Tak Punya Gadget, Begini Kisah Siswa MI di Lebak yang Terpaksa Belajar di Rumah Guru
Merdeka.com - Satu tahun pelaksanaan belajar daring di rumah akibat pandemi Covid-19. Rupanya kondisi ini masih belum bisa dirasakan maksimal oleh sejumlah murid dan guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri, MIN 1 (setara sekolah dasar) pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Menurut Kepala MIN 1 Lebak Pipin Bahyudin, tidak optimalnya pelaksanaan sekolah di rumah tersebut akibat banyak dari kalangan siswanya yang tidak memiliki perangkat penunjang seperti Android dan laptop.
"Proses pembelajaran di rumah guru itu karena siswa di sini kebanyakan tidak memiliki laptop dan gadget Android," terang Pipin, Selasa (16/3), seperti melansir dari ANTARA.
-
Kenapa sarana dan prasarana di Indonesia jadi penyebab rendahnya literasi? Salah satu penyebab utama rendahnya literasi di Indonesia adalah kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Banyak sekolah, terutama di daerah pedalaman dan terpencil, tidak memiliki perpustakaan atau akses terhadap bahan bacaan yang memadai.
-
Dimana sekolah bisa mendapatkan fasilitas modern? 'Sediakan fasilitas yang lengkap dan modern untuk menunjang proses belajar mengajar.'
-
Apa kaitan teknologi dan media pembelajaran? Kaitan Teknologi dan Media Pembelajaran Teknologi dan media pembelajaran adalah dua hal yang saling berkaitan dan berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Teknologi adalah penerapan ilmu pengetahuan untuk menciptakan, mengembangkan, dan memanfaatkan alat, metode, dan teknik yang dapat membantu dan memecahkan masalah dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan. Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber ke penerima. Media pembelajaran adalah media yang digunakan untuk mendukung, memfasilitasi, dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
-
Kenapa penggunaan gadget berlebihan berdampak buruk untuk otak anak? Penggunaan gadget oleh anak-anak dapat memiliki dampak pada tumbuh kembang otak mereka. Meskipun beberapa aplikasi dan konten digital dapat memberikan nilai pendidikan, terlalu banyak paparan pada gadget atau penggunaan yang tidak terkontrol dapat berpotensi menyebabkan beberapa dampak negatif pada perkembangan otak anak.
-
Kenapa warga Lebak kekurangan air bersih? Memasuki musim kemarau, sejumlah wilayah di Banten mulai mengalami kesulitan air bersih. Di Kabupaten Lebak misalnya, warga sekitar terpaksa memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan mencuci pakaian hingga air minum.
-
Bagaimana penggunaan gadget berlebihan mempengaruhi konsentrasi anak? Paparan yang berlebihan pada gadget dapat menyebabkan gangguan perhatian pada anak-anak. Mereka mungkin menjadi sulit berkonsentrasi pada tugas-tugas penting di dunia nyata karena kecanduan atau kebiasaan menggunakan gadget.
Warga Mengeluhkan Jaringan Internet
©2017 Merdeka.com
Dari hasil supervisi yang dilakukan pihak sekolah di lapangan, kebanyakan para orang tua murid menolak pembelajaran via daring lantaran keterbatasan sinyal telekomunikasi di wilayahnya.
Sehingga pembelajaran pun terpaksa dilaksanakan di rumah tenaga pengajar, dengan melakukan pembatasan 10-15 siswa per kelas yang datang.
Pipin mengungkapkan, jika sebenarnya kegiatan belajar mengajar di rumah guru secara tatap muka tersebut justru lebih efektif. Terlebih dari hasil penilaian para siswa diketahui melaksanakan pembelajaran secara penuh.
"Kami melihat pembelajaran di rumah di tengah pandemi COVID-19 itu cukup efektif dan siswa belajar penuh," ungkapnya sembari menjelaskan.
Dilakukan Secara Konvensional
Kemudian menurut Pipin, pelaksanaan pembelajaran tersebut dilakukan secara konvensional dengan mengandalkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Jumlah siswa di MIN 1 Lebak sendiri saat ini tercatat sebanyak 300 siswa, dengan total tenaga pengajar sebanyak 32 orang. Mereka memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya sehingga tetap mengadakan pembelajaran dari rumah mereka.
"Pembelajaran di rumah guru itu dilengkapi papan tulis serta buku pelajaran," tambah Pipin
Orang Tua Bersama Anak Rela Menempuh Perjalanan 1,5 KM
Berdasarkan hasil pantauan, setiap harinya sebagian siswa tersebut harus menempuh jalan kurang lebih sejauh 1,5 kilometer bersama orang tua untuk belajar di rumah para tenaga pendidik.
Munawaroh (40), salah seorang wali murid asal Leuwidamar mengaku senang mendampingi anaknya dalam mengikuti pembelajaran di rumah guru dibandingkan secara daring dari rumah.
Menurutnya pembelajaran di rumah via daring sangat tidak efektif mengingat keterbatasan perangkat penunjang yang dimiliki seperti Android dan laptop, terlebih anaknya yang masih duduk di kelas 1 MIN itu belum bisa membaca dan menulis.
"Kami datang ke rumah guru dengan jarak tempuh 1,5 kilometer bersama anak untuk belajar di sini," ucap Munawaroh kepada wartawan.
Membentuk Sistem Belajar Secara Berkelompok
Menanggapi keadaan tersebut, Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kementerian Agama Kabupaten Lebak, Ahmad Firdaus mengatakan jika pihaknya terus berupaya untuk memaksimalkan kegiatan sekolah di masa pandemi seperti sekarang.
Kendati pelaksanaan sekolah daring dinilai tak efektif, pihaknya saat ini tengah fokus mengembangkan pembelajaran sistem berkelompok yang disediakan guru maupun orang tua murid, dengan didatangi oleh para tenaga pengajar dari jenjang MI, MTs dan MA.
“Kami berharap pembelajaran berkelompok dapat meningkatkan prestasi akademik di tengah pandemi Covid-19," katanya menjelaskan.
Langkah tersebut diharapkan bisa membantu, mengingat penerapan belajar daring banyak menemui kendala karena sebagian besar siswa tidak memiliki gadget (Android).
Selain itu, mereka juga merasa sangat keberatan jika harus membeli kuota, terutama siswa dari latar belakang ekonomi rendah. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kondisi seperti ini sudah terjadi sejak 2014, karena kursi dan meja sudah rapuh.
Baca SelengkapnyaTidak ada bangku membuat para siswa harus duduk di lantai dan menunduk saat menulis materi pelajaran.
Baca SelengkapnyaKegiatan belajar mengajar (KBM) tanpa meja kursi di sekolah itu sudah berlangsung lebih dari dua tahun.
Baca SelengkapnyaKondisi bangunan bekas WC itu tak layak pakai. Jauh dari standar sekolah seperti biasanya.
Baca SelengkapnyaGuru dan murid sekolah di Palembang harus kembali menjalani pembelajaran jarak jauh gara-gara kabut asap karhutla yang tak kunjung teratasi.
Baca Selengkapnyakondisi bangunan ruang kelas sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Ikhlas Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaKarena kekurangan ruangan kelas sehingga harus digunakan bangunan yang tidak layak tersebut
Baca SelengkapnyaBeberapa sekolah kekurangan siswa. Namun kegiatan belajar mengajar tetap berjalan.
Baca SelengkapnyaSD Negeri 23 Lolong di Kota Padangkekurangan peserta didik. Sekolah itu hanya mendapatkan 2 siswa baru.
Baca SelengkapnyaGuru itu sedang mendampingi siswa-siswi yang akan mengikuti ujian berbasis komputer.
Baca SelengkapnyaSebanyak 18 siswa kelas 1 di SDN 02 Desa Tanjung, Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar, Riau belajar di ruangan bekas water closet (WC).
Baca SelengkapnyaSiswa SD Negeri Bugel Kulon Progo harus rela mengungsi ke rumah warga karena sekolahnya terdampak pembangunan JJLS.
Baca Selengkapnya