Lahir Dari Kekecewaan Terhadap Keraton Kanoman, Ini 4 Fakta Sejarah Pesantren Buntet
Merdeka.com - Pondok pesantren berguna bagi para santri unruk mendalami ajaran Agama Islam yang nantinya bisa diamalkan di dalam kehidupan sehari-hari. Banyak santri-santri hebat yang memiliki peran di masyarakat yang lahir dari pesantren-pesantren di Tanah Air.
Pondok Pesantren Buntet salah satunya, sebuah pondok pesantren yang terletak di Desa Mertapada Kulon, Kec. Astanajapura, Kabupaten Cirebon. Pondok Pesantren Buntet dikenal sebagai salah satu pondok pesantren tertua di Indonesia.
Seperti melansir dari kanal www.nucirebon.or.id,Pondok Pesantren Buntet didirikan pada tahun 1750 oleh seorang tokoh dari Keraton Kanoman bernama Mbah Muqoyyim atau KH. Muqoyyim bin Abdul Hadi.
-
Kenapa Cak Diqin mendirikan Pesantren? Inisiatif mendirikan ponpes muncul karena pengajian rutin di rumah makan milik Cak Diqin banyak peminatnya.
-
Siapa yang mendirikan pondok pesantren di Kediri? Kiai nyentrik ini mendirikan pesantren tak jauh dari bekas lokalisasi.
-
Siapa yang membangun Pesantren Bumi Tanah Jawi? Cak Diqin mendirikan Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidz Qur’an Bumi Tanah Jawi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
-
Kenapa Sunan Gunung Jati mendirikan pesantren? Tujuan utamanya adalah untuk melahirkan santri-santri yang berakhlakul karimah dan memahami nilai-nilai Islam.
-
Bagaimana Cak Diqin membangun pesantren? Dikutip dari YouTube Diskominfo Boyolali, pendirian ponpes ini juga mendapat dukungan berbagai pihak. Mereka menyodorkan bantuan berupa dana maupun tenaga pengasuh agar ponpes segera berdiri dan bermanfaat bagi masyarakat.
-
Mengapa Kesultanan Banten runtuh? Saat itu Kesultanan Banten yang sebelumnya berdaulat otomatis runtuh karena dimonopoli VOC.
Saat itu dirinya berupaya menghimpun pemuda Cirebon untuk belajar dan mendalami Agama Islam setelah keluar dari lingkungan Kesultanan Cirebon.
Berawal Dari Kekecewaan Muqoyyim Atas Keraton Kanoman
©2020 https://nucirebon.or.id/
Ditinjau dari sejarahnya, pendirian pondok pesantren legendaris di Jawa Barat itu disebutkan merupakan hasil pelampiasan dari Muqoyyim saat dirinya keluar dari lingkungan Kasultanan Cirebon di Keraton Kanoman.
Saat itu dirinya menjabat sebagai pejabat mufti atau penasihat di Pengadilan Agama Resmi Keraton Kanoman. Ia memiliki kemampuan menguasai ilmu agama, membaca kitab Arab pegon, hingga menguasai tata cara syiar Agama Islam.
Namun di masa penjajahan Belanda pada saat itu, terjadi gesekan ideologi antara Muqoyyim dengan Pihak Keraton, di mana terdapat pihak Belanda yang melakukan Devide et impera atau Politik Memecah Belah antara kerajaan dengan rakyat.
Karena ilmu kedigdayaan serta ketata negaraan yang dimilikinya, ia merasa jika keraton sudah tidak memihak kepada masyarakat. Sebagai ungkapan rasa kecewanya, ia meninggalkan keraton dan menghimpun para masyarakat serta pemuda untuk belajar agama.
Berdiri Pondok Sederhana
Cikal bakal Pondok Pesantren Buntet tersebut kemudian didirikan oleh Muqoyyim pasca kepergiannya dari Keraton Kanoman ke kawasan kampung Kedung Malang, Desa Buntet Kecamatan Astanajapura Cirebon. Di mana bangunan awalnya masih berupa sebuah pondok sederhana dengan beberapa kamar untuk ditinggali para santri setempat yang tertarik.
Ketika itu dirinya juga membangun sebuah langgar kecil (musala), di dekat pondok sederhana untuk memudahkan kegiatan beribadah dari para santrinya saat belajar Agama Islam.
Kemudian masyarakat pun mulai banyak yang tertarik lantaran kiprah Muqoyyim di Keraton Kanoman serta kemampuannya menyiarkan Agama Islam yang dianggap mumpuni oleh masyarakat ketika itu.
Dikepung Belanda
©2020 https://nucirebon.or.id/
Terkait adanya aktivitas keagamaan di kawasan tersebut membuat tentara Belanda mencurigai Muqoyyim beserta pengikutnya, sehingga para penjajah mulai mengepung dan membubarkan lokasi pemondokan dengan senjata sehingga terdapat beberapa santrinya yang meninggal dunia.
Pasca berdarah itu, Mbah Muqoyyim pun berlindung dengan lari ke kawasan Pasawahan, Sindanglaut yang merupakan pondok pesantren dari sang Adik, Ismail ibn Abdul Hadi yang juga tengah merintis pondok pesantren.
Sempat Ditinggalkan Santrinya dan Terbengkalai
Sementara itu, pasca pembombardiran yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda di Cirebon membuat Muqoyyim yang sebelumnya mengungsi hingga ke Pemalang berhasil pulang pasca wabah kolera yang melanda di wilayah pesisir tersebut.
Semenjak itu, beliau kembali mendirikan Pondok Pesantren Buntet atas keluluhan Belanda karena berhasil menangani wabah penyakit yang merenggut banyak nyawa tersebut. Hingga bangunan Pesantren Buntet dibangun ulang di wilayah berbeda, yaitu Blok Manis, Depok, Desa Mertapada Kulon.
Sejak saat itu kegiatan belajar Agama Islam, mengaji hingga bela diri berhasil dilakukan sampai beliau wafat. Hingga akhirnya Pondok Pesantren Buntet pun terbengkalai dan ditinggal para santrinya. Hingga beberapa waktu kemudian keturunannya kembali melanjutkannya sampai sekarang. Via www.historyofcirebon.id. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari bangunan megah berbentuk kerajaan Belanda ini dapat dilihat perubahan pemerintahan Banten dari kesultanan menjadi karesidenan.
Baca SelengkapnyaMasjid itu punya kemiripan dengan masjid agung Keraton Surakarta.
Baca SelengkapnyaSaat ini masjid tersebut hanya tersisa ruang mahrab, pondasi, dan menara yang sudah tidak utuh.
Baca SelengkapnyaPangeran keturunan Majapahit ini lebih senang dekat dengan warga biasa. Bahkan, ia menyembunyikan identitasnya sebagai bangsawan di hadapan warga.
Baca SelengkapnyaSelain terafiliasi NII, Ponpes Al-Zaytun berbentuk komune. Hal ini diungkapkan Menko PMK Muhadjir Effendy.
Baca SelengkapnyaAda peran Sunan Gunung Jati dari Cirebon dalam pendirian Kerajaan Banten
Baca SelengkapnyaKarena fokus ke ajaran Nasrani, sosoknya pernah dikhawatirkan murtad oleh kalangan ulama di masa silam.
Baca SelengkapnyaHasyim Asy'ari dan Syaikhona Kholil punya kenangan khusus di sini
Baca SelengkapnyaBahkan jin penunggu wilayah itu disebut ikut jadi santri pada masa awal ponpes ini berdiri.
Baca SelengkapnyaDalam pengasingannya, ia berusaha menyembuyikan jati dirinya sebagai bangsawan.
Baca SelengkapnyaPondok pesantren ini pernah beberapa kali menjadi basis perjuangan rakyat melawan penjajah.
Baca SelengkapnyaLokasi ini jadi salah satu destinasi sejarah untuk mengenang kejayaan Kesultanan Banten yang pernah berkuasa.
Baca Selengkapnya