Aksi Daeng Aziz intimidasi warga Kalijodo bikin wali kota berang
Merdeka.com - Pemprov DKI Jakarta kemarin, Kamis (18/2) resmi mengeluarkan surat peringatan pertama (SP1) kepada ratusan warga Kalijodo, Jakarta Utara, untuk membongkar bangunannya. Sebagian warga menerima dengan mendaftarkan diri untuk direlokasi ke rumah susun, namun sebagian menolak dan berniat bertahan.
Bahkan, dari sebagian warga yang mendaftarkan diri untuk relokasi, ada yang menarik diri. Rupanya, ada intimidasi yang diterima warga dari tokoh Kalijodo Abdul Aziz alias Daeng Aziz dan anak buahnya. Hal ini diungkapkan Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi.
Rustam Effendi mengatakan intimidasi yang dilakukan Daeng Aziz adalah dengan melarang RT/RW serta warga setempat untuk memberikan informasi kepada Pemprov DKI.
-
Kenapa pedagang Teras Malioboro II direlokasi? Pemindahan dilakukan biar mereka bisa mendapatkan tempat yang layak dan saat pindah ke lokasi baru kami akan mendampingi mereka untuk naik kelas,' ujar Wisnu dikutip dari ANTARA.
-
Mengapa Kalijodo diubah? Kawasan Kalijodo sebelumnya dikenal sebagai sarang judi dan prostitusi.
-
Dimana letak permukiman terbengkalai di Jakarta? Baru-baru ini sebuah kawasan di wilayah Jakarta Timur yang terbengkalai terungkap, dengan deretan rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya.
-
Apa yang dibangun di Kalijodo? Hingga pada tahun 2014, Basuki Tjahaja Purnama yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, menyulap Kalijodo menjadi RTH dan RPTRA.
-
Di mana Kalijodo berada? Mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menemukan lapak jualan yang padat, bangunan retak, hingga sampah yang menggunung.
-
Apa yang diprotes pedagang Teras Malioboro II? Mereka melakukannya sebagai aksi protes karena merasa tidak dilibatkan terkait rencana relokasi mereka ke tempat baru di Ketandan dan Beskalan.
"Mereka diintimidasi oleh Daeng Aziz, bahkan RT kita saja di lokasi sudah tidak berani menyampaikan informasi karena ketakutan," kata Rustam di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (18/2).
Daeng Aziz, kata Rustam, juga meminta kepada warga setempat untuk terus melakukan perlawanan kepada pihak yang ingin melakukan penertiban. Tak hanya itu, warga yang bersedia direlokasi ke rusun juga tak luput dari ancaman.
Dari data yang dihimpun hingga kemarin, sudah ada 24 warga yang mau mendaftar, namun karena mendapat ancaman, 14 orang mencabut pendaftarannya. "Malahan kemarin yang daftar ke kita untuk relokasi rusun mencabut kembali pendaftarannya karena takut oleh Daeng Aziz. Sampai kemarin sudah ada 24 orang, sekarang tinggal 10 orang. 14 Orang mencabut pendaftarannya," tandasnya.
Meski begitu, Rustam mengatakan sejak dikeluarkan surat peringatan 1, hari ini sudah banyak warga yang melakukan pembongkaran permukiman mereka sendiri."Tapi banyak yang mulai mau direlokasi karena mereka tahu sekarang kita serius bongkar. Awalnya mereka pikir kemarin kan kita cuma imbauan. Begitu SP 1 baru mikir mereka," ujarnya.
Berang dengan aksi intimidasi Daeng Aziz terhadap warga, Rustam meminta kepada Daeng Aziz untuk bertobat dan tidak memprovokasi warga.
"Daeng Aziz tahu enggak siapa? Dia ini preman. Dan preman-preman itu anak buahnya Daeng Aziz. Harusnya Daeng Aziz tobat. Dia kan udah kaya raya. Kalau bisa ajak anak buahnya (bertobat)," ujar Rustam di Jakarta, Kamis (18/2).
Rustam mengungkapkan, Daeng Aziz memiliki 2 kafe lengkap dengan praktik prostitusi di lokalisasi Kalijodo itu. "Cafe itu merangkap tempat gituan," jelasnya.
Dilanjutkannya, Daeng Aziz selama ini selalu menghindar dan sangat sulit ditemui saat pihak kepolisian maupun Pemprov DKI mengajaknya berdialog. Meski begitu, dia menegaskan masalah intimidasi itu harus diselesaikan.
"Daeng Aziz belum busa ditemuin, Kapolres Jakarta Utara (Daniel Bolly Tifaona) saja susah nemuinnya. Tapi sekarang gini intimidasi harus diatasi," terang Rustam.
Selain itu, katanya, bila dalam penertiban yang akan dilakukan Pemprov DKI mendapat perlawanan dari Daeng Aziz dan anak buahnya, maka yang bersangkutan akan diamankan.
"Informasi yang saya dapat begitu, Daeng Aziz yang intimidasi. Kemarin sudah dirapatkan dengan kepolisian. Kalau dia melawan ya akan kami amankan," pungkas Rustam.
Soal aset yang dimiliki Daeng Aziz di Kalijodo, Lurah Pejagalan Maskur menjelaskan ada dua kafe besar yang dimiliki Daeng Aziz. Dia juga memiliki delapan bidang tanah berdasarkan dokumen Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
"Dia ada banyak (bangunan). Kalau data dari kelurahan sendiri yang tercatat PBB-nya ada 8 bidang," kata Maskur saat ditemui di Kalijodo, Jakarta Utara, Kamis (18/2).
Dari pantauan merdeka.com di lokasi, salah satu kafe milik Daeng Aziz bernama, Kafe Intan, terletak di Jalan Kepanduan II. Terlihat beberapa orang berjaga di depannya. Selain itu, bangunan kafe tersebut juga terlihat lebih besar dibanding kafe-kafe lain.
Selain Kafe Intan, Daeng juga memiliki Kafe Anggrek. Lokasinya tidak jauh dari Kafe Intan. Terlihat di depannya tiga orang wanita sedang duduk manis.
"Banyak (kafe) dia, bukan itu aja," ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jika IKN dijalankan, kata Rocky, tentu akan ada perjanjian-perjanjian tertentu yang disinyalir dapat merugikan.
Baca SelengkapnyaBudi, salah seorang warga mengaku resah dan khawatir jika ada aktivitas tambang pasir
Baca SelengkapnyaUnjuk rasa warga Dago Elos berujung tindakan represif dari kepolisian.
Baca SelengkapnyaPembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, dikhawatirkan mengusir masyarakat adat dari tanahnya.
Baca SelengkapnyaEri mempersilakan menggelar demonstrasi setiap saat karena itu bagian dari demokrasi.
Baca SelengkapnyaEmpat orang yang terdiri dari warga dan mahasiswa yang terluka dalam kericuhan yang terjadi
Baca SelengkapnyaKejadian ini bermula dari dugaan pemalsuan data ahli waris Warga Dago Elos yang bersengketa dengan Keluarga Muller dan PT Dago Inti Graha.
Baca SelengkapnyaSeorang caleg dan beberapa orang lainnya menyalakan petasan di lingkungan masjid hingga membongkar jalan warga viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaDampak dari penurunan baliho pasangan Capres-cawapres tersebut kini mendapat sorotan tajam publik
Baca SelengkapnyaMereka menuntut kepada Majelis Hakim Mahkamah Agung untuk menegakkan keadilan masyarakat Dairi dalam mempertahankan ruang pertanian
Baca SelengkapnyaInsiden kericuhan sempat terjadi di Teras Malioboro 2 yang berada di Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Sabtu (13/7) malam.
Baca SelengkapnyaPolisi memastikan penganiayaan itu tak berkaitan dengan kontestasi politik yang sedang dijalani korban.
Baca Selengkapnya