Mengenal Ngikis, Tradisi Jelang Ramadan khas Masyarakat Sunda Ciamis
Merdeka.com - Menjelang datangnya bulan suci Ramadan, beberapa daerah di Indonesia biasanya melakukan sejumlah penyambutan melalui berbagai tradisinya yang khas. Salah satu daerah yang masih eksis dengan budaya tersebut adalah Kabupaten Ciamis.
Sebagai wilayah yang memiliki nilai kearifan lokal yang kuat, Kabupaten Ciamis terus berupaya menghidupkan tradisi turun temurunnya melalui ‘Ngikis’. Tradisi tersebut biasa diselenggarakan saat menyambut bulan puasa.
Tradisi ‘Ngikis’ diketahui memiliki filosofi yang kuat. Terutama menyangkut kesiapan diri untuk mensucikan hati dan jiwa dari kalangan warga yang masih menjunjung nilai warisan leluhur dari masyarakat Sunda Ciamis.
-
Apa itu Tradisi Cikibung? Dahulu, tradisi Cikibung lazim dilakukan oleh ayah di Kabupaten Subang, Jawa Barat, untuk melindungi anaknya. Tradisi ini biasanya digelar di kawasan leuwi atau sejenis sungai yang cukup dalam pada sore hari. Warga setempat juga menyebutnya sebagai kasidah air, lantaran pemainnya yang merupakan ayah dan anak laki-laki menepuk-nepuk air hingga menghasilkan nada tertentu mirip kasidahan.
-
Kenapa Kasepuhan Cisungsang menjaga tradisi? Mengutip Youtube Mang Dhepi, jika ditarik asal usulnya, kampung Cisungsang merupakan warisan para karuhun. Dahulu kasepuhan ini merupakan tanah warisan dari Raja Kerajaan Pajajaran yakni Pangeran Walangsungsang. Ia menitipkan amanah agar kelak para penghuni di tanahnya bisa terbendung dari berbagai hal negatifi akibat tak terbendungnya kemajuan teknologi.
-
Bagaimana Kasepuhan Cisungsang menjaga tradisi? Masyarakat di sana, sampai sekarang melestarikan tradisi pertanian yang sudah dijalankan sejak turun temurun. Mereka tak boleh melibatkan berbagai tekonologi modern, terutama pupuk kimia untuk menyuburkan tumbuhan padi.
-
Kenapa Tradisi Cikibung dilakukan? Tradisi Cikibung mulanya dilakukan oleh seorang ayah terhadap anak-anaknya yang tengah belajar mengembala kambing. Agar berani menyeberangi sungai besar, sang ayah akan mendampingi anak-anaknya untuk pelan-pelan melintasi sungai. Di sana sang ayah mulai menepuk-nepuk air di depan anak-anaknya, sekaligus untuk melindungi mereka.
-
Siapa yang menjaga tradisi di Kampung Ciburial? Permainan di sini mayoritas bersifat kolektif, artinya dimainkan bersama-sama dengan anak lain secara kelompok, sehingga memantik keseruan seperti Jaleuleuja, Perepet Jengkol, kabarulem, sampai musik tradisional berbahan bambu.
-
Dimana Tradisi Cikibung dilakukan? Tradisi ini biasanya digelar di kawasan leuwi atau sejenis sungai yang cukup dalam pada sore hari.
“Ngikis secara harfiah berarti memagar. Pada masa lalu Ngikis lebih bersifat fisik yakni mengganti pagar singgasana Raja di situs Pangcalikan. Warga dari berbagai dusun datang sembari membawa bambu untuk digunakan memagari singgasana raja, yang rutin dilaksanakan setiap satu tahun sekali menjelang bulan suci Ramadan” seperti yang dilansir dalam tulisan Sarip Hidayatuloh di Jurnal Universitas Galuh Ciamis, Rabu (07/04).
Bermakna Membentengi Diri dari Hawa Nafsu
©2021 Kanal Youtube Ciamis Nenjo/editorial Merdeka.com
Sebagaimana diungkapkan oleh Sarip, makna dari tradisi ngikis adalah membentengi diri dari hawa nafsu yang bisa mengganggu kekhusyukan dalam beribadah.
Makna penggantian pagar di situs leluhur Galuh (Ciamis), Cijeungjing, Kabupaten Ciamis juga disimbolkan sebagai bentuk membersihkan diri. Sehingga bisa terhindar dari sifat-sifat tercela yang tidak dianjurkan dalam berpuasa.
“Ngikis juga dimaknai sebagai sarana untuk memagari dan membersihkan diri dari perilaku buruk dan hawa nafsu jahat, sehingga ketika masuk bulan Ramadan diri dalam keadaan bersih (suci) dan dapat terhindar dari sifat-sifat tercela. Di mana inti dari puasa adalah memagari hawa nafsu, baik nafsu lahir (makan, minum) maupun batin.” jelas Sarip dalam tulisannya.
Percampuran Antara Islam dengan Hindu
Adapun tradisi 'Ngikis' sendiri termasuk tradisi yang berkembang dari hasil percampuran antara budaya Hindu dengan Islam. Namun dalam tulisannya, Sarip menegaskan jika tradisi 'Ngikis' sudah ada sejak tahun 1800-an di mana ketika itu masyarakat setempat berupaya melakukan penghormatan terhadap nenek moyang mereka sebelum agama Islam masuk.
Sejak itu, timbul kesadaran dari masyarakat di wilayah Ciamis Jawa Barat untuk tetap menghormati leluhurnya sebagai upaya berlaku baik (menjunjung para pendahulu).
“Diharapkan dengan dilaksanakannya Ngikis ini masyarakat akan lebih menghargai sejarah dan selalu ingat terhadap jasa-jasa para leluhur Galuh” ungkap Sarip.
Pelaksanaan Tradisi Ngikis
©2021 Kanal Youtube Ciamis Nenjo/editorial Merdeka.com
Dalam pelaksanaannya sendiri, tradisi 'Ngikis' akan diawali dengan penyambutan tamu kehormatan yang dilakukan oleh Ki Lengser (tokoh adat pemimpin upacara).
Tamu kehormatan tersebut di antaranya tokoh kabuyutan, tokoh agama, pemerintah daerah, kepala desa bahkan hingga civitas akademik, termasuk bupati.
Kemudian para tokoh tersebut dihantar untuk menyaksikan kegiatan bubuka yang dilakukan di pelataran situs Karangkamulyan. Setelah itu dilanjutkan dengan acara inti di dalam Situs Karangkamulyan yaitu di Situs Pangcalikan atau Singgasana Raja untuk mengulas kembali napak tilas para sesepuh Sunda Galuh.
“Tradisi tersebut juga dilakukan tabur bunga di atas Batu Pancalikan (batu yang akan dipagar), kemudian setiap orang yang melakukan penaburan bunga diawali dengan membaca doa terlebih dahulu dengan tujuan untuk mendapat rida dan keberkahan dari Allah SWT.” jelasnya. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tradisi Nyepuh jadi cara warga di Ciamis untuk menyambut bulan Ramadan.
Baca SelengkapnyaSelama ini, jamasan pusaka selalu dikaitkan dengan hal-hal metafisik.
Baca SelengkapnyaTradisi dilakukan pada 14 Rabiul Awal di tempat-tempat keramat yang dianggap suci.
Baca SelengkapnyaDalam menyambut bulan Ramadan, setiap daerah memiliki tradisinya masing-masing yang unik dan penuh makna.
Baca SelengkapnyaKenalan lebih dekat dengan tradisi Papajar untuk menyambut bulan suci Ramadan ala masyarakat Sunda.
Baca SelengkapnyaNyawalan jadi ajang silaturahmi sekaligus melestarikan tradisi nenek moyang di Ciamis.
Baca SelengkapnyaTak sekedar nguri-uri kebudayaan, tradisi ini juga jadi salah satu cara orang Sunda dalam menjaga mata air sebagai sumber kehidupan warga.
Baca SelengkapnyaDi Provinsi Sumatra Utara, masyarakat menyambut bulan suci ini dengan ragam tradisi yang berbeda-beda dan tentunya penuh makna.
Baca SelengkapnyaKabarnya, tanah di Kampung Cisungsang merupakan titipan dari Raja Sunda yang bersahaja bernama Pangeran Walasungsang.
Baca SelengkapnyaPamali sudah dipegang sebagai kebiasaan dari nenek moyang, terutama di masyarakat Sunda, dalam menerapkan batasan di kehidupan.
Baca SelengkapnyaBukan hanya gunungnya saja yang menyimpan misteri dan legenda, namun masyarakatnya juga memiliki ritual yang begitu unik.
Baca SelengkapnyaDi balik pelaksanaannya, tradisi Nyadran memiliki nilai-nilai sosial budaya yang terkandung di dalamnya.
Baca Selengkapnya