Kisah Untung Subagio, Perajut Asa Disabilitas Asal Gunungkidul di Masa Pandemi
Merdeka.com - Disabilitas acap kali dianggap sebagai halangan untuk hidup mandiri, atau bahkan untuk meraih cita-cita. Hal tersebut tak berlaku bagi Untung Subagio (44), seorang penyandang disabilitas yang juga mantan atlet difabel asal Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Untung mengungkapkan, ia memiliki mimpi untuk memberdayakan orang-orang berkebutuhan khusus melalui olahraga.
Saat ditemui Merdeka.com di Kota Yogyakarta, pria yang saat ini dikenal sebagai pelatih cabang olahraga angkat beban itu menceritakan pengalaman awalnya memulai karier di cabang olahraga tersebut. Ia juga menceritakan bagaimana ia harus bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Bermula saat dirinya mendapatkan tawaran seleksi dari BPOC Gunungkidul (Organisasi Olahraga Disabilitas) di tahun 2008. Saat itu, ia masih berupaya mencari cabang olahraga yang cocok. Ketika Untung tahu ada peluang di olahraga angkat beban, ia langsung menentukan pilihan. Menurutnya, cabang olahraga itu jarang diminati penyandang disabilitas.
-
Mengapa Menpora Dito mendukung atlet disabilitas? Pemerintah, kata dia berkomitmen penuh terhadap perkembangan dan prestasi dari para atlet disablitas.
-
Bagaimana Menpora Dito membantu atlet disabilitas? 'Tentu juga arahan dan masukan dari mas Menpora Dito, sehingga kami bisa semangat. Apalagi dengan dukungannya langsung saat bertanding. Jelas ini suntikan semangat bagi para atlet,' kata Angela.
-
Apa yang dilakukan Menpora untuk atlet disabilitas? 'Tentu juga arahan dan masukan dari mas Menpora Dito, sehingga kami bisa semangat. Apalagi dengan dukungannya langsung saat bertanding. Jelas ini suntikan semangat bagi para atlet,' kata Angela.
-
Apa yang terjadi pada pria disabilitas itu? Dia baru saja dibebaskan oleh militer Israel
-
Mengapa Banyuwangi membuat sekolah inklusif untuk para penyandang disabilitas? Bupati Ipuk Fiestiandani menjelaskan sejak 2013 Banyuwangi telah mewujudkan sekolah inklusi yang ramah bagi para penyandang disabilitas.
-
Siapa yang menyuarakan pentingnya MBG untuk anak disabilitas? Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bogor, Farid Maruf, mengungkapkan bahwa pemerintah melalui berbagai institusi dan lembaga saat ini aktif dalam simulasi pembagian makanan bergizi gratis kepada anak-anak di jenjang SD hingga SMA.
“Awalnya kalo saya menekuni olahraga ini ketika dua belas tahun lalu, saat itu ada tawaran seleksi olahraga di tingkat DIY, ada futsal, lari atletik, tolak peluru, renang, catur, angkat berat, kemudian sepak bola. Nah dari semuanya, saya tertariknya di angkat berat, karena dari sekian ratus orang yang ikut seleksi, angkat berat ini nggak ada. Dari situ saya menetapkan dan tekun di sini hingga lolos PLATDA (Pelatihan Atlet Daerah) selama enam bulan,” kata Untung saat ditemui di Bapel Jamkesos DIY, Rabu (11/11/2020) lalu.
Prestasi dan Inisiatif Untung
©2020 Merdeka.com
Di awal kariernya, pria asal Siyono Kulon, Kecamatan Playen ini menceritakan jika dirinya sempat mendapat perlakuan tak menyenangkan dari masyarakat. Penyandang disabilitas polio sejak usia satu tahun ini pernah dianggap tak memiliki masa depan yang cerah.
“Saya dulu hidup susah. Jadi ketika hidup susah, dimarjinalkan masyarakat bahwa teman-teman disabilitas termasuk saya ini orang yang gak mampu apa-apa dan bayangan untuk masa depan itu jelek,” ceritanya.
Walau begitu, anggapan itu pula yang menjadi motivasi Untung untuk mendalami olahraga angkat beban. Ia mulai mengikuti PLATDA (Pelatihan Atlet Daerah) selama enam bulan dan mengantarnya ke kejuaraan angkat beban tingkat nasional.
“Hidup saya mulai berangsur-angsur membaik setelah mengikuti kejuaraan seperti POCANAS di Kaltim, dan mendapatkan juara 3 nasional tahun 2008. Lalu memecahkan rekor nasional di kelas 65 kilogram di kejuaraan angkat beban di Riau tahun 2010 hingga meraih medali emas pertama. Dari situ, saya mulai menabung sedikit-sedikit untuk membeli alat dan mengajak teman-teman yang memiliki kekurangan (seperti saya) untuk latihan,” katanya sembari mengenang.
Inisiatif Untung tidak hanya berhenti di situ saja. Terlebih keterbatasan biaya yang membuatnya harus memutar otak. Untung mencoba membuat duplikasi alat fitness berstandar internasional.
Bukan tanpa alasan, ia melakukan itu, agar teman-teman atlet difabel yang dinaungi dapat merasakan fasilitas memadai. Latihan itu juga kerap ia lakukan di belakang rumahnya. Sejak tahun 2012, Untung memang menjadikan halaman belakang rumahnya sebagai tempat berlatih gym, bahkan hingga kini.
Nasib Para Atlet Difabel di Masa Pandemi
©2020 Merdeka.com
Perjuangan Untung tidak hanya berhenti di situ saja. Di saat studio latihannya berjalan baik dan berhasil mengantarkan para atlet difabel ke kejuaraan nasional, pandemi Covid-19 menjadi tantangan baru.
Walau begitu, Covid-19 tidak menyurutkan semangat Untung bersama ke-15 atletnya untuk terus berlatih. Ia justru memaksimalkan latihan dengan menerapkan serangkaian protokol kesehatan. Untung juga memanfaatkan fitur Video Call dari Whatsapp untuk latihan secara virtual.
“Sekarang WA kan sudah bisa untuk Video Call, kita pandu. Latihan angkat berat di rumah, kan ngga harus angkat beban dulu, penunjang dulu pakai batu atau pakai olahraga pushup saja pakai apa saja kan bisa. Intinya kita dampingi, istirahat jam berapa, bangun jam berapa, kalo pengen atlet ya harus disiplin untuk PEPARNAS besok,” ujarnya.
Proses latihan selama Covid-19, Untung selalu menargetkan angka. Ia menerapkan metode tes rekor secara berkala. Menurut Untung, tes rekor bertujuan untuk mengukur target kelas yang akan diikuti atlet di kejuaraan selanjutnya.
“Jadi umpamanya si A kelas 41 Kg, mass-nya itu angkatannya 140 kg dan dia sekarang angkatanya berapa,” tambah Untung.
Tak hanya melatih fisik, Untung juga melatih kemandirian atlet. Terlebih dalam kondisi pandemi seperti saat ini, banyak atlet yang hanya mengandalkan hidup dari perlombaan dan kejuaraan. Oleh karena itu, Untung melatih para atletnya, agar bisa bertahan hidup di situasi sulit.
“Kita ya nyiasatinya ya apa yang biasa beli di toko kita buat sendiri, daun daunan, terong, sayuran dan sebagainya kita ngga usah beli saya udah nanam, ada kebunnya. Anak-anak kita didik untuk bercocok tanam dengan ngabil bibit di kebun belakang rumah, juga memelihara ayam. Kalau ayam ngga punya uang untuk beli kita nyembelih di kandang punya saya. Intinya supaya mereka mandiri dan tdak harus orang tua mereka yang ngajari di situasi sulit,” kata Untung.
Harapan Untung ke Depannya
©2020 Merdeka.com
Terhitung sejak Januari 2020, seluruh aktivitas perlombaan angkat beban terhenti, termasuk event PEPARNAS 2020 yang rencananya digelar pada Oktober tahun. Tentu ini sangat berdampak bagi atlet yang hanya mengandalkan hidup dari sisa bonus perlombaan.
“Kan atlet kadang ga masuk bantuan apalagi di masa pandemi ini, itu paling dari bonus pas tanding untuk makan lima tahun,” ungkap Untung.
Untung berharap pada pemerintah, baik skala kabupaten, provinsi hingga pusat, agar memperhatikan pemberian bantuan kepada para atlet terdampak ekonomi di masa pandemi Covid-19.
“Sebenarnya, kita mengharapkan bantuan dari pemerintah khusus atlet, karena di masa pandemi ini kita tidak mendapat bantuan sama sekali. Para atlet kan tidak semuanya bisa macul, bisa punya motor dan lain-lainnya. Bantuan pun kalau ada hanya masker dan handsanitizer. Padahal tidak hanya itu. Kita butuh stimulan dari pemerintah untuk memperbaiki kehidupan para atlet Rp5 juta – Rp10 juta per bulan. Jadi provinsi harus lebih memperhatikan karena atlet juga turut membawa nama daerahnya,” tutupnya. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di tengah keterbatasan, sosok Sukarno begitu menginspirasi di Pekan Paralimpiade Nasional (PEPARNAS) XVII Solo 2024.
Baca SelengkapnyaKusnadi pernah terpuruk hingga tak percaya diri. Tak lama, ia berhasil bangkit dan memilih mengembangkan usaha bersama agar tidak bergantung ke orang lain.
Baca SelengkapnyaDiikuti oleh 330 peserta Peparkab II diadakan di GOR Tawangalun, Kamis (10/10/2024). Mereka terdiri dari 145 peserta jenjang pendidikan SDLB & umum 185 peserta.
Baca SelengkapnyaPada 2022, BPS merilis angka penyandang disabilitas usia produktif di Indonesia sebesar 17 juta orang. Sementara, hanya 7,6 juta saja yang terserap dunia kerja.
Baca SelengkapnyaKetidaksempurnaan fisik tak menjadi halangan bagi pasutri ini untuk produktif. Keduanya sukses berbisnis sablon dan jadi atlet profesional.
Baca SelengkapnyaCalon Gubernur Jakarta, Pramono Anung memastikan seluruh penyandang disabilitas di Jakarta akan mendapatkan haknya.
Baca SelengkapnyaSepekan sebelum peluncuran, Angkie sempat menceritakan perjalanan di balik buku "Menuju Indonesia Inklusif" kepada Tim Disabilitas Liputan6.com.
Baca SelengkapnyaAjang ini dijadikan Bupati Ipuk Fiestiandani untuk menyerap aspirasi dari para disabilitas guna pengambilan kebijakan pembangunan inklusif.
Baca SelengkapnyaMenurut Pramono, sudah saatnya pemerintah provinsi Jakarta turun tangan menangani permasalahan kaum disabilitas.
Baca SelengkapnyaBambang mengatakan bahwa saat ini teman-teman penyandang disabilitas masih diposisikan sebagai objek dan merasa dipinggirkan.
Baca SelengkapnyaAtlet disabilitas Indonesia berhasil menorehkan prestasi gemilang di ajang kejuaraan olahraga tingkat nasional maupun internasional.
Baca SelengkapnyaIa berpegang pada prinsip bahwa para difabel harus memiliki hak yang sama dengan manusia lainnya
Baca Selengkapnya