Perajin Tahu di Lebak Keluhkan Harga Kedelai Naik, Minta Subsidi karena Ini
Merdeka.com - Para perajin tahu di Kabupaten Lebak, Banten, merasakan dampak dari melonjaknya harga kedelai yang terjadi beberapa waktu belakangan. Mereka berharap adanya subsidi atas harga bahan baku demi berkurangnya beban biaya produksi.
Salah satu pengusaha tahu di Kampung Muara Kebon Kelapa, Rangkasbitung, Madsoleh (55) mengatakan jika harga kedelai saat naik hingga dua kali lipat. Kenaikan itu yang kemudian mempengaruhi kegiatan produksi di tempat usahanya.
"Kita hingga kini hanya bisa bertahan hidup saja sejak tiga bulan harga kedelai melonjak dari Rp300 ribu menjadi Rp620 ribu per 50 kg, " kata Madsoleh, Senin (16/5), dikutip dari ANTARA
-
Kenapa harga kedelai makin mahal? Hendro, salah seorang perajin tahu di Dusun Kanoman, mengatakan bahwa makin ke sini harga kedelai lokal semakin mahal. Oleh karena itu, mereka terpaksa mengandalkan kedelai impor untuk membuat tahu. Tapi harga kedelai impor saat ini cenderung tinggi.
-
Dimana harga kedelai naik? Di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat misalnya, melambungnya harga kedelai tersebut turut memengaruhi pola produksi para produsen tahu, salah satunya Nana Suryana di Kelurahan Nagri Kidul.
-
Kapan harga kedelai naik? Harga kedelai mengalami kenaikan sejak awal November lalu.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
-
Kenapa harga beras masih mahal? Berdasarkan data Bapanas per Selasa (19/3), harga beras premium berada di kisaran Rp16.490,- per Kg. Harga beras terpantau masih mahal.
-
Harga bahan pangan apa yang naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
Subsidi Demi Bisa Terus Beroprasi
Ilustrasi tahu
©Shutterstock
Beberapa bulan lalu, para perajin tahu di Rangkasbitung, Lebak sangat terpukul dengan kenaikan harga kedelai di atas 100 persen. Bahkan, di antaranya ada pembuat tahu yang sudah tidak produksi alias gulung tikar.
Karena itu, pihaknya berharap pemerintah dapat menyalurkan subsidi kedelai impor sebagai upaya pengusaha untuk mengurangi beban produksi. Apalagi, kata dia, para perajin tahu turut membantu program pemerintah dalam penyerapan lapangan pekerjaan.
"Kami minta kedelai disubsidi dan kembali harga normal Rp 300 ribu, " ujar Madsoleh
Membantu Menghidupi Para Pegawai
Menurut pria yang sudah merintis usaha sejak lulus STM tahun 1985 itu, tempatnya kini memiliki 10 orang tenaga kerja. Mereka terdiri dari tiga tenaga produksi, dan tujuh orang penjual tahu goreng keliling. Dari 10 tenaga kerja itu tentu bisa menghidupi keluarga mereka hingga puluhan jiwa, karena usaha tahu di Rangkasbitung bisa menyerap tenaga kerja setempat. Saat ini, pabrik tahu yang tercatat di sana sebanyak 17 unit. Jika dikalkulasi, pabrik-pabrik tersebut dapat menghidupi ratusan jiwa keluarga mereka. Selama ini, kata dia, usahanya memproduksi tahu sebanyak 100 kilogram/hari dengan harga Rp1,2 juta. Dari 100 kilogram kedelai dapat menghasilkan produksi sebanyak 30 cetakan tahu dan bisa meraup keuntungan bersih Rp250 ribu/hari. "Kami meraup keuntungan bersih itu juga terkadang harus nombok membeli bahan bakar kayu, " katanya.
Subsidi Kedelai Sebagai Solusi Tekan Biaya Produksi
Senada dengan Madsoleh, perajin tahu lain bernama Sudrajat (55) mengaku jika usahanya kini juga terdampak kenaikan harga kedelai. Ia mengaku saat ini hanya bisa bertahan hidup dalam menjalankan usahanya, sembari memperkecil ukuran tahu sebagai siasat bertahan. Harga kedelai kini sudah terjadi kenaikan hingga 100 persen dari Rp 300 ribu/ 50 kg. Dengan demikian, pihaknya berharap pemerintah dapat memberikan subsidi kedelai guna menekan biaya produksi. "Sejak kenaikan kedelai itu biaya produksi cukup tinggi dan berdampak terhadap keuntungan, " katanya.
Subsidi Bisa Cegah PHK
Sementara itu, sejumlah pekerja pabrik tahu mengatakan bahwa sangat setuju jika pemerintah mensubsidi kedelai. Hal itu akan memperkecil kemungkinan pemutusan hubungan kerja akibat biaya produksi yang tinggi. Saat ini, kata mereka, di antaranya rekan rekan pekerja tahu ada yang menganggur akibat produksi tahu berhenti sejak kedelai melonjak. "Kami sangat mendukung kedelai sebagai bahan baku produksi tahu disubsidi, "kata Agus, seorang pekerja tahu warga Rangkasbitung.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Industri tahu di Dusun Kanoman muncul sejak tahun 1956. Kini mereka mengalami masa-masa sulit.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga membuat penjual dan pembeli sama-sama merana
Baca SelengkapnyaNaiknya harga kedelai sejak awal November membuat produsen tahu menjerit
Baca SelengkapnyaMasyarakat berharap pemerintah dapat segera menurunkan harga bahan pokok tersebut.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga dolar AS ini menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah dan harga kedelai impor pun melonjak drastis.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga kedelai impor sebagai dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah kembali memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
Baca SelengkapnyaSaat ini harga beras kualitas premium rata-rata telah mencapai Rp18.000 per kilogram. Angka ini naik hingga 20 persen dari harga normal tahun 2023.
Baca SelengkapnyaJika sebelumnya harga beras berada di kisaran Rp 8.000 per liter, kini melonjak menjadi Rp 10.000 per liter.
Baca SelengkapnyaHarga beras saat ini tengah melonjak sebagai dampak dari kemarau panjang.
Baca SelengkapnyaKondisi ini menyebabkan daya beli turun dan omzet berkurang.
Baca SelengkapnyaBelakangan ini harga beras melambung tinggi, masyarakat semakin tercekik usai kenaikan yang signifikan.
Baca SelengkapnyaKemarau panjang membuat petani padi di berbagai daerah terancam gagal panen.
Baca Selengkapnya