Masuknya Agama Kristen di Banten

Kisah Sarma 'Sang Pembuka Jalan' Masuknya Agama Kristen di Banten Gereja di Cianjur. ©2021 Buku Misionarisme di Banten/ Merdeka.com

Merdeka.com - Tanah Banten memiliki sejarah terkait penyebaran agama Kristen yang cukup berpengaruh di Tatar Sunda. Perkembangan tersebut didukung para missionaris lokal, seperti sosok Sarma dan keluarga.

Sarma dikenal sebagai warga asli Desa Cikuya, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang yang bekerja sebagai mandor perkebunan. Ia bersama warga lain bernama Minggu, dibaptis oleh seorang missionaris Belanda sekaligus pendeta dari Batavia di tahun 1855.

Dalam upayanya menyebarkan agama, Sarma dibantu oleh para keturunan dan mantunya. Sayangnya, walau memiliki upaya yang kuat, misi "gospel"-nya tak berjalan mulus. Hasilnya, menyisakan komunitas yang terpencar bernama Kristen Cikuya. Melansir buku Misionarisme di Banten karya Mufti Ali, berikut sepenggal kisah sejarah penyebaran agama Kristen di Banten.

Sarma dan Peneluran Ajaran Kristen di Keluarga

sejarah kristen di banten

Gereja Panghareupan di Bogor ©2021 Buku Misionarisme di Banten/ Merdeka.com

Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Claude Guillot (2008), penyebaran agama Kristen di Banten dimulai setelah Belanda mengirimkan dua lembaga misionaris bernama GIUZ (Genootschap voor In en Uitwendige Zending) dan NZV (Nederlandsche Zending Vereeniging) antara tahun 1854 sampai 1942.

Saat itu, para tenaga penginjil mulai masuk ke kampung-kampung di wilayah Banten, tak terkecuali di Kampung Jengkol, Desa Cikuya. Pada masa itu, sekolah kerohanian didirikan oleh pemilik perusahaan perkebunan lokal yang cukup ternama di sana, bernama Reesink dan Adolf Muhlnickel (mandor).

Keberadaan sekolah tersebut rupanya turut didukung oleh Sarma yang menjadi anak buah Reesink. Sarma menyekolahkan anaknya yang bernama Sondjat di tempat belajar tersebut.

Turun Temurun

Anak pertama Sarma bernama Sondjat menjadi tokoh penting penyebaran Kristen di Banten. Ia membantu penyebaran agama Kristen. Keturunan Sarma lainnya, Paulina, juga mengikuti jejak sang ayah. Sarma kemudian menyuruh anaknya untuk mengikuti pendadaran Missionaris Kristen di Jatinegara.

Saat mengikuti pendadaran tersebut, Sondjat memiliki kedekatan yang cukup baik dengan komunitas F.L Anthing di Batavia hingga mereka saling mengunjungi.

Di bawah gemblengan ayahnya itu, Sondjat menjadi salah satu tokoh Kristen yang berpengaruh di tanah Pasundan. Ia juga berhasil menggubah lagu rohani serta kitab menggunakan bahasa Sunda.

Esther sang Literate Kristen, dan Upaya Mempertahankan Komunitas Cikuya

Dari Sondjat diturunkan ke anaknya, Esther yang giat melakukan upaya misionaris. Sosoknya yang kharismatik, serta memiliki kepiawaian dalam menyampaikan gagasan Kristen membuat warga Jengkol dan Cikuya menyematkannya sebagai sosok yang literate.

"Esther disebut-sebut sebagai perempuan (anak Sondjat) yang berbakat dan aktif, ia merupakan satu dari sembilan wanita yang diangkat sebagai tenaga pembantu kegiatan missionaris oleh Nederlandsche Zending Vereeniging (NZV). Ia juga menjadi anggota Majlis Jemaat Concillium/ Padepokan Gereja Pasoendan," tulis Mufti Ali mengacu Guillot.

Pengaruh Esther membuat komunitas Cikuya tetap bertahan. Dalam sumber Belanda disebutkan, keberaniannya membuat seorang pendeta sekaligus sekretaris NZV gagal menutup kongsi tersebut. Bahkan ia berhasil menambah anggota komunitas Cikuya, dari kalangan janda haji Muslim.

Berpengaruh hingga ke Jawa Barat

Tahun demi tahun, Kristen Cikuya terus dipertahankan oleh para keturunan Sarma. Selain sang anak dan para cucunya, Arjan sang menantu Sarma ikut berperan menyebarkan agama Kristen di tanah Banten. Bahkan, mereka juga melakukan upaya penyebaran  hingga ke Jawa Barat

Ia bersama sang kakak yang bernama Sarioen, mengenalkan ajaran yang dikembangkan bernama Apostolik ke komunitas Kristen Panghareupan di Bogor. Kemudian di tahun 1903, bersama sang adik Sarioen, membawa ajaran ke daerah lain seperti Ciranjang, Cianjur hingga Sukabumi.

Selain itu, klan Sarman juga menyebar hingga ke beberapa daerah lain seperti, Tasikmalaya, Sumedang, Tanah Tinggi, Rangkasbitung, dan Bandung. Terkini tidak diketahui secara pasti eksistensi Kristen di Cikuya, namun Mufti menyebut keberadaannya perlahan memudar terlebih saat Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942. (mdk/nrd)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kisah Desa Buluh Awar di Deli Serdang dan Berdirinya Gereja Berusia 134 Tahun, Dulu Pusat Penyebaran Agama Kristen
Kisah Desa Buluh Awar di Deli Serdang dan Berdirinya Gereja Berusia 134 Tahun, Dulu Pusat Penyebaran Agama Kristen

Desa Buluh Awar memegang peranan penting dalam penyebaran Agama Kristen Protestan yang ada di wilayah Karo.

Baca Selengkapnya
Gereja Ini Menjadi Titik Awal Penyebaran Kristen di Purbalingga, Begini Kisahnya
Gereja Ini Menjadi Titik Awal Penyebaran Kristen di Purbalingga, Begini Kisahnya

Saat ini GKI Purbalingga melayani 560 orang. Dalam setahun, ada 10-15 orang yang dibaptis di sana.

Baca Selengkapnya
Mengenal Salib Putih, Misi Penyelamatan Pasangan Suami Istri Asal Eropa Terhadap Korban Wabah Kelaparan di Semarang pada Awal Abad ke-20
Mengenal Salib Putih, Misi Penyelamatan Pasangan Suami Istri Asal Eropa Terhadap Korban Wabah Kelaparan di Semarang pada Awal Abad ke-20

Saat wabah kelaparan itu, pasangan penginjil itu memberikan bantuan berupa barak penampungan, makanan, dan pengobatan secara sukarela.

Baca Selengkapnya
Bergaya Kuno, Ini Kisah Gereja Kristen Indramayu yang Usianya Sudah Ratusan Tahun
Bergaya Kuno, Ini Kisah Gereja Kristen Indramayu yang Usianya Sudah Ratusan Tahun

Gereja ini jadi saksi perkembangan agama Kristen di Indramayu.

Baca Selengkapnya
Damai dan Tentram, Begini Potret Kampung Sunda Kristen di Lembang Bandung
Damai dan Tentram, Begini Potret Kampung Sunda Kristen di Lembang Bandung

Begini penampakan kampung Sunda Kristen di Lembang, Bandung. Ternyata menyimpan banyak sejarah.

Baca Selengkapnya
Sosok Ibrahim Marah Sutan, Kaum Intelek Masa Hindia Belanda Asal Padang Pariaman
Sosok Ibrahim Marah Sutan, Kaum Intelek Masa Hindia Belanda Asal Padang Pariaman

Seorang tokoh intelektual, pendidik, penulis, dan tokoh pergerakan asal Minangkabau ini hidup di masa Hindia Belanda dan Orde Lama.

Baca Selengkapnya
Tak Ingin Kekuasaan, Pangeran Keturunan Majapahit Ini Pilih Hidup Jadi Warga Biasa
Tak Ingin Kekuasaan, Pangeran Keturunan Majapahit Ini Pilih Hidup Jadi Warga Biasa

Pangeran keturunan Majapahit ini lebih senang dekat dengan warga biasa. Bahkan, ia menyembunyikan identitasnya sebagai bangsawan di hadapan warga.

Baca Selengkapnya
Hidup Berdampingan Rukun dan Damai, Begini Potret Perkampungan Kristen di Pinggiran Kota Padang
Hidup Berdampingan Rukun dan Damai, Begini Potret Perkampungan Kristen di Pinggiran Kota Padang

Rukun dan damai perkampungan kristen di Desa Tanjung Basung Nagari Pasar Usang, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok KH Sochari, Ulama Karismatik yang Namanya Diabadikan Jadi Nama Jalan di Serang
Mengenal Sosok KH Sochari, Ulama Karismatik yang Namanya Diabadikan Jadi Nama Jalan di Serang

Karena kiprahnya, sosok KH Sochari diabadikan menjadi sebuah jalan di Kota Serang, Banten.

Baca Selengkapnya
Ziarah ke Makam Agung Arosbaya, Jejak Pemeluk Islam Pertama di Madura Barat
Ziarah ke Makam Agung Arosbaya, Jejak Pemeluk Islam Pertama di Madura Barat

penanda awal perkembangan kebudayaan islam di Madura.

Baca Selengkapnya
Kisah Ludwig Ingwer Nommensen, Sang Misionaris di Tanah Batak
Kisah Ludwig Ingwer Nommensen, Sang Misionaris di Tanah Batak

Masuknya agama kristen di Tanah Batak ini tak lepas dari peran dan perjuangan seorang misionaris bernama Ludwig Ingwer Nommensen.

Baca Selengkapnya
Kampung Ini Dulu Pusat Agama Kristen yang Penduduknya Fasih Bahasa Belanda, Kini Terabaikan Penuh Semak Belukar
Kampung Ini Dulu Pusat Agama Kristen yang Penduduknya Fasih Bahasa Belanda, Kini Terabaikan Penuh Semak Belukar

Kampung di Jombang ini dikenal sebagai pusat penyebaran agama kristen di Jawa. Miris, kompleks makamnya kini dipenuhi semak belukar.

Baca Selengkapnya