Peristiwa 1 Februari: Mengenang Banjir Jakarta 2007 yang Hampir Melumpuhkan Ibu Kota
Merdeka.com - Dari sekian banyak bencana alam, bencana banjir merupakan bencana dengan frekuensi yang paling besar dan menimbulkan kerugian paling banyak. Setiap tahunnya bencana banjir banyak terjadi di daerah dataran rendah di Asia. Demikian pula halnya dengan bencana banjir di Indonesia. Salah satu daerah yang paling sering mengalami bencana banjir adalah Jakarta.
Sejarah mencatat bahwa bencana banjir besar yang pernah melanda Jakarta terjadi pada tahun 1621, 1654, 1918, 1942, 1976, 1996, 2002, dan 2007. Perbedaan antara banjir-banjir yang pernah terjadi selama tahun-tahun tersebut adalah dimensi penyebab dan akibat banjir tersebut. Dimensi banjir menjadi lebih besar akibat adanya perkembangan kawasan yang tidak didukung dengan teknologi pengendalian banjir yang memadai.
Hal demikian terlihat dari rendahnya kemampuan drainase mengeringkan kawasan terbangun dan rendahnya kapasitas seluruh prasarana pengendali banjir seperti sungai, poulder, pintu pengatur, bendung, dan sebagainya. Banjir di Jakarta yang terjadi pada Februari 2007 silam bukan saja membawa kerugian secara material melainkan juga menyebabkan 79 orang meninggal dunia, 1 orang hilang.
-
Kapan Jakarta banjir? Sejumlah wilayah DKI Jakarta tergenang imbas hujan yang menguyur sejak Kamis (14/3) malam.
-
Apa penyebab banjir di Jakarta pada tahun 1960? Mengutip dari buku Sejarah Kota Jakarta 1950-1980 karya Edi Setyawati dkk mengatakan, pada awal tahun 1960 terjadi banjir di Jakarta, setelah mengalami musim hujan yang hebat sehingga 7 kelurahan sangat menderita, terutama daerah Grogol dan sekitarnya.Dikatakan pula salah satu penyebabnya karena lahan kosong yang semakin sedikit karena digunakan untuk perumahan, seiring dengan bertambahnya lahan yang dibangun, maka volume air hujan yang harus ditampung juga meningkat.
-
Kenapa Jakarta banjir? 'Penyebab curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung,' ujar dia.
-
Kapan banjir terjadi di Jakarta pada masa VOC? Pada masa VOC sendiri telah dilakukan berbagai cara untuk menanggulangi banjir di Batavia (kini Jakarta). Gubernur Jenderal silih berganti mencoba berbagai upaya. Salah satunya adalah Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen yang menjabat pada 1619-1623 dan 1627-1629. Jan Pieterszoon membangun sejumlah kanal untuk mengendalikan air dari sungai-sungai yang membelah Jakarta, salah satunya adalah Sungai Ciliwung.
-
Apa penyebab utama banjir? Banjir terjadi karena berbagai penyebab utama, termasuk hujan lebat, pencairan salju, badai, dan kenaikan permukaan air laut.
-
Apa dampak dari banjir? Banjir tidak hanya menghancurkan rumah dan infrastruktur, tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan.
Berikut ini informasi lebih jauh mengenai peristiwa 1 Februari, mengenang banjir Jakarta 2007 yang hampir lumpuhkan Ibu Kota telah dirangkum merdeka.com melalui liputan6.com dan media.neliti.
Dahsyatnya Banjir Jakarta 2007
banjir jakarta ©2014 merdeka.com/arie basuki
Hujan mengguyur Jakarta sepajang hari Kamis, 1 Februari 2007 silam. Tak banyak yang menyangka bahwa hujan deras tersebut membawa bencana banjir yang menelan puluhan korban dan hampir melumpuhkan Ibu Kota Jakarta.
Penyebab utama banjir tak lain karena sistem drainase yang buruk ditambah derasnya curah hujan hingga banyaknya volume air di 13 sungai yang melintasi Jakarta yang berasal dari Bogor-Puncak-Cianjur. Semakin diperparah dengan kondisi air laut yang sedang pasang.
Hujan deras di Jakarta menyebabkan tanggul jebol di Banjir Kanal Barat (BKB) persis di aliran Kali Sunter. Air tersebut langsung meluber dan menyebar ke area perkotaan dan perumahan warga. Akibat tanggul jebol tersebut beberapa wilayah Jakarta dari Kawasan Jatibaru-Tanah Abang dan Petamburan tergenang air hingga setinggi 2 meter.
Sedangkan sebagian besar Jakarta Utara, mulai dari Marunda, Rorotan, Koja, Kelapa Gading, hingga ke barat yakni Sunter, Tanjung Priok, Pademangan, Angke, Pluit dan Kapuk pun tak terhindarkan oleh banjir mulai dari 30 sentimeter hingga 1 meter.
Dengan kondisi banjir besar tersebut puluhan warga di Jakarta dan sekitarnya terpaksa mengungsi di posko-posko terdekat. Sebagian lainnya hingga Jumat malam masih terjebak di dalam rumah yang sekelilingnya digenangi air setinggi 2-3 meter. Evakuasi terhadap korban banjir mengalami beberapa kesulitan akibat banyaknya permukiman terletak di antara gang sempit yang tak bisa muat dilewati oleh perahu karet.
Banjir besar yang terjadi sejak Kamis malam, 1 Februari 2007 itu telah menyebabkan 79 orang meninggal dunia, 1 orang hilang, dan 2.349 orang pengungsi di DKI Jakarta, 106.406 pengungsi di Provinsi Jawa Barat, serta 52 orang pengungsi di Provinsi Banten. Banjir besar ini tak hanya menyebabkan puluhan orang meninggal tetapi juga membawa dampak kerugian hingga triliunan rupiah.
Kerugian Akibat Banjir Jakarta 2007
banjir jakarta ©2012 Merdeka.com/Arie Basuk
Diperkirakan sebanyak 82.150 meter persegi jalan di seluruh Jakarta rusak ringan sampai berat. Kerusakan beragam, mulai dari lubang kecil dan pengelupasan aspal sampai lubang-lubang yang cukup dalam.
Kerusakan yang paling parah terjadi di Jakarta Barat, jalan rusak mencapai 22.650 m², disusul Jakarta Utara (22.520 m²), Jakarta Pusat (16.670 m²), dan Jakarta Timur (11.090 m²). Kerusakan jalan paling ringan dialami Jakarta Timur, yang hanya menderita jalan rusak seluas 9.220 m². Untuk merehabilitasi jalan diperkirakan diperlukan dana sebesar Rp 12 miliar.
Banjir juga membuat sebagian jalur kereta api lumpuh. Lintasan kereta api yang menuju Stasiun Tanah Abang tidak berfungsi karena jalur rel di sekitar stasiun itu digenangi air luapan Sungai Ciliwung sekitar 50 sentimeter.
Sekitar 1.500 rumah di Jakarta Timur hanyut dan rusak akibat banjir. Kerusakan terparah terdapat di Kecamatan Jatinegara dan Cakung. Rumah-rumah yang hanyut terdapat di Kampung Melayu (72 rumah), Bidaracina (5), Bale Kambang (15), Cawang (14), dan Cililitan (5). Adapun rumah yang rusak terdapat di Pasar Rebo (14), Makasar (49), Kampung Melayu (681), Bidaracina (16), Cipinang Besar Selatan (50), Cipinang Besar Utara (3), Bale Kambang (42), Cawang (51), Cililitan (10), dan Cakung (485).
Nilai kerusakan dan kerugian terhadap aset yang terkena banjir baik aset milik pemerintah, aset dunia usaha dan aset masyarakat diperkirakan mencapai 5,16 triliun. Sementara itu, berdasarkan perkiraan yang dilakukan oleh Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), diperkirakan kerugian ekonomi yang harus ditanggung selama sekitar satu minggu kejadian bencana banjir di wilayah Jabodetabek sebesar 3,6 triliun.
(mdk/nof)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Banjir menjadi bencana alam yang sering terjadi di kota metropolitan Jakarta. Ternyata, banjir Jakarta telah terjadi sejak lama.
Baca SelengkapnyaPenyebab banjir dan genangan lantaran hujan yang melanda wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya pada Selasa (13/02) hingga Rabu (14/02).
Baca SelengkapnyaBanjir merupakan bencana alam yang dapat menimbulkan dampak negatif yang luas dan serius bagi lingkungan, masyarakat, dan perekonomian.
Baca SelengkapnyaBanjir adalah salah satu bencana alam yang paling umum dan merusak di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaKetinggian air yang menggenang sejumlah wilayah tersebut bervariasi.
Baca SelengkapnyaTerdapat 22 ruas jalan yang terendam banjir usai diguyur hujan semalaman
Baca Selengkapnyawilayah paling banyak terdampak banjir di antaranya di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Selatan.
Baca SelengkapnyaGenangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat
Baca SelengkapnyaBanjir ini disebabkan hujan yang melanda sebagian wilayah Jakarta.
Baca Selengkapnya612 kejadian pohon tumbang di Jakarta selama kurun waktu dua tahun terakhir periode 2022-2023
Baca SelengkapnyaWilayah di DKI Jakarta tergenang karena hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang terjadi dari Rabu (29/11) malam hingga Kamis (30/11).
Baca SelengkapnyaBanjir satu meter di kawasan Pejaten membuat warga beraktivitas menggunakan perahu.
Baca Selengkapnya