Ahok sebut parkir meter bikin ormas kehilangan lapak cari duit
Merdeka.com - Calon wakil gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, berencana menghapus parkir meter yang diterapkan beberapa bulan lalu telah diterapkan. Sandi menilai sistem parkir meter tidak sesuai dengan karakter warga Jakarta.
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, mengaku heran dengan ide Sandiaga. Menurut dia, parkir meter sebenarnya cukup membantu Pemprov DKI Jakarta.
"Yang pasti dengan parkir meter, kebocoran bisa kita tekan," kata pria yang akrab disapa Ahok saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (3/5).
-
Siapa yang membentuk tukang parkir resmi di Jakarta? Pemerintahan DKI Jakarta mengambil kebijakan tegas dengan membentuk tukang parkir resmi yang ditugaskan untuk mengawasi dan mengatur kendaraan yang berhenti untuk parkir di kawasan pusat perkotaan maupun keramaian.
-
Mengapa tukang parkir resmi dibentuk di Jakarta? Semakin tingginya pertumbuhan kendaraan di era 1960-1970-an, membuat kebutuhan lahan untuk berhenti sementara kendaraan alias parkir semakin berkurang.
-
Mengapa Dimas Ahmad bekerja sebagai tukang parkir? Dimas Ahmad benar-benar luar biasa. Dia mulai sebagai tukang bakso, kemudian menjadi artis, dan sekarang juga menjadi tukang parkir,' kata Raffi Ahmad.
-
Kapan tukang parkir muncul di Jakarta? Sejumlah sumber menyebut jika kehadirannya berlangsung pada tahun 1950-an, ketika warga Jakarta mulai mampu membeli kendaraan.
-
Kenapa Dimas Ahmad jadi tukang parkir? Dimas Ahmad, dia itu memang hebat. Dari tukang bakso, jadi artis, jadi tukang parkir,' ungkap Raffi Ahmad.
-
Dimana Dimas Ahmad jadi tukang parkir? Saat ditemui di kawasan Andara, Jakarta Selatan, pada Rabu (11/9), Raffi Ahmad memberikan tanggapannya.
Dia menjelaskan, warga Jakarta yang menjadi juru parkir diberi upah senilai UMP. Bahkan, anak-anak mereka menerima Kartu Jakarta Pintar dan tidak perlu membayar saat naik bus Transjakarta.
"Kita berdayakan semua tukang parkir meter, malah dapat gaji gede UMP. Anaknya bisa dapat KJP, naik bus enggak bayar," jelasnya.
Justru, Ahok menduga parkir meter membuat sejumlah pihak yang kerap mengelola parkir liar resah.
"Mungkin ormas-ormas enggak dapat duit kali ya," tutupnya.
Sebelumnya, calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menilai sistem parkir meter tidak cocok diterapkan di Jakarta. Sebab, ia menilai pola yang diterapkan dalam sistem parkir model tersebut tidak cocok dengan budaya orang Indonesia.
Ia menilai sistem parkir meter hanya cocok diterapkan di negara yang karakter masyarakatnya individualis. Hal yang disebut Sandi berbeda dengan karakter masyarakat Indonesia.
"Kalau kita lihat di sini parkir kita dibantuin, mau belanja ada yang bantuin. Karena memang banyak lapangan pekerjaan yang dibutuhkan," kata Sandi.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut Ahok, penertiban jukir liar di Jakarta sulit dilakukan karena adanya pihak lain yang terlibat.
Baca SelengkapnyaSyafrin menyebut, laporan dari masyarakat terhadap keberadaan jukir liar sangat diperlukan.
Baca SelengkapnyaGolkar bilang keberadaan juru parkir tetap dibutuhkan.
Baca SelengkapnyaPemilik tanah biasanya akan merekrut seorang juru parkir untuk dipekerjakan dalam usahanya.
Baca SelengkapnyaRencana mempekerjakan juru parkir liar itu disampaikan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi menyusul penertiban juru parkir liar yang bikin resah pembeli.
Baca SelengkapnyaKebijakan ini diambil menyusul banyaknya keluhan masyarakat terhadap maraknya parkir liar selama ini.
Baca SelengkapnyaDahulu, para juru parkir lebih dikenal dengan sebutan “Jaga Oto”.
Baca SelengkapnyaViral parkir liar di sekitar Taman Lapangan Banteng.
Baca SelengkapnyaJuru Parkir Liar di Mini Market Ditertibkan, Pemprov DKI Tawarkan Pekerjaan Ini sebagai Pengganti
Baca SelengkapnyaIni Aturan Juru Parkir Liar Dilarang Pungut Biaya, Sanksinya Pidana sampai Denda
Baca SelengkapnyaAhok Kritik Pemprov DKI Ingin Hapus NIK Penduduk di Luar Domisili: Fokus Aja Buat Perut Warga Kenyang!
Baca Selengkapnya