Ahok: Saya bukan sok aplikasi, orang saja tak biasa sistem baru
Merdeka.com - Pemprov DKI Jakarta sudah menerapkan sejumlah sistem pengawasan PNS hingga penganggaran dengan mengandalkan teknologi. Semisal menyusun anggaran melalui ebudgeting, proses lelang proyek dengan e-katalog, hingga memantau kinerja lurah dan camat melalui aplikasi qlue.
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama pernah berucap, dia ingin membuat semua sistem di DKI Jakarta bisa diawasi warga. Sebab selama ini, banyak kecurangan yang tak diketahui warga sebagai penyumbang pendapatan daerah.
"Bukannya kita sok aplikasi," kata Ahok, sapaan Basuki, saat berbincang dengan merdeka.com di ruang kerjanya, di Balai Kota DKI Jakarta, pada Senin (30/5) kemarin.
-
Siapa ayah Ahok? Diketahui, pria kecil ini merupakan anak dari Indra Tjahaja Purnama dan Buniarti Ningsing keturunan Tionghoa .
-
Kenapa Ahok prihatin dengan korupsi? Ahok pun merasa prihatin dengan nasib generasi muda di masa mendatang.
-
Bagaimana Jokowi meminta kepala daerah mengelola anggaran? 'Fokus. Jangan sampai anggaran diecer-ecer ke dinas-dinas semuanya diberi skala prioritas enggak jelas. Ada kenaikan 10% semua diberi 10 persen. Enggak jelas prioritasnya yang mana,' kata Jokowi.
-
Siapa yang dianggap seperti anak sendiri oleh Ibu Ahok? Tuai Sorotan Momen tersebut Mendapat Sorotan Netizen: Pujian untuk Hubungan Akrab Puput dan Ibu Mertua yang Telah Menganggapnya Seperti Anak Sendiri.
-
Bagaimana cara anak buah Jokowi minta anggaran? Permintaan itu disampaikan dalam rapat kerja kementerian dan lembaga dengan DPR.
-
Bagaimana Ibu Ahok selalu tampil bersama keluarga? Tidak Hanya Itu: Mertua Puput Selalu Bergabung dalam Pemotretan Keluarga, Termasuk Momen Imlek dan Natal.
Ahok menceritakan, berbagai sistem berbasis eletronik yang dia terapkan ternyata menghasilkan satu yang positif. Di tataran PNS, seperti lurah dan camat, kualitas kerja mereka diklaimnya mulai membaik. Untuk diketahui, Ahok telah beberapa kali melantik ratusan lurah dan camat hasil lelang jabatan
"Secara keseluruh relatif lumayan, walaupun dalam tanda kutip mereka masih 'main'. Sekarang 60 persen lurah sudah penuhi syarat, dulu waktu kita masuk 20 persen. Yang lain belum (penuhi syarat) itu rata-rata usia tua, yang muda juga ada, makanya kita tes lagi," kata dia.
Namun, dia menyadari tak semua kebijakan yang dibikinnya disambut baik oleh PNS. Sebab, ribuan PNS ikut terkena dampak perampingan struktural.
"Pergolakan kita enggak bisa hindari, Januari 2015 mereka sudah bergolak, di belakang mereka sudah atur-atur mau hajar saya karena dari 8.015 jabatan struktural, saya buang 2.000 kita lantik 4.600. Nah sekarang kita pakai psikolog, kita lihat kelakuannya, kita harap bisa berubah" katanya.
Tak cuma PNS, sistem aplikasi yang dibuatnya belakangan mendapat protes dari RT/RW. Salah satunya penerapan sistem aplikasi qlue. Pada aplikasi ini warga dan bisa melapor ke lurah dan camat soal lingkungan sekitar.
"Kayak sekarang lurah mana yang respons PKL, kita tinggal cek, langsung keluar listnya, lurah mana yang paling rajin laporan," ungkapnya.
Dia mengaku kebingungan dengan protes petugas RT/RW yang balik protes karena membuat laporan pada aplikasi untuk dinilai memberatkan. Padahal, laporan itu bertujuan untuk memastikan lurah dan camat tak hanya duduk di balik meja melainkan memantau kondisi lingkungannya.
"RT/RW bukan struktur kita, enggak ada urusan kok, dulu bikin KTP dan KK harus nyambung ke RT/RW, sekarang enggak. Kita masih hargai RT, struktur negara enggak ada kok, tapi minta 1,2 juta sebulan. Kalau mau uang, harus ada pertanggungjawaban APBD, saya buat cara biar laporan enggak ngarang-ngarang, ya sudah lapor qlue, laporan RW Rp 12.500 dan RT Rp 10.000, tiga kali doang sehari, masa keluar depan rumah enggak bisa," jelas Ahok.
Dia menilai protes RT/RW berbau politis. Menurutnya, tak ada alasan merisaukan protes relawan RT/RW.
"Ini hanya orang enggak biasa saja ada sistem baru yang kami buat sebetulanya, merasa RT/RW berkuasa, mana ada berkuasa lagi, RT/RW kalau enggak mau kita potong saja, emang siapa si RT/RW. Kalau dia enggak mau qlue gampang kok, enggak usah kirim uang, sederhana," sambunya mantan bupati Belitung Timur itu.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pembuatan ribuan aplikasi instansi pemerintah menelan anggaran hingga Rp6,2 triliun.
Baca Selengkapnya"Pelayanan publik di Jakarta yang disampaikan Pak Anies yaitu 'JAKI' sebelumnya sudah dijalankan oleh Pak Ahok yakni: Qlue, ganti nama saja," kata Ima.
Baca SelengkapnyaSejumlah aplikasi buatan pemerintah daerah (Pemda) memakai nama nyeleneh viral di media sosial.
Baca Selengkapnya"Ada yang lebih dari 5.000 (aplikasi). Saya enggak nunjuk di kementerian mana. Saking kreatifnya," ujar Jokowi
Baca SelengkapnyaAhok berandai jika ditawari dan berkesempatan menempati jabatan di pemerintahan.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi memerintahkan kementerian lembaga untuk membuat aplikasi baru.
Baca SelengkapnyaSyafrin menyebut, laporan dari masyarakat terhadap keberadaan jukir liar sangat diperlukan.
Baca SelengkapnyaJokowi juga meminta ASN inovatif dan adapatif terhadap perubahan yang ada.
Baca SelengkapnyaMenurut Arsjad semua orang bebas dalam menyuarakan untuk mendukung siapa saja dengan cara yang berbeda-beda, termasuk Ahok.
Baca SelengkapnyaAhok Kritik Pemprov DKI Ingin Hapus NIK Penduduk di Luar Domisili: Fokus Aja Buat Perut Warga Kenyang!
Baca SelengkapnyaAhok pernah menjabat sebagai Gubernur Jakarta pada 2014 silam
Baca SelengkapnyaMenurut Ahok, penertiban jukir liar di Jakarta sulit dilakukan karena adanya pihak lain yang terlibat.
Baca Selengkapnya