3 Fakta Kemunculan Gelembung Besar di Selat Sunda yang Ramai Dibicarakan
Merdeka.com - Beberapa waktu belakangan masyarakat pengguna media sosial dihebohkan dengan misteri kemunculan gelembung besar di Selat Sunda. Wilayah perbatasan antara Sumatera dengan Jawa (Provinsi Banten).
Dilansir dari dream.co.id, gelembung besar tersebut pertama kali ditemukan BKSDA Bengkulu Lampung saat menjalankan aktivitas patroli di sekitar Cagar Alam Kepulauan Krakatau.
Kemunculan gelembung besar juga dikaitkan dengan dugaan akan memunculkan gelombang Tsunami sehingga menggemparkan para pengguna sosial media.
-
Kapan Gunung Krakatau meletus? Letusan dahsyat Gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883.
-
Siapa yang mengklarifikasi kabar tsunami? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam memberikan klarifikasi bahwa kabar adanya tsunami yang terjadi di Kota Batam dan Tanjungpinang pada Selasa (17/9), adalah kabar bohong atau hoaks.
-
Bagaimana gelombang raksasa bisa terbentuk? Dalam sebuah dokumenter Channel 5 berjudul 'The Bermuda Triangle Enigma,' ilmuwan dari University of Southampton, Simon Boxall, menjelaskan bahwa kondisi di Segitiga Bermuda memungkinkan terbentuknya gelombang raksasa setinggi 30 meter, mirip dengan tsunami setinggi 100 kaki yang terjadi di Teluk Lituya, Alaska pada tahun 1958.
-
Bagaimana BMKG memetakan area gelombang tinggi? BMKG juga telah memetakan sejumlah area yang dianggap rawan gelombang tinggi di kawasan tersebut. Area yang berpotensi rawan gelombang tinggi Menurut Tatang, daerah tersebut berada di sisi barat, mulai dari Pantai Anyer, Carita, Labuan, Panimbang, Cikeusik, Sumur, dan Ujung Kulon.
-
Apa saja dampak gempa Bandung? Akibat kejadian ini, sejumlah bangunan rumah dan sekolah di wilayah Pangalengan hingga Kabupaten Garut rusak parah bahkan hancur. Berikut potret dampaknya.
-
Dimana gempa Bandung terjadi? Gempa bumi berkekuatan 4,9 magnitudo melanda wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat dan sekitarnya pada Rabu (18/09).
Kemunculan video gelembung tersebut pertama kali diunggah oleh akun sosial media @krakatau_ca_cal, dan langsung mendapat banyak komentar dari warganet.
Merupakan Aktivitas Vulkanik Bawah Laut
Akun Instagram @krakatau_ca_cal 2020 Merdeka.com
Dilansir dari Liputan6 dijelaskan oleh Daryono, selaku Kabid Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG pada Rabu (1/4/2020) mengatakan jika kemunculan gelembung berukuran besar di zona gunung api bawah laut merupakan suatu hal yang biasa dan wajar terjadi.
Hal tersebut menandakan akan adanya aktivitas vulkanisme dibawah laut, selain itu dugaan kuat merupakan aktivitas vulkanisme adalah suhu air yang menjadi hangat mengingat lokasi tersebut berada tidak jauh dari gunung anak Krakatau.
"Aktivitas vulkanisme bawah laut, gunung api aktif biasa seperti itu," ungkap Daryono.
Pasca Letusan Anak Krakatau
Akun Instagram @krakatau_ca_cal 2020 Merdeka.com
Daryono juga menjelaskan jika kemungkinan bisa dari efek letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) yang terakhir erupsi terjadi pada Maret 2020. Berdasarkan aplikasi resmi Kementerian Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), tertulis getarannya terekam melalui alat seismograf di pos pantau Pasauran, Kabupaten Serang, Banten. Erupsi terjadi pada Rabu, 18 Maret 2020 yang lalu, sekitar pukul 12.42 WIB.
Pantauan CCTV Lava93 terlihat kala itu ketinggian kolom abu mencapai 300 meter. Abu vulkanik Gunung Anak Krakatau berwarna putih kelabu tebal.
Tidak Ada Kaitannya dengan Pertanda Khusus Apapun
Merespon dari beragam tanggapan warga pengguna sosial media yang merasa panik dan takut akan kejadian tersebut, Daryono pun menegaskan jika kemunculan gelembung besar tersebut tidak ada hubungannya sama sekali dengan prediksi datangnya gempa atau tsunami.
Hal itu merupakan gejala aktivitas bawah laut biasa. Aktivitas seperti itu bisa terjadi karna berada dikawasan gunung berapi yang kerap memunculkan gas. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bahkan menurut BMKG, potensi terjadinya megathrust hanya tinggal menunggu waktu saja.
Baca SelengkapnyaTerdapat 15 titik di Selat Sunda yang perlu diwaspadai terkait potensi munculnya gelombang tinggi.
Baca SelengkapnyaKepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan potensi terjadinya di gempa megathrust di Indonesia sangat bisa saja terjadi
Baca SelengkapnyaContohnya pernah terjadi pada tahun 2000 di Pulau Sumatera hingga tahun 2007 dengan range 7,9 Skala Ritcher (SR) sampai dengan paling besar 9,2 SR.
Baca SelengkapnyaMengingat potensi bahaya yang ditimbulkannya, penting bagi negara-negara yang berada di zona rawan megathrust untuk mempersiapkan diri dengan baik.
Baca SelengkapnyaMakna kalimat tinggal menunggu waktu muncul lantaran Selat Sunda dan Mentawai-Siberut memang dalam kondisi geografis yang dapat memicu gempa besar.
Baca SelengkapnyaKetahui zona wilayah megathrust di Indonesia yang berpotensi terjadinya gempa bumi serta Tsunami berskala besar.
Baca SelengkapnyaDaryono mengatakan, gempa besar pada dua megathrust di Indonesia tinggal menunggu waktu.
Baca SelengkapnyaBMKG mengimbau masyarakat untuk selalu waspada terutama bagi nelayan yang beraktivitas di laut pada malam hari.
Baca SelengkapnyaPenting bagi masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mempersiapkan langkah-langkah mitigasi untuk mengurangi dampak dari gempa megathrust.
Baca SelengkapnyaBMKG saat ini terus mengkaji beberapa potensi sesar aktif yang ada di Sumedang.
Baca SelengkapnyaBMKG menjelaskan, penyebab gelombang tinggi di perairan Bali karena suhu muka laut di sekitar wilayah Bali umumnya berkisar antara 26-31 celcius.
Baca Selengkapnya