Peneliti UI Ciptakan Pendeteksi Ujaran Kebencian AI, Disebut Bisa Lakukan Ini
Merdeka.com - Maraknya ujaran kebencian di medsos membuat peneliti asal Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Fasilkom UI) Muhammad Okky Ibrohim, M.Kom. dan Dr. Indra Budi menciptakan program Artificial Intelligence (AI) untuk mendeteksi ujaran kebencian.
Dalam pemanfaatan tersebut, pihaknya mengklaim mampu mendeteksi bahasa kasar dengan akurasi mencapai 77,36 pada media sosial tertentu.
"Hasil riset menunjukkan bahwa kombinasi fitur Word Unigram, Random Forest Decision Tree (RFDT), dan Label Power-set (LP) mampu mendeteksi bahasa kasar dan ujaran kebencian yang terdapat di Twitter dengan akurasi 77,36 persen," kata Muhammad Okky Ibrohim dalam keterangannya kepada wartawan Senin (30/11), dilansir dari Antara
-
Siapa yang mengembangkan AI ini? Para peneliti di Denmark menggunakan data dari jutaan individu untuk membangun model yang dapat memprediksi berbagai peristiwa kehidupan, mulai dari kesehatan hingga kehidupan sosial.
-
Apa yang dilakukan AI di penelitian ini? Para peneliti dari Pusat Kecerdasan Buatan, Universitas Teknologi Sydney (UTS), untuk pertama kalinya mengembangkan teknologi AI berbasis sistem portable dan non-invasif, yang dapat menerjemahkan isi pikiran manusia ke dalam teks.
-
Siapa yang membuat AI ini? Malas menemukan Project December–sebuah alat AI yang dirancang untuk 'mensimulasikan orang yang telah meninggal'.
-
Siapa yang membangun AI untuk mengungkap isi naskah? Sebuah tim yang terdiri dari tiga mahasiswa, yang tidak bekerja di bidang filsafat tetapi teknologi, menyadari bahwa kecerdasan buatan mungkin dapat memberikan solusi.
-
Bagaimana AI ini membaca pikiran? Alat ini nantinya bekerja dengan cara menggunakan sebuah topi yang akan merekam aktivitas listrik di otak melalui kulit kepala penggunanya, atau yang disebut dengan electroencephalogram (EEG). Mengutip Techxplore, Jumat, (15/12), gelombang EEG ini nantinya akan menangkap karakteristik dan pola tertentu dari otak manusia. Sehingga model AI yang disebut DeWave ini akan menerjemahkan EEG menjadi kata dan kalimat dari hasil mempelajari data EEG yang terekam.
-
Apa yang diterjemahkan dengan bantuan AI? Ilmuwan berhasil menerjemahkan huruf paku yang ada di prasasti kuno menggunakan alat kecerdasan buatan (AI).
Menurut Okky, penelitian ini, kelam bisa dimanfaatkan oleh Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri dalam melakukan investigasi kejahatan di media siber di Indonesia.
Mengkategorisasi Ujaran Kebencian
© telegraph.co,uk
Dari pemanfaatan Twitter Search API yang dilakukan kepada total 13.169 cuitan, terdapat 7.608 cuitan adalah bukan ujaran kebencian, dan sisanya 5.561 twit masuk dalam kategori ujaran kebencian.
Dari hasil tersebut, pihaknya menemukan lima kategori ujaran kebencian yang kerap dilontarkan, yakni agama, ras, fisik, gender atau orientasi seksual, dan umpatan lainnya. Pelacakan tersebut mampu membedakan target, kategori, dan level ujaran kebencian.
Ujaran kebencian juga bisa diklasifikasikan menjadi tiga level. Pertama, weak hate speech (Umpatan kepada individu tanpa unsur provokasi), kedua, moderate hate speech (Umpatan kepada kelompok tanpa provokasi) dan ketiga, strong hate speech (Umpatan yang memicu provokasi dan konflik).
Mencegah Kejahatan Siber
Okky mengungkapkan, penelitian tersebut berangkat dari maraknya kejahatan siber di media sosial khususnya Twitter. Sehingga kerap memicu konflik, baik individu maupun kelompok.
Tak jarang, ujaran kebencian selalu diungkapkan dengan menggunakan bahasa kasar yang dipakai untuk menyerang individu maupun kelompok. Saat ini, pihaknya masih terus berupaya mengembangkan penggunaan AI untuk mendeteksi hate speech.
"Kami berharap, alat bantu teknologi AI yang diujicobakan bisa mempermudah pihak berwenang menjalankan investigasi pada kejahatan siber," jelasnya.
Melibatkan Tim Ahli
Sementara itu, dalam penelitian itu, pihaknya turut menyusun definisi atau panduan anotasi teknologi AI berdasarkan buku bahasa sosial dan handbook ujaran kebencian.
Untuk validasi, Okky melibatkan tim ahli dengan melakukan wawancara dan diskusi kelompok bersama staf Direktorat Tindak Pidana Siber Badan Reserse dan Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia (Bareskrim Polri). Serta, seorang ahli linguistik, sehingga ujaran kebencian yang dideteksi bisa terdefinisi secara tepat.
(mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Demi selaras dengan UU ITE, Menkominfo mengaku sedang menyusun panduan etika AI.
Baca SelengkapnyaPerlunya materi pengenalan AI dimasukkan dalam kurikulum formal di bangku sekolah.
Baca SelengkapnyaDengan AI, kegiatan belajar mengaji yang umumnya mewajibkan pendampingan guru secara langsung atau tatap muka, kini bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun.
Baca SelengkapnyaBenarkah Iwan Fals nyanyi soal korupsi Rp271 triliun? Simak faktanya
Baca SelengkapnyaDialek misterius nenek moyang kita akhirnya dapat diuraikan sepenuhnya berkat kecerdasan buatan.
Baca SelengkapnyaKebijakan ini diambil seiring dengan maraknya aksi penyalahgunaan AI.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah hasil penelitian dari seorang ilmuwan yang. mengklaim tahu bahasa ayam.
Baca SelengkapnyaArtificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah teknologi terbaru dan tercanggih yang digunakan untuk melengkapi sistem komputer.
Baca SelengkapnyaKebutuhan pengaturan pemanfaatan kecerdasan buatan ini tengah dikaji oleh pemerintah.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah kata-kata yang kerap dicari di Google selama 2023.
Baca SelengkapnyaJenderal TNI anak eks Kapolri ingatkan masyarakat tentang bahaya AI yang bisa digunakan sebagai alat penipuan.
Baca SelengkapnyaMenyiapkan diri, bangsa, dan negara memanfaatkan AI dan menanggulangi dampak buruknya bukan lagi suatu pilihan, namun menjadi keharusan.
Baca Selengkapnya