Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Peristiwa 30 April 2006: Wafatnya Sastrawan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer

Peristiwa 30 April 2006: Wafatnya Sastrawan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta Toer. ©2014 Merdeka.com/http://uniqpost.com

Merdeka.com - Bumi Manusia, Gadis Pantai, Rumah Kaca, dan Arus Balik. Siapa yang tidak mengenali judul-judul novel legendaris tersebut. Keempat novel tersebut memiliki kesamaan, yaitu ditulis oleh orang yang sama, yaitu Pramoedya Ananta Toer, atau juga akrab disapa Pram.

Selain empat novel tersebut, masih ada banyak hasil karya dari seorang Pram. Ya, Pramoedya Ananta Toer adalah seorang sastrawan besar yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Bahkan, karya-karyanya diakui oleh dunia. Terbukti sudah banyak karyanya yang diterjemahkan ke dalam 41 bahasa asing.

Sosok Pramoedya Ananta Toer juga dikenal sering keluar masuk penjara. Bukan karena tindakan kriminal, melainkan karena karya sastranya yang penuh dengan kritik sosial.

Dan, tepat 15 tahun yang lalu, Pramoedya Ananta Toer mengembuskan napas terakhirnya. Sastrawan tanah air ini meninggal karena komplikasi jantung dan diabetes.

Masa Kecil

Memiliki nama asli Pramoedya Ananta Mastoer, Pram lahir di Blora, 6 Februari 1925 sebagai sulung dari sembilan bersaudara. Orang tuanya bernama Mastoer Imam Badjoeri dan Saidah, yang masing-masing bekerja sebagai guru dan pedagang.

Dilansir dari kenangan.com, beliau menimba ilmu di Sekolah Institut Boedi Utomo Blora, di bawah bimbingan ayahnya yang juga mengajar di sana. Namun, dirinya sempat tidak naik kelas sampai tiga kali. Tamat dari Boedi Utomo, ia melanjutkan bersekolah di Sekolah Teknik Radio Surabaya selama satu setengah tahun. Di samping bersekolah, ia membantu ibunya berdagang beras.

Perang Dunia II pecah saat beliau berusia 17 tahun. Pram berangkat ke Jakarta dan bekerja sebagai juru ketik di Domei, yaitu kantor berita Jepang saat Indonesia berada di bawah kekuasaan Jepang. Sembari bekerja, Pram juga mengikuti pendidikan di Taman Siswa milik Ki Hajar Dewantara sejak 1942 sampai 1943.

Pasca kemerdekaan Indonesia, Pram mengikuti pelatihan militer Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan bergabung dengan Resimen 6 dengan pangkat letnan dua, yang ditugaskan di Cikampek dan kembali ke Jakarta pada tahun 1947.

22 Juli 1947 Pram ditangkap oleh Belanda dengan tuduhan menyimpan dokumen pemberontakan melawan Belanda yang kembali ke Indonesia untuk berkuasa. Pram pun akhirnya dipenjara. Selama di penjara, Pram banyak menghabiskan waktu dengan menulis. Novel pertamanya Perburuan (1950) berhasil diselesaikannya.

Hidup di Penjara

Pram sudah terbiasa surat menyurat dengan keluarga kecilnya untuk saling bertukar kabar. Namun, untuk mendapat balasan surat, mereka harus bersabar karena mengirim surat dari Jakarta ke Pulau Buru, tempat Pram ditahan, membutuhkan waktu satu tahun.

Di masa penahanannya, Pram terus berkarya. Dirinya menyusun Ensiklopedia Citrawi Indonesia yang digarap sejak 1958 dan berlanjut setelah dibebaskan dari Pulau Buru. Ia juga menulis Tetralogi Pulau Buru, yang jilid pertamanya adalah Bumi Manusia.

Empat seri novel semi fiksi sejarah ini berkisah tentang perkembangan nasionalisme Indonesia yang sebagian berasal dari pengalamannya sendiri. Naskah-naskahnya ia selundupkan melalui tamu-tamu yang berkunjung ke Pulau Buru.

Pada 21 Desember 1979 Pram akhirnya bebas. Namun, dirinya tidak sepenuhnya bebas karena masih harus menjalani diri sebagai tahanan rumah di Jakarta hingga 1992, serta tahanan kota dan tahanan negara hingga 1999.

Namun kondisi tersebut tidak menghentikan jari-jemarinya untuk terus menulis. Ia pun berhasil merampungkan Gadis Pantai, yang ditulis berdasarkan pengalaman neneknya sendiri, kemudian Nyanyi Sunyi Seorang Bisu (1995) yaitu autobiografi berdasarkan tulisan yang ditulis untuk putrinya yang tidak diizinkan untuk dikirimkan, dan Arus Balik (1995).

Masa Tua

Banyak tulisan-tulisan pendek dari Pramoedya yang mengkritik pemerintahan Indonesia. Tulisannya terkenal detail dan berbasis riset mendalam sehingga banyak menyentuh tema interaksi antar budaya.

Pada tahun 1999, setahun setelah dirinya dibebaskan dari tahanan negara, dirinya memperoleh gelar Doctor of Humane Letters dari Michigan University, Amerika Serikat.

Karyanya yaitu Bumi Manusia dipuji sebagai karya sastra agung internasional dan telah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa. Setelah Orde Baru runtuh, Pram pun dibebaskan dan diizinkan bepergian dengan leluasa. Buku-bukunya sendiri juga baru bisa diterbitkan secara bebas dan tersedia di toko buku mengikuti kebebasan dirinya.

Pramoedya akhirnya mengembuskan napas terakhir pada 30 April 2006 karena diabetes, sesak napas, dan jantung yang melemah di usianya yang ke 81 tahun. Jenazahnya dikebumikan di TPU Karet Bivak, Jakarta. (mdk/ank)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
19 Juli 2019: Wafatnya Arswendo Atmowiloto, Jurnalis dan Penulis Ternama Indonesia
19 Juli 2019: Wafatnya Arswendo Atmowiloto, Jurnalis dan Penulis Ternama Indonesia

Kisah hidupnya penuh warna. Punya setumpuk karya dan juga kontroversi.

Baca Selengkapnya
Sosok Amir Hamzah, Sastrawan Asal Langkat Bergelar Pahlawan Nasional
Sosok Amir Hamzah, Sastrawan Asal Langkat Bergelar Pahlawan Nasional

Sosok Amir Hamzah, sastrawan asal Langkat dengan segudang karyanya dan dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok AA Navis, Penyair Asal Minang yang Tanggal Lahirnya Dijadikan Perayaan Internasional
Mengenal Sosok AA Navis, Penyair Asal Minang yang Tanggal Lahirnya Dijadikan Perayaan Internasional

Salah satu nama seniman Indonesia berdarah Minang terpampang di perayaan Internasional pada keputusan UNESCO baru-baru ini.

Baca Selengkapnya
10 Novel Paling Bagus di Indonesia, Ada yang Pernah Kamu Baca?
10 Novel Paling Bagus di Indonesia, Ada yang Pernah Kamu Baca?

Menyajikan hiburan sesuai selera dan kebutuhan emosional, 10 novel terbaik Indonesia ini direkomendasikan untuk dinikmati.

Baca Selengkapnya
Mengenang Dja Endar Moeda Harahap, Pelopor Pers di Indonesia asal Padang Sidempuan
Mengenang Dja Endar Moeda Harahap, Pelopor Pers di Indonesia asal Padang Sidempuan

Berkat kontribusinya di dunia pers, nama Dja Endar Moeda selalu dikenang dan menjadi sosok penting dalam profesi jurnalistik Indonesia.

Baca Selengkapnya
Sosok Teuku Iskandar, Pencatat Peradaban Aceh dan Melayu Pencipta Kamus Dewan
Sosok Teuku Iskandar, Pencatat Peradaban Aceh dan Melayu Pencipta Kamus Dewan

Iskandar adalah seorang guru besar, kritikus sastra, dan juga leksikografer yang menempuh pendidikan di Universitas Leiden.

Baca Selengkapnya
Penulis Novel Laris Tahun 70-an, Marga T Meninggal Dunia di Usia 80
Penulis Novel Laris Tahun 70-an, Marga T Meninggal Dunia di Usia 80

Marga T mengembuskan napas terakhir tepat pada peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78, 17 Agustus 2023.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok Djamaluddin Adinegoro, Jurnalis dan Sastrawan Kawakan Indonesia Asal Sumatra Barat
Mengenal Sosok Djamaluddin Adinegoro, Jurnalis dan Sastrawan Kawakan Indonesia Asal Sumatra Barat

Namanya semakin terkenal ketika ia membuat novel berjudul Asmara Jaya dan Darah Muda.

Baca Selengkapnya
UNESCO Tetapkan Hari Lahir A.A. Navis dan Malahayati sebagai Hari Perayaan Internasional
UNESCO Tetapkan Hari Lahir A.A. Navis dan Malahayati sebagai Hari Perayaan Internasional

Keputusan ini diambil pada akhir Sidang Umum ke-42 UNESCO yang berlangsung di Paris, Prancis pada 22 November 2023.

Baca Selengkapnya
Contoh Puisi Cinta Tanah Air Karya Penyair Terkenal yang Menyentuh Hati
Contoh Puisi Cinta Tanah Air Karya Penyair Terkenal yang Menyentuh Hati

Kumpulan puisi cinta tanah air karya penyair-penyair ternama.

Baca Selengkapnya
Nama Sastrawan Marah Roesli Diabadikan Sebagai Nama Jalan di Kota Padang
Nama Sastrawan Marah Roesli Diabadikan Sebagai Nama Jalan di Kota Padang

Sastrawan Marah Roesli terkenal dengan karyanya Siti Nurbaya

Baca Selengkapnya