Kisah Unik Masjid Caringin di Pandeglang, Tiangnya dari Satu Pohon Dibelah Empat
Merdeka.com - Provinsi Banten menjadi salah satu daerah di Indonesia yang memiliki banyak masjid peninggalan masa lalu. Beberapa di antaranya memiliki kisah yang unik seperti Masjid Caringin yang ada di Kabupaten Pandeglang. Konon, pilar pada bangunan di dalam masjid ini menggunakan satu pohon yang dibelah menjadi empat.
Daya tarik Masjid Caringin tak sampai di situ. Dikisahkan masjid yang juga bernama Salafie/Salafiah ini pernah menjadi saksi bisu dari dahsyatnya letusan gunung api Krakatau tahun 1883 silam.
Sebelumnya, masjid ini merupakan peninggalan masyarakat muslim Banten di bawah pimpinan Gubernur Hindia Belanda, Herman Willem Daendels.
-
Dimana Masjid Agung Banten berada? Masjid megah ini belakangan dikenal lewat menara putih ikoniknya yang berdiri persis di samping bangunan.
-
Bagaimana Masjid Agung Banten bertahan sampai sekarang? Mereka kompak mendesain dan mengerjakan Masjid Agung Banten sehingga mampu bertahan hingga sekarang.
-
Apa yang unik dari arsitektur Masjid Agung Bangkalan? Adapun ciri arsitektural masjid yang masih dipertahankan yakni atap tumpang dua.
-
Apa keunikan Masjid Langgar Tinggi Pekojan? Bergaya Kuno, Begini Asal Usul Masjid Langgar Tinggi Pekojan yang Dulu Dibangun oleh Saudagar Yaman Masjid ini dulunya dibangun oleh saudagar asal Yaman. Begini kisahnya Balkon kayu kuno dan pilar beton lawas menghiasi sisi samping Masjid Langgar Tinggi di Pekojan, Kecamatan Tambora, Kota Jakarta Barat. Gaya keseluruhan bangunan khas tradisional era kolonial, dengan perpaduan berbagai negara.
-
Apa yang unik dari masjid tertua ini? 'Yang unik di masjid ini adalah berkembangnya keramik abad ke-7 di situs tersebut, menjadikannya salah satu masjid paling awal di dunia.'
-
Dimana masjid bersejarah itu berada? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
Berikut kisah uniknya, yang dirangkum Merdeka, Rabu (6/4).
Berada di Pinggir Jalan Carita, Pandeglang
Dilansir dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Masjid Caringin terletak di Jalan Raya Carita Km. 2, Desa Caringin, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang. Posisinya persis berada di pinggir jalan, dengan dikelilingi tembok berwarna putih.
Masjid ini didirikan oleh Ki Agung Asnawi Caringin, sosok ulama asli desa setempat yang gigih melawan penjajah. Dahulu, di kawasan tersebut juga berdiri sebuah pesantren yang dikelola oleh Asnawi Caringin.
Pesantren yang didirikan Asnawi dan terletak di dekat masjid menjadi tempat untuk mendalami ilmu Agama Islam dengan spesialisasi ilmu fiqih, tasawuf, sampai ilmu beladiri. Sebelumnya Asnawi mempelajari ilmu itu dari Syekh Abdul Karim Tanara, yang merupakan ulama Banten yang tinggal di Makkah.
Pilarnya dari Satu Pohon yang Dibelah Empat
Saat memasuki area dalam bangunan masjid, tampak nuansa lawas begitu mendominasi. Dan yang menarik perhatian adalah empat pilar yang berada di dalam bangunan utama.
Sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Beranda Islami, pilar-pilar yang berfungsi sebagai penyangga utama setinggi 4 sampai 5 meter tersebut konon berasal dari satu pohon yang dibelah menjadi empat bagian.
Menurut pihak pengurus, kayu yang digunakan sebagai tiang utama itu merupakan kayu limus. Karena memiliki ukuran yang sangat besar, akhirnya dibagi menjadi empat bagian dan difungsikan sebagai penyangga atap.
Satu-satunya Bangunan yang Bertahan Dihantam Tsunami Krakatau
Masjid Caringin di masa lalunya juga tak luput dari bencana maha dahsyat erupsi Gunung Krakatau pada tahun 1883. Ketika itu letusannya menimbulkan gempa bumi dan gelombang Tsunami setinggi 120 kaki.
Akibat bencana itu, seluruh bangunan di sekitar masjid tersapu bersih oleh gelombang laut besar. Diperkirakan korban jiwa yang meninggal mencapai 35.500 orang.
Usai banjir reda, banyak ditemui bangunan serta rumah warga yang hancur hingga rata dengan tanah. Namun yang menarik, bagian mimbar masjid Caringin ditemukan tetap utuh, sehingga pengurus masjid merasa perlu merawatnya.
Diperkirakan, mimbar tersebut berasal dari abad 18. Hal itu tampak dari ukirannya yang terkesan lawas dengan karakter buah-buahan termasuk sisi kaligrafi Arab.
Pada tahun 1980-1981, Masjid Caringin ini pernah dipugar oleh Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala yang sekarang Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten.
Kegiatan renovasi tersebut merupakan upaya penyelamatan dari bahaya pelapukan. Selain itu membangun bangunan baru untuk tempat generator dan kamar mandi.
Punya Penanda Waktu Sendiri
Petunjuk waktu salat tradisional
©2022 kebudayaan.kemdikbud.go.id/Merdeka.com
Pada halaman timur masjid, terdapat istiwa atau alat penunjuk waktu yang menggunakan sinar matahari.
Alat ini berbentuk seperti huruf L berukuran panjang 100 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 50 cm. Tubuhnya berbentuk kubus dengan bagian kaki yang berlapik (mirip tikar). Pada sisi utara dan selatan terdapat busur setengah lingkaran dan dibagi menjadi 12 bagian.
Sayangnya penunjuk waktu tersebut jarang digunakan karena banyak jemaah masjid yang tidak mengerti cara menggunakannya. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini masjid tersebut hanya tersisa ruang mahrab, pondasi, dan menara yang sudah tidak utuh.
Baca SelengkapnyaMasjid kuno ini jadi salah satu wisata religi yang menarik untuk dikunjungi saat di Cirebon
Baca SelengkapnyaMasjid ini dulunya jadi tempat rahasia bagi para pejuang kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaSudah berdiri sejak tahun 1722 tiang penyangga masih terjaga keasliannya hingga sekarang.
Baca SelengkapnyaDulunya masjid ini menjadi salah satu rumah ibadah terbesar di Minangkabau dan menjadi sentra pengembangan dakwah Islam.
Baca SelengkapnyaMasjid Kedung Menjangan juga dikenal sebagai masjid merah, selalui Masjid Sang Cipta Rasa yang sudah lebih dulu ada.
Baca SelengkapnyaKonon, di titik inilah peradaban Islam pertama kali muncul dan diterima oleh seluruh lapisan masyarakat setempat.
Baca SelengkapnyaSalah satu peninggalan Islam yang bercorak Tionghoa di Palembang ini tidak lepas dari keberadaan Laksamana Cheng Ho di masa lampau.
Baca SelengkapnyaPembangunannya diinisiasi oleh seorang pendatang Tionghoa di Cirebon yakni Tan Sam Chai atau H. Moh. Syafei.
Baca SelengkapnyaDi masjid ini tersimpan peci dan sorban peninggalan K.H Opo Musthofa atau Mama Kandang Sapi. Peci dan sorban itu terlihat disimpan di dalam kotak kaca.
Baca SelengkapnyaMasjid lawas ini punya desain bangunan yang unik dan terdapat makam kuno.
Baca SelengkapnyaMasjid ini menjadi tempat beribadah umat muslim pertama di Cirebon. Inisiator pembangunan adalah Pangeran Cakrabuana, putra Raja Pajajaran.
Baca Selengkapnya