Pilu Keluarga di Ligung Tinggal di Gubuk Batu Bata, Cuma Pegang Uang Rp20 Ribu Sehari
Merdeka.com - Kisah pilu datang dari keluarga Muhammad Fuaidin yang harus tinggal dalam gubuk penampung batu bata di Blok Loji, Desa Ligung, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Mereka terpaksa hidup di tengah himpitan ekonomi. Keluarga mereka hanya memiliki penghasilan sebesar Rp20 ribu per hari.
Kondisi tempat tinggal keluarga Fuaidin ini tampak sangat tidak layak. Bangunan tersebut dibuat ala kadarnya dari rangka kayu rapuh, terpal lusuh serta beberapa bilik yang sudah tak mampu melindungi dari cuaca di luar.
"Kehidupannya begini aja, kerja serabutan, anak juga sekolah," kata pria kelahiran Bima, Nusa Tenggara Barat, 36 tahun silam itu, dikutip dari YouTube Liputan6 SCTV.
-
Bagaimana keluarga Muhanah bertahan hidup? Untuk bertahan hidup, mereka hanya bisa mengandalkan hasil pertanian yang tidak seberapa. Itupun, lahan yang digarap merupakan milik orang lain.
-
Mengapa keluarga Muhanah kesulitan memperbaiki rumahnya? Karena ekonomi yang sulit, ia bersama suami tak bisa berbuat banyak dan menanti uluran tangan pihak terkait.
-
Apa kondisi rumah keluarga Muhanah? Agar tetap berdiri, rumah ini bahkan sampai harus disangga tiang kayu karena hampir roboh.
-
Bagaimana warga Desa Kedung Glatik mencari nafkah? Ia mengatakan, warga setempat menggantungkan perekonomian pada hasil hutan.
-
Di mana keluarga Muhanah tinggal? Kondisi rumah Muhanah di Kampung Sampai Kidul, Desa Sukadana, Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak, Banten, amat memprihatinkan.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
Penghasilan Rp20 Ribu dan Belum Pernah Dapat Bantuan Covid-19
©2022 YouTube Liputan6 SCTV/ Merdeka.com
Sehari-hari, Fuaidin hanya bekerja seadanya alias serabutan. Penghasilannya hanya cukup untuk makan bersama keluarganya selama satu hari itu.
Keluarga Fuaidin menempati gubuk reot itu mengaku belum pernah mendapat bantuan sosial di masa pandemi Covid-19 ini.
"Untuk uang si ya segitu, Rp20 ribu, cuma bisa buat makan satu hari itu (bersama keluarga)," katanya.
Menempati Gubuk Orang
©2022 YouTube Liputan6 SCTV/ Merdeka.com
Sementara itu, sang pemilik tempat, Jaja Suharja mengatakan bahwa ia merelakan tempatnya digunakan, karena keluarga tersebut tidak memiliki tempat tinggal.
"Jadi berhubung keadaannya seperti itu, akhirnya ditempati di sana sama keluarganya. Di sini juga mereka tidak punya tempat tinggal," terang Jaja.
Sebelumnya, Jaja memfungsikan gubuk sebagai tempat penyimpanan batu bata yang sudah kering.
"Dulunya ini memang tempat penyimpanan batu bata kering, dan bukan untuk tempat tinggal, sehingga terpaksa tinggal di gubuk batu bata ini," lanjutnya.
Berada di Tengah Kebun Bambu dan Areal Pemakaman
Sebelumnya Fuaidin sempat mengontrak, namun dengan kondisi ekonomi yang kian terhimpit, akhirnya memutuskan menempati bangunan semi permanen yang berada di tengah kebun bambu dan dekat area pemakaman itu.
Saat hujan, kondisi gubuk itu makin mengkhawatirkan karena berlantai tanah. Selain becek, jika bocor di banyak tempat, ia dan keluarganya harus mengungsi.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, selain bekerja serabutan, sehari-hari ia membuat batu bata merah. Namun, akhir-akhir ini sedang sepi. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
Baca SelengkapnyaSehari-hari, mereka bekerja sebagai buruh tani. Penghasilan harian kecil kadang tak dapat sama sekali
Baca SelengkapnyaUntuk bertahan hidup, kakek Samudi hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.
Baca SelengkapnyaKakek Sanusi kini hanya mengandalkan pemberian tetangga untuk sekedar makan dan bertahan hidup.
Baca SelengkapnyaImas, ibu dari dua anak di kampung Bandung Barat membocorkan berapa biaya hidup dalam satu bulan saat hidup di kampung.
Baca SelengkapnyaHanya dapat 15 ribu rupiah sehari dan harus nafkahi lima orang anak, perjuangan pria ini bikin haru.
Baca SelengkapnyaKisah ibu pemulung dan lima anaknya ini viral. Mereka anya ingin makan ayam saat ditawari.
Baca SelengkapnyaKondisi rumah Idris rapuh. Atapnya terbuat dari daun rumbia yang hampir hancur, dinding anyaman bambunya juga berlubang dan penuh rongga. Ia butuh bantuan.
Baca SelengkapnyaDi tengah kelumpuhan yang dialami, pria malang itu rela berjuang demi bertahan hidup dan mencari rezeki.
Baca SelengkapnyaWarga Kampung Cilawang, Bandung Barat dan Kampung Buyuh Topeng, Majalengka harus minum dari penampungan air hujan.
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaSejumlah serikat buruh di Yogyakarta memperingati Hari Buruh atau May Day
Baca Selengkapnya