Wujudkan Ketahanan Pangan saat Pandemi, Kelompok Wanita Tani Cirebon Lakukan Inovasi
Merdeka.com - Pandemi Covid-19 tak kunjung berakhir, ketidakpastian tersebut membawa dampak dalam semua bidang kehidupan masyarakat. Salah satu yang dikhawatirkan jika kondisi ini terus berlanjut adalah terjadinya krisis pangan. Maka dari itu, mewujudkan ketahanan pangan di masa pandemi menjadi prioritas bersama. Artinya, semua pihak dapat turut serta berperan menjaga ketersediaan, stabilitas dan akses pangan.
Jauh sebelum pandemi, petani wanita pedesaan sebenarnya sudah cukup lama dikenal memiliki peran penting sebagai salah satu tonggak penghasil pangan. Mereka terlibat dalam semua tahap kegiatan, mulai dari pengolahan tanah sampai dengan pemasaran hasil.
Di masa adaptasi kebiasaan baru, keberadaan Kelompok Wanita Tani (KWT) di setiap desa menjadi semakin penting. Hal ini sejalan dengan program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang di usung Kementan sebagai upaya meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas dan pemanfaatan pangan yang berkelanjutan.
-
Siapa saja petani muda yang terlibat? Dua petani muda tersebut, Arvin Wijaya dan Steven, menjadi sosok di balik budidaya melon dengan buahnya yang terasa manis dan segar.
-
Siapa yang membantu petani milenial ini? Tak hanya lahan sendiri, Aksin juga memiliki petani yang bermitra dengannya. Bila ditotal, luas lahan dari petani mitra itu mencapai lebih dari 50 hektare.
-
Siapa yang merintis pekerjaan sebagai petani di Sukomakmur? Walaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
-
Dimana petani milenial ini bercocok tanam? Aksin saat ini bertani Pepaya California dengan masa tanam hingga panen selama tujuh bulan.
-
Siapa yang terlibat dalam menjaga ketahanan pangan? “Untuk menjaga ketahanan pangan, penting melibatkan banyak pemangku kebijakan dari hulu hingga hilir,“ imbaunya, dikutip dari aman resmi Bappeda Jatim.
-
Kapan program Kementan untuk regenerasi petani dimulai? 'Program dari Kementan untuk regenerasi petani ini bukan hanya berjalan di level pendidikan dan pelatihan tetapi juga langsung kepada penerima manfaat program pertanian pemerintah di berbagai daerah.'
Inovasi yang Dilakukan Kelompok Wanita Tani Sumber Rejeki
©2020 Merdeka.com/ Novi Fuji Astuti
Dibentuk sejak 2015, KWT Sumber Rejeki, Desa Budur, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon masih tetap berusaha produktif meski terbatas oleh kondisi ekonomi dan sosial di tengah pandemi Covid-19.
Berbekal bantuan dari Kementan, mereka menanam sayuran berupa kangkung, bayam, sawi, seledri, terong, kembang kol, cabai dan kucai. Selain sayur mereka juga menanam buah-buahan dan rempah seperti lengkuas, jahe dan kencur. Bukan hanya itu, budidaya ikan lele juga tak luput mereka lakoni.
Memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam, KWT Sumber Rejeki menggunakan irigasi kapiler yaitu model budidaya tanaman dalam polybag atau wadah berisi akses air terus menerus melalui kapiler berbahan kain flanel, yang mana sistem kapiler ini juga diintegrasikan dengan budidaya ikan. Sehingga selain memproduksi sayuran, pada saat yang sama juga kebutuhan protein hewani terpenuhi.
"Kapiler kita ini macam-macam ya, ada kapiler yang sederhana dari ember, terus ada kapiler dari paralon, di kasih sumbu dari kain flanel untuk nyedot air jadi ngga perlu sering nyiram. Kapiler ini juga lebih hemat kalau dibanding sistem hidroponik," jelas Aan Selaku bendahara sekaligus penggagas KWT Sumber Rejeki, saat ditemui di kediamannya, Senin (30/11).
Inovasi tersebut mengantarkan KWT Sumber Rejeki sebagai juara kedua tingkat nasional pada peringatan Hari Tani pada 24 September 2020 lalu. Acara tersebut digelar oleh Kementerian Pertanian (Kementan) bidang Ketahanan Pangan KRPL di Lembang.
Pentingnya Ketahanan Pangan di Masa Pandemi
©2020 Merdeka.com / Novi Fuji Astuti
Ketahanan pangan di masa pandemi Covid-19 menjadi hal penting yang perlu diperhatikan. Mengingat pangan sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisi masyarakat. Dalam hal ini KWT Sumber Rejeki sadar betul bahwa apa yang mereka lakukan bisa jadi upaya menjaga produksi pangan secara mandiri.
"Sejauh ini dengan pekarangan yang terbatas terasa banget manfaatnya, bisa menuhin kebutuhan sayur sendiri, kita juga punya rempah-rempah sendiri dan ada buah juga jadi bisa lebih hemat dan ngurangin pergi ke pasar," jelas Aan.
Kegiatan yang dilakukan KWT tak hanya menanam dan budidaya. Akan tetapi, mereka juga menyelenggarakan pelatihan membuat kue, membuat serbuk jahe dari hasil panen hingga membuat pupuk kompos sendiri.
"Kegiatan lain selain nanem, kita juga ada buat kue, buat serbuk wedang jahe dari hasil panen sendiri. Terus kemarin kita juga baru ngadain kegiatan bareng remaja masjid bikin pupuk kompos sendiri, manfaatin limbah rumah tangga kaya sampah sayuran sama air cucian beras". jelas Aan antusias menceritakan kegiatan KWT Sumber Rejeki.
Dukungan dari Pemerintah dan Masyarakat Sekitar
©2020 Merdeka.com / Novi Fuji Astuti
Bicara dukungan dari pemerintah dan masyarakat, Aan mengaku Ia dan kelompoknya telah melalui jalan cukup panjang. Hal ini berawal dari hobi Aan menanam bunga untuk hiasan. Kemudian ia beralih mencoba menanam sayuran.
Pertama ia menanam bawang yang sudah kering di dalam polybag ternyata hasilnya bagus. Lama kelamaan ia jadi semakin semangat menanam dan coba mulai mengajak masyarakat sekitar untuk juga ikut menanam. Dari situ mulailah terbentuk KWT Sumber Rejeki.
"Pada awalnya pendanaannya bersifat swadaya masyarakat, sampai akhirnya alhamdulillah bisa dapat bantuan dari pemerintah pusat sebesar 50 juta untuk membuat demplot pekarangan untuk menanam." ungkap Aan menjelaskan.
Pada 8 September 2020 lalu demplot pekarangan milik KWT Sumber Rejeki ditinjau langsung oleh Deputi III Kantor Staf Presiden (KSP), Panutan Sulendrakusuma. Dalam kesempatan tersebut Panutan mengatakan, pihaknya mendorong program pekarangan sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
"Kami di KSP, mempunyai tugas mengendalikan program prioritas nasional salah satunya ketahanan pangan. Jadi kami ikut memantau, dan kalau misalnya ada kendala kami turun membantu," ungkap Panutan dikutip dari bpk.pertanian.go.id pada Selasa, (8/9/2020). (mdk/nof)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Progam ini dirancang untuk memberdayakan keterlibatan perempuan dalam aktivitas pertanian, baik dalam aspek on-farm maupun off-farm.
Baca SelengkapnyaTerbentuknya kelompok itu berawal dari para ibu-ibu yang ingin punya kebun sayur sendiri
Baca SelengkapnyaSemangat emak-emak tersebut bisa membantu pemenuhan kebutuhan makanan sehat di tengah harga pangan yang mahal.
Baca SelengkapnyaSetidaknya ada tiga mimpi yang dibawa yakni lingkungan, sosial dan ekonomi.
Baca SelengkapnyaPetani muda yang tergabung dalam kelompok tani muda Fakatoto telah meraup jutaan rupiah dari budidaya cabai.
Baca SelengkapnyaSalah satu upaya meningkatkan akses perempuan di sektor pertanian dan pangan melalui digitalisasi.
Baca SelengkapnyaSejak 2022, program ini secara bertahap telah dilaksanakan di delapan belas (18) kota di Indonesia dan telah memberikan dampak bagi masyarakat.
Baca SelengkapnyaPada tahun 1980-an, komoditas bawang putih di Jateng memasuki masa jaya. Kini petani berharap campur tangan pemerintah agar komoditas itu bisa bersaing di pasar
Baca SelengkapnyaMewakili Pemkab Serang, Tatu menyampaikan ucapan terima kasih kepada merdeka.com atas penghargaan dan apresiasi yang diberikan
Baca SelengkapnyaPerempuan merupakan salah satu kelompok rentan di desa dan jarang sekali dilibatkan dalam proses perencanaan pembangunan.
Baca SelengkapnyaKehadiran KWT Cahaya Suci menjadi wadah untuk memberdayakan para wanita, khususnya para ibu rumah tangga.
Baca SelengkapnyaKelompok Wanita Tani (KWT) D'Shafa mampu mendapatkan tambahan penghasilan setelah berhasil mengubah tempat penampungan sampah menjadi lahan pertanian produktif.
Baca Selengkapnya