Rela Berlayar 2 Hari 2 Malam, Warga Cirebon Ini Nekat Mudik Hindari Penyekatan
Merdeka.com - Di tengah penerapan larangan mudik, membuat sejumlah warga pesisir Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon nekat pulang kampung dari Jakarta dengan memanfaatkan jalur laut. Dalam perjalanannya, mereka harus menempuh waktu selama dua hari dua malam.
Seperti dilaporkan di kanal Youtube Nama Disematkan Selasa (27/4) kemarin, para nelayan rajungan (kepiting) itu melakukan pelayaran bersama sekitar dua puluh rombongan.
“Sabtu malam berangkat dari Jakarta, baru sampai Mundu Senin,” ujar Hasan Basri, salah seorang nelayan yang nekat mudik.
-
Kenapa orang mudik? Momentum Lebaran dipandang baik untuk merajut silaturrahim dengan sanak saudara membuat tradisi mudik awet hingga kini.
-
Bagaimana cara mudik? Meski tak direkomendasikan, mudik naik motor masih dilakukan warga. Mudik dengan sepeda motor masih dipilih masyakarat meski dari segi keselamatan sangat berbahaya. Biasanya, pemudik naik motor karena tidak dapat tiket angkutan atau kampung halamannya tidak terlalu jauh.
-
Kapan orang mudik? Mudik merupakan tradisi pulang kampung yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia menjelang Hari Lebaran.
-
Siapa yang mudik? Tahun ini, diprediksi 123 juta orang akan melakukan perjalanan mudik.
-
Kenapa orang mudik saat Lebaran? Pantun ini seringkali menyiratkan makna tentang kebersamaan, kerinduan, serta harapan untuk bertemu kembali dengan keluarga tercinta di kampung halaman.
-
Kenapa orang mudik saat lebaran? Mudik merupakan tradisi pulang kampung yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia menjelang Hari Lebaran. Biasanya, mereka yang hidup di perkotaan akan kembali ke kampung halaman dan berkumpul bersama keluarga.
Tak Berani Menggunakan Bus
Dalam kesempatan itu, Hasan menerangkan jika biasanya mereka mudik Jakarta – Cirebon dengan menggunakan bus. Namun diberlakukannya aturan larangan mudik membuat mereka memilih jalur laut agar tidak diarahkan putar balik.
“Biasanya pulang pakai bus, cuma karena ada penyekatan kami takut disuruh balik lagi. Jadi terpaksa saya bersama rombongan pulang bawa perahu dari Jakarta,” ungkap Hasan.
Berisiko Tinggi dan Tak Murah
Perjalanan laut memiliki risiko lebih tinggi, ditambah kondisi cuaca di laut yang tak menentu. Faktor itulah yang membuat perjalanan Hasan bersama rombongan harus ditempuh cukup lama, yakni dua hari dua malam.
“Kalau berlayar jarak jauh seperti ini baiknya dilakukan secara berkelompok, karena khawatir cuaca di laut tidak menentu. Itupun tidak berhenti,” katanya.
Terkait biaya, Hasan menambahkan jika menggunakan jalur laut biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar. Ia merincikan jika solar yang dihabiskan untuk jarak tempuh Jakarta – Cirebon adalah 100 liter atau seharga Rp800 ribu. Untuk kebutuhan logistik di perahu juga memakan anggaran.
Tak Semuanya Ikut Mudik
Sementara itu, tidak semua nelayan yang melakukan perjalanan bersama Hasan menyebutnya dengan mudik. Menurut salah seorang nelayan, Ardila, perjalanan panjangnya itu memang sengaja dilakukan mengingat tangkapan hasil laut di perairan Jakarta menurun.
Ketiadaan tangkapan tersebut membuat ia bersama sejumlah nelayan lain memilih pulang ke kampung nelayan di pesisir Mundu.
“Ngga mudik, Cuma kita biasanya nyari ikan di sana dan kebetulan sedang kosong, sehingga kami memilih pulang,” papar Ardila, dikutip dari kanal Youtube Cirebon Bribin.
Memanfaatkan Patok di Tengah Laut
©2021 Kanal youtube Hobi Hewan/editorial Merdeka.com
Selama melakukan perjalanan kurang lebih dua hari tersebut, Hasan, Ardila dan rombongan lain tidak memiliki jalur khusus. Menurut Ardila, ia hanya memanfaatkan tiang-tiang patok dari Pertamina yang terpasang di sepanjang rute laut yang dilalui.
“Ya kita memang tidak melalui jalur khusus apapun, jalur laut kan luas. Paling kita lihat patok-patok saja yang ada di laut,” pungkasnya.
(mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
H-6 Antrean Lebaran, Truk Menuju Pelabuhan Pelindo Ciwandan Sudah Macet sampai 2 Kilometer
Baca SelengkapnyaPria ini pun kembali melakukan sujud syukur usai menginjakkan kaki di tanah Lampung sebelum melanjutkan perjalanan ke Jambi.
Baca SelengkapnyaMengantre berjam-jam untuk menaiki kapal penyeberangan menuju Sumatera membuat pemudik kelelahan, terutama anak-anak.
Baca SelengkapnyaTak hanya pemudik bermobil, ribuan pemudik pejalan kaki juga memadati Pelabuhan Merak pada puncak arus mudik Lebaran 2024.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan warga Lampung yang harus melewati ombak pantai dengan menggunakan motor demi bisa pulang ke rumah usai belanja di pasar.
Baca SelengkapnyaPemudik Bermotor dapat Pengawalan Polisi dari Pelabuhan Merak hingga ke Tangerang
Baca SelengkapnyaPotret kehidupan nelayan di tengah laut saat mencari ikan. Terombang-ambing saat hujan badai.
Baca SelengkapnyaKapal yang diperbantukan mengangkut pemudik ke Pulau Raas Madura, tidak ditarik tiket atau gratis
Baca SelengkapnyaBanyak para pemudik harus rela terjebak antrean panjang hingga berjam jam untuk bisa menyeberang ke Pelabuhan Bakauheni.
Baca SelengkapnyaTotal kapal yang beroperasi dari Pelabuhan Merak menuju Bakauheni sebanyak 39 kapal dengan 112 perjalanan.
Baca SelengkapnyaKepadatan terjadi di Pelabuhan Ciwandan pada hari pertama puncak arus mudik Lebaran 2024.
Baca SelengkapnyaKRI Banda Aceh-593 yang belayar dari Surabaya, Jawa Timur, dan Semarang, Jawa Tengah, itu membawa 810 pemudik serta 181 unit sepeda motor.
Baca Selengkapnya