Viral Kampung di Subang Hanya Tersisa Satu Keluarga, Warga Setempat Ungkap Alasannya
Merdeka.com - Sebuah kampung yang berada di kawasan pegunungan biasanya menjadi incaran masyarakat perkotaan. Mereka kerap memilih tinggal dan menetap di sana, untuk mencari ketenangan terutama di masa tua.
Suasana yang teduh di antara limpahan hasil hutan dan sumber air melimpah membuat para penghuni kawasan pegunungan betah. Terlebih untuk terbebas dari hiruk pikuk kota, tinggal di kawasan tersebut menjadi pilihan tepat.
Namun hal yang berbeda justru terjadi di Kampung Palasari, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Di mana pemukiman yang asri dan subur justru ditinggalkan oleh seluruh warganya, hingga hanya menyisakan satu keluarga saja. Melansir YouTube Alman Mulyana Channel Kamis (28/10), berikut informasi selengkapnya.
-
Dimana kampung terpencil itu berada? Dusun Gunung Tengu merupakan sebuah perkampungan mati yang berada di tengah perkebunan kopi, lokasinya berada di Desa Sidoharjo, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung.
-
Dimana letak kampung terpencil ini? Dusun Jurang Sempu yang berada di Desa Dayakan, Kecamatan Badegan merupakan salah satu desa terpencil di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
-
Bagaimana warga di kampung itu? Selain memiliki pemandangan yang indah dengan hamparan rumput, warga di kampung tersebut dikenal ramah.
-
Apa penyebab Desa Alur Jambu ditinggalkan? Penyebab warga setempat berbondong-bondong meninggalkan desa tersebut karena kerap mendapat gangguan dari mahluk halus yang diduga penunggu dari wilayah desa tersebut.
-
Apa yang membuat kampung itu terbengkalai? Sementara rumah-rumah di sekeliling rumah Bu Wahyuti tampak terbengkalai. Bagian atap hingga dindingnya sudah dipenuhi tumbuhan merambat.
-
Kenapa Desa Kepucukan dikosongkan? Akibat tragedi ini, Desa Kepucukan dikosongkan dan warganya harus pindah ke tempat lain.
Kondisi Rumah yang Ditinggalkan Masih Terlihat Bagus
©2021 YouTube Alman Mulyana/Merdeka.com
Sebagaimana diungkap oleh kreator yang diketahui bernama Alman, suasana lokasi amat teduh dan cocok untuk bersantai. Rimbunnya pepohonan serta jalan setapak yang dicor semen membuat siapapun yang berkunjung ke Kampung Palasari betah berlama-lama.
Di lokasi turut terlihat jajaran rumah-rumah yang kebanyakan berkonsep panggung (rumah tradisional Sunda, Jawa Barat) dengan kondisi yang masih terlihat bagus.
“Jalan menuju kampung ini walaupun berada di tengah hutan ya, bagus. Dan ini juga rumah-rumah yang ditinggal sama warga, bagus tuh. Ini padahal buat ngadem di sini itu enak teman-teman” kata Alman, sambil menelusuri satu per satu rumah warga.
Tersedia Hasil Alam yang Melimpah
©2021 YouTube Alman Mulyana/Merdeka.com
Dalam kunjungannya ke kampung ‘mati’ itu, Alman mengatakan jika sebenarnya kondisi di sekitar amat subur dengan hasil hutan yang melimpah. Disebutkan jika di Kampung Palasari banyak tersedia pohon kawung (aren). Terdapat juga pohon papaya dengan kondisi yang sudah matang dan pohon buah lainnya
“Di sini sering hujan ya, padahal kalo di kota Subangnya mah panas gitu, Masya Allah. Di sini juga walau siang tidak terasa panas ya karena banyak pohon Kawung, di sebelah situ (menunjuk ke arah jurang) banyak pohon Papaya, pada matang ini, dan di ini ada pohon Durian (tapi tidak berbuah) sama Jeruk” terang Alman.
Melihat Kondisi dalam Rumah
©2021 YouTube Alman Mulyana/Merdeka.com
Ketika berkeliling Alman merasa penasaran dengan isi dalam rumah. Terlihat ada sebuah jendela yang terbuka. Tanpa berpikir, ia langsung mendatangi rumah panggung yang sebagian besar strukturnya terbuat dari kayu dan bilik bambu.
Saat ditengok, ternyata kondisi dalam rumah dipenuhi oleh beberapa barang perabotan. Tampak lemari kayu, drum plastik, sejumlah karung dan tampah bambu besar untuk menyimpan barang.
“Nah di situ ada jendela terbuka ya, kita coba lihat dan ternyata isinya seperti ini ya gaes” tutur Alman.
Alasan Warga Meninggalkan Perkampungan
Kondisi jalan yang terjal, ketiadaan listrik dan jauh dari akses pendidikan membuat warga meninggalkan Kampung Palasari ©2021 YouTube Alman Mulyana/Merdeka.com
Sebelum berkunjung ke kampung tersebut, Alman sempat berbincang-bincang dengan salah seorang warga setempat yang membuka warung di pinggir jalan utama sebelum masuk perkampungan.
Menurut Pak Udin, warga setempat, alasan warga Kampung Palasari pindah ke pinggiran kota Subang dikarenakan akses jalan utama menuju kampung yang berbatu dan tidak layak.
Bahkan warga hanya bisa melintas dengan menggunakan kendaraan tertentu, seperti motor trail. Selain itu penyebab lainnya adalah posisinya yang terletak jauh dari pusat pendidikan, membuat akses anak-anak menuju sekolah terhambat.
Belum lagi, kondisi Kampung Palasari yang gelap gulita saat malam karena belum tersentuh aliran listrik. Sayangnya, di video tersebut Alman tidak menemui satu keluarga yang tersisa di Kampung Palasari tanpa disebutkan alasannya.
“Kalau saya tau dari kang Sumpena (warga tersisa di sana) karena keterpinggiran, jadi anak-anak ke sekolah jauh, akses ke pasar juga jauh” kata dia.
“Karena memang di era sekarang memang sulit sekali ya hidup tanpa listrik, tanpa internet” sahut Alman (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bangunan sekolah hingga deretan rumah-rumah warga kini terpaksa kosong hingga mulai termakan usia.
Baca SelengkapnyaPara warga meninggalkan kampung itu sejak terjadi peristiwa longsor. Ditakutkan peristiwa serupa akan terjadi kembali.
Baca SelengkapnyaSaat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaAkses yang sulit membuat warga yang tinggal di sana sulit pergi ke mana-mana
Baca SelengkapnyaKampung Cihaur jadi daerah dengan kearifan lokal Sunda dan keramahan warganya yang masih kuat.
Baca SelengkapnyaJarak kampung itu menuju pusat desa mencapai 5-6 kilometer
Baca SelengkapnyaDi balik keasriannya, ada cerita kelam ketika puluhan rumah dibakar paksa oleh pemberontak. Dari 80 rumah yang ditinggali warga, kini tersisa hanya 10 bangunan.
Baca SelengkapnyaTak hanya penghuninya yang unik, kondisi alam dan pemandangan di sekitarnya juga mencuri perhatian.
Baca SelengkapnyaSuasana kampung di pagi hari cukup sepi. Yang terdengar nyaring hanyalah suara jangkrik.
Baca SelengkapnyaDulu Dusun Simonet merupakan kampung yang ramai. Tapi kini tak ada satupun warga yanga bermukim di sana.
Baca SelengkapnyaSetelah ditinggal warganya, kampung ini kemudian berganti nama menjadi Mojokoncot
Baca SelengkapnyaAda seorang warga kampung yang hilang dan keberadaannya belum diketahui hingga kini.
Baca Selengkapnya