Selalu Ramai saat Lebaran, Ini Sejarah Nama Pasar Tanah Abang di Jakarta
Merdeka.com - Hari raya Idulfitri tinggal menghitung hari. Biasanya masyarakat akan memadati sejumlah pusat perbelanjaan untuk melengkapi kebutuhan Lebaran, salah satunya di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Tempat perbelanjaan yang tersohor sebagai pusat sandang ibu kota itu memang selalu jadi pilihan masyarakat, mengingat harga yang ditawarkan terkenal murah.
Pasar Tanah Abang ternyata juga menyimpan fakta hingga sejarah yang unik, khususnya pada penamaan pasar yang dikisahkan diberikan oleh kalangan orang Jawa.
-
Apa yang unik dari Pasar Tambak? Pasar ini terbilang unik karena hanya muncul setahun sekali.
-
Dimana Pasar Jawa berada? Pagi itu mereka mengunjungi Saoenah Markt. Orang-orang lebih mengenal tempat itu sebagai Pasar Jawa. Banyak warga Suriname keturunan Jawa yang berjualan di pasar itu.
-
Apa itu Pasar Baru? Pasar Baru menjadi salah satu landmark utama di Jakarta. Dahulu, tempat ini juga menjadi pusat perbelanjaan tertua sejak 1820.
-
Kenapa Pasar Gede disebut bangunan cagar budaya? Demi menjaga keunikan pasar, bangunan itu ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya.
-
Apa keunikan dari Pasar Ngatpaingan? Keunikan pasar ini terletak pada konsepnya yang menyajikan suasana tempo doeloe.
-
Apa yang membuat Pasar Tanah Abang ramai? Para penjual khususnya pakaian muslim bisa meraup omzet sampai puluhan juta perhari selama bulan Ramadan
Seperti apa kisah unik dari pusat sandang terbesar di Asia Tenggara tersebut? Berikut kisah uniknya sebagaimana merdeka lansir dari berbagai sumber.
Sudah Ada Sejak Tahun 1700-an
Dilansir dari laman resmi Pemprov DKI Jakarta, Pasar Tanah Abang sudah berdiri sejak tahun 1700-an.
Saat itu, Pasar Tanah Abang dikenal dengan nama Pasar Sabtu. Kios-kios di Pasar Sabtu awalnya dibangun oleh tuan tanah Yustinus Vinck pada 30 Agustus 1735. Keberadaan pasar ini mampu menyaingi Pasar Senen yang lebih dulu terkenal.
Kepopuleran Pasar Sabtu kian meroket setelah Pemerintah Hindia Belanda membangun Stasiun Tanah Abang yang pertama kali dioperasikan pada 1 Oktober 1899.
Ramainya Pasar Tanah Abang juga ditunjang dengan dibangunnya fasilitas keagamaan yakni Masjid Al Makmur dan Klenteng Hok Tek Tjen Sien yang seusia dengan pasar tersebut.
Sempat Menjadi Pasar Hewan dan Terminal
Sebelum dijadikan sebagai lokasi perbelanjaan modern oleh Yustinus Vinck, lokasi tersebut mulanya merupakan pasar hewan.
Sejumlah hewan ternak pun dijajakan warga Jakarta, namun yang paling populer adalah kambing.
“Dahulu Tanah Abang adalah tempat berjualan kambing, yang kemudian dipugar total menjadi bangunan modern. Kawasan Tanah Abang yang dahulu memiliki terminal bus dan selalu dipadati kendaraan itu memang mempunyai sejarah yang panjang, usianya sudah ratusan tahun,” tulis Zaenuddin HM dalam buku karyanya berjudul 212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe.
Asal Usul Nama
Sultan Agung Mataram
©2021 wikipedia/ editorial Merdeka.com
Berdasarkan buku tersebut, penamaan Pasar Tanah Abang berasal dari pemberian orang Jawa.
Saat itu, di tahun 1628 Kota Batavia diserang oleh pasukan dari Mataram. Serangannya sendiri dipusatkan di selatan Batavia, yakni kawasan yang saat ini menjadi bangunan pasar.
Para pasukan Mataram kemudian mendirikan markas di sana karena lokasi tersebut memiliki beberapa faktor pendukung seperti tanah berbukit dan kawasan rawa-rawa termasuk sungai (yang kemudian dinamai kali Krukut).
Karena tanahnya yang merah, maka mereka menyebutnya ‘tanah abang’ yang dalam bahasa Jawa berarti Tanah Merah.
Versi Lain Nama Tanah Abang
Namun demikian, terdapat dua versi lain terkait penamaan Pasar Tanah Abang.
Ada versi yang menyebutkan jika pemberian nama Tanah Abang berasal dari penyebutan warga setempat yang lebih mengenal kawasan tersebut dengan nama Nabang di abad ke-19.
Dengan lokasi yang menjadi sebuah terminal, para kondektur kerap mengajak penumpang “Nyok ke Nabang,, Nyok ke Nabang”.
Sampai frasa penyebutan diubah oleh Belanda, dengan penulisan formal ‘De’. Sejak saat itu menjadi De Nabang, yang dimudahkan penyebutannya menjadi Tenabang sebagai plesetan Denabang.
Dipopulerkan Oleh Panglima China
Versi lainnya soal penamaan Tanah Abang berawal dari dua orang kakak beradik yang tak memiliki rumah.
Saat itu mereka tinggal di kawasan tersebut sebelum didirikan pasar maupun terminal.
Karena sang adik tak memiliki rumah, ia pun meminta kakaknya untuk mendirikan rumah karena menganggap tanah itu milik abangnya (kakaknya).
Sejak saat itu tanah tersebut lebih populer dengan nama Tanah Abang.
Selain itu, nama Tanah Abang turut dipopulerkan oleh kapten China bernama Phoa Bhingam. Ia sempat meminta persetujuan Pemerintah Hindia Belanda untuk membuat terusan di lokasi tersebut pada tahun 1648.
Selalu Menimbulkan Keramaian
Kerumunan Pasar Tanah Abang di tengah masa Pandemi Covid-19
©2021 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho
Pasar Tanah Abang memang selalu menjadi primadona warga Jakarta maupun daerah lain untuk berbelanja. Tak heran jika menjelang Lebaran, Pasar Tanah Abang selalu diserbu pembeli.
Sayangnya di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang, pengunjung tetap berkerumun hingga mengabaikan protokol kesehatan.
Dilansir dari Liputan6, dalam kunjungan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 2 Mei 2021 lalu, jumlah pengunjung Pasar Tanah Abang terus meningkat.
Bahkan disebutkan jika jumlah pembeli di tanggal itu tercatat hingga 100 ribuan orang, yang mana satu hari sebelumnya hanya tercatat 87 ribu orang.
Hal tersebut lantas menimbulkan sorotan di kalangan masyarakat, mengingat potensi penyebaran Covid-19 masih cukup tinggi. Berkaca dari kasus tersebut, Anies Baswedan pun akan mengkaji perubahan waktu operasional Pasar Tanah Abang, demi menurunkan tingkat keramaian. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Warga menyerbu Pasar Tanah Abang untuk berbelanja kebutuhan lebaran. Di sana mereka bisa memilih dan mencari ragam busana lebaran.
Baca SelengkapnyaPenuh pohon rindang dan jalanan sepi, begini potret lawas suasana di Tanah Abang sebelum tahun 1863.
Baca SelengkapnyaPasar Benhil selalu jadi daya tarik para pemburu takjil. Menu yang ditawarkan juga lengkap. Kisahnya dimulai pada tahun 1970-an.
Baca SelengkapnyaDi pasar itu, penduduk lokal menjual hasil sayur dengan harga murah. Banyak pula yang menjual beragam tanaman hias.
Baca SelengkapnyaDulunya Pekan Raya Jakarta merupakan acara untuk memperingati hari kelahiran Ratu Belanda.
Baca SelengkapnyaTakjil menjadi salah satu bagian yang paling identik dengan bulan puasa saat Ramadan.
Baca SelengkapnyaPasar Baru menjadi salah satu landmark utama di Jakarta. Dahulu, tempat ini juga menjadi pusat perbelanjaan tertua sejak 1820.
Baca SelengkapnyaDari Si Pitung sampai pasar bunga terbesar se Asia Tenggara jadi hal yang identik di Rawa Belong Jakarta Barat
Baca SelengkapnyaNuansa Imlek sudah terasa di area Pasar Lama Kota Tangerang. Pernak pernik sampai kuliner khas peranakan tersaji lengkap di sini.
Baca SelengkapnyaJika kebanyakan gang menggunakan nama seorang pahlawan atau buah, namun jalan kecil yang satu ini dikenal dengan nama Gang Tai.
Baca SelengkapnyaSehari jelang perayaan Idulfitri 1445 H, umat muslim semakin ramai berburu bunga hias di Pasar Rawa Belong.
Baca Selengkapnya